MR - VG - Mita Kesal

Ruang Rawat Inap Mita di Paris

Mita menikmati permainan bibir dan lidah Vikram yang sudah lebih berpengalaman dibandingkan dirinya. Vikram mencium bibirnya sangat lembut dan Mita bisa merasakan bagaimana perasaan dokter itu disalurkan lewat ciumannya.

Jantung Mita terasa bertalu-talu karena baru kali ini dia mendapatkan sikap romantis dari seorang pria yang mengaku jatuh cinta padanya. Ya Allah ... Ini sangat...

"I'm sorry..." bisik Vikram sambil menempelkan dahinya ke dahi Mita. "You're so beautiful, princess..."

"Dokter Gupta..."

"Ya sayang?"

"Aku belum gosok gigi !" pekik Mita.

***

Mita masih tercenung saat Vikram meninggalkan dirinya karena harus mengurus pasien kecelakaan. Pipi gadis itu seperti lampu lalu lintas yang hanya ada warna merah tapi padam muncul dan repeat.

Ya Allah... Tadi Mita dicium sama cowok tampan jago kissing... Duh ! Bisa meleleh hati hayati...

"Mademoiselle Rao..."

Lamunan Mita pun buyar saat susternya datang. "Oui?"

"Il est temps pour toi de te nettoyer ( sudah waktunya anda mandi )" jawab suster itu.

"D'accord ( baiklah )" balas Mita.

***

Muenchen Jerman

Arya membantu Riko membereskan semua administrasi rumah sakit. Beruntung asuransi milik Riko bisa mengcover semua biayanya dan semua pengobatan gratis. Setelahnya Arya berjalan bersama Riko menuju mobilnya yang diparkir di area parkir.

"Kamu menginap di hotel mana?" tanya Arya saat mereka masuk ke dalam mobil BMW pria itu.

"Aku menginap di apartemen. Sengaja aku cari apartemen yang disewakan mingguan biar lebih nyaman" jawab Riko.

"Dimana?" Arya menstater BMW nya dan pergi meninggalkan Krankenhause Ludwig Maximilian Universitats Muenchen.

"Apartemen Homely Stay Sendling..."

Arya menoleh. "Kita satu gedung! Kamu lantai berapa?"

"Aku lantai dua. Kamu?"

"Lantai tiga. Eh ngomong-ngomong, gimana spontanitas kamu yang bisa nyasar ke Muenchen?" kepo Arya.

"Jadi, aku ingin berlibur tapi tidak di Jepang. Lalu di perpustakaan Todai ada globe disana dan aku memutarnya