BR - RT - Dia Teman Seangkatan Aku?

Cafetaria Tokyo University Jepang

"Kenapa kamu pilih ke Tokyo buat ambil spesialis bedah, Ben?" tanya Shinichi sambil menikmati acara makan siang di cafetaria yang selalu ramai itu.

"Karena aku bosan di Eropa. Daddy menawarkan masuk kampus di Inggris, Jerman dan Belanda tapi aku ingin ke Asia. Setelah berunding dengan mommy dan opa Joey, akhirnya aku memutuskan masuk ujian Todai. Eh lulus dan disinilah aku..." jawab Benoit.

"Alternatif dari Todai?" tanya Shinichi.

"UGM atau Unair..."

"Yogyakarta atau Surabaya? Apa alasannya?" tanya Shinichi.

"Aku suka kulinernya. Oom kan tahu, pas lebaran beberapa tahun lalu di Jakarta, kami menyempatkan jalan-jalan dari Jakarta ke Jawa Tengah terus ke Jawa Timur. Sepanjang perjalanan, mommy tidak mengijinkan kami makan junk food dan harus mencoba makanan lokal. Di solo, aku suka nasi liwet dan wedhangan. Di Semarang, aku makan mie kopyok lalu di Jogja, makan gudeg dan bakpia. Nah pas ke Surabaya, aku makan lontong Kupang, lontong balap, rawon dan rujak cingur. Aku, A dan M sangat suka semua masakan lokal..." jawab Benoit panjang lebar.

"Lha kamu pilih Jogja atau Surabaya karena kulinernya? Bukan kwalitas kampusnya?" gelak Shinichi.

"Duh Oom Shinchan tuh gimana. Makanan enak itu bikin jiwa dan mood baik. Sudah pasti semangat kuliahnya, macam disini. Makanannya nggak ada yang failed" senyum Benoit.

"So, soal asrama. Mumpung Oom nganggur nih, kita lihat asrama yang ditawarkan oleh pihak kampus. Gimana? Biar kamu mantap mau tinggal di asrama atau rumah babang Lukie" tawar Shinichi.

"Boleh Oom. Aku kan belum hapal Todai... Ngomong - ngomong kok Oom nggak ngajar?" tanya Benoit bingung.

Shinichi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tadi Oom bikin kosleting ruang kuliah... Jadi kena skorsing fakultas deh ..." cengir dosen fisika itu.

Benoit hanya menatap Oomnya dengan ekspresi maklum. Nggak heran kalau Dendeng kacau, wong Bokapnya itu biangnya.

***

Dua Hari Kemudian...

Ran sedang asik mendengarkan diskusi ketika sebuah pesan masuk ke ponselnya dan gadis itu tersenyum karena aplikasinya untuk mengambil spesialisasi bedah diterima. Ran pun melihat daftar nama teman satu angkatannya dan mata coklatnya tergelitik saat membaca satu nama yang bukan nama Jepang.

Benoit Rao. Ran mengernyitkan alisnya. Nama apa ini?

Ran mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya dan mulai konsentrasi dengan diskusi pagi ini. Namun sebuah notifikasi muncul lagi. Kali ini daftar teman seangkatannya dilengkapi dengan foto masing-masing. Mata Ran melotot saat tahu siapa Benoit Rao.

Ooohhh namanya si Shah Rukh Khan itu Benoit Rao.

Ran hanya merasa kenyamanannya berada di Todai jadi berkurang. Kenapa cowok asing itu kuliah disini sih!

***

Benoit akhirnya memutuskan untuk tinggal di asrama karena menimbang jarak dan efektif waktu jika memang dirinya harus di rumah sakit Todai. Bagi Benoit yang penting dekat dengan tempat makan dan gym karena sama seperti saudara sepupunya, tengah dari triplets itu sangat menjaga bentuk tubuhnya selain tetap menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.

Pria itu membuka ponselnya dan melihat daftar teman satu angkatannya untuk spesialis bedah apalagi aplikasinya sudah diterima dan Benoit membaca nama teman-temannya.

What? Cewek judes itu teman satu angkatan denganku ? Benoit membaca nama gadis itu. Ran Tsubasa? Pasti Bokapnya kapten Tsubasa pemain sepakbola terkenal itu. Ben cekikikan karena teringat komik yang dia baca waktu kecil.

"Bagus deh. Kalau dia judes, aku ada obyek buat ejek..." cengir Benoit.

***

Muenchen Jerman

Arya masih memeriksa pasiennya sesuai dengan spesialisasi yang dia ambil, penyakit dalam. Dengan teliti, dokter muda itu memeriksa seorang gadis cilik yang mengeluh kesakitan di perutnya. Sudah dua dokter yang mengatakan bahwa gadis cilik itu mengalami usus buntu tapi ibu pasien itu merasa bukan itu karena dia pernah mengalami usus buntu waktu masih lajang.

Arya memeriksa kembali hasil USG, Rontgen dan test darah dari dokter sebelumnya yang berada di Frankfurt. Pria itu memeriksa secara teliti dan memutuskan untuk melakukan pemeriksaan ulang karena Arya merasa itu bukan sekedar usus buntu.

***

"Kutil dalam usus besar?" seru ibu pasien. "Bagaimana bisa?"

"I'm sorry tapi ada banyak hal yang menyebabkan anak ibu menderita polip usus besar untuk bahasa kedokterannya. Selain genetik, Menderita obesitas, Memiliki anggota keluarga yang pernah menderita polip atau kanker usus besar, Menderita radang usus,Menderita diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol serta Kurang berolahraga. .." Arya menatap serius ke ibu itu. "Anak ibu termasuk ke obesitas dan apakah ada anggota keluarga yang menderita kanker usus?"

Wanita itu menggigit bibir bawahnya. "Ayahnya baru saja meninggal akibat kanker usus setahun lalu... Apakah putriku bisa sembuh?"

"Untungnya polip ini dalam fase awal jadi kami bisa menyembuhkan..." jawab Arya. "Tenang ma'am, polip usus mudah diangkat tanpa harus dioperasi. Untuk menanganinya, dokter akan menggunakan kolonoskopi (endoskopi lewat 4nus) yang dimasukkan dari bawah 4nus. Tindakan ini dikenal dengan istilah polipektomi."

"Oh thanks God. Kami sudah bingung karena Hilla selalu merasa sakit dan fesesnya ada darah..."

Arya tersenyum. "Nanti akan saya sampaikan ke dokter anak dan bisa dijadwalkan kapan hendak dilakukan tindakan."

***

Arya sedang menikmati makan siangnya ketika ponselnya berbunyi dan pria itu tersenyum saat tahu siapa yang menelpon.

"Hai, Riko. Ada apa?" sapa Arya.

"Kamu dimana Arya? Aku ke apartemen kamu tapi tidak ada jawaban" jawab Riko.

"Oh aku kan di rumah sakit. Memangnya ada apa?"

"Aku membuatkan beef teriyaki, buat makan siang... Tapi kalau kamu di rumah sakit, aku simpan di kulkas dulu saja ya?"

"Apakah masih enak? Jika tidak, aku akan pulang sebentar dan memakan beef teriyaki buatan kamu..."

"Masih lah Arya. Aku simpan di kulkas dan buat dinner nanti malam?" ucap Riko.

"Baiklah. Aku jadi tidak usah masak.... Atau memanaskan makanan dingin ke microwave."

Riko tertawa. "Kamu memang tidak bisa masak?"

"Bisa !" jawab Arya yakin.

"Masak apa?" goda Riko.

"Air dan ramen cup. Itu memasak kan?" Suara Arya terdengar jumawa membuat Riko terbahak.

"Arya, memasak air meksipun diatas kompor itu bukan memasak sebenarnya tapi memanaskan air ..." gelak Riko.

"Sekarang, apa namanya kegiatan meletakkan panci atau wajan atau ceret diatas kompor yang dinyalakan apinya?"

"Memasak..."

"Naaaahhhh...."

Riko tertawa geli mendengar argumen Arya. "Oke Arya, see you tonight."

"See you Riko."

***

Ruang Fisioterapi Paris Perancis

Mita tampak lelah setelah melakukan fisioterapi dengan berjalan pelan dengan berpegangan palang sisi kiri dan kanan. Kaosnya tampak basah dan wajahnya memerah karena semangatnya.

"Mademoiselle, voulez-vous vous reposer d'abord ( nona mau beristirahat sejenak )?" tawar Lucy yang menjadi terapisnya. Sudah dua kali ini Mita melakukan fisioterapi setelah yang pertama ditemani oleh kedua orangtuanya. Tapi hari ini dia sendirian karena Raj dan Gemintang harus kembali ke Brussels.

"Oui. Je me sens fatigué ( aku merasa capek )" senyum Mita. Lucy sangat suka dengan gadis cantik ini sebab sesakit apapun proses terapinya, Mita selalu tersenyum.

"Reposons-nous d'abord ( kita beristirahat dulu )" ajak Lucy sambil membantu Mita berjalan menuju kursi untuk beristirahat.

Mita mengambil tumblernya yang berisikan air dingin lalu menenggaknya.

"Capek sayang?"

Mita melirik ke sisi kanannya karena tahu siapa yang datang dari harum parfumnya.

"Lumayan..." jawab Mita.

Vikram mengambil handuk kecil dan mengelap keringat di kening serta leher Mita dengan lembut. "Mau makan apa nanti malam?" tawar Vikram.

"Kok malah tawarin makan?" balas Mita bingung.

"Karena sayang, kamu sudah bekerja keras jadi harus ada reward."

Mita tersenyum lebar. "Swedish meatballs dengan mashed potatoes yang banyak !"

***

Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa

Thank you for reading and support author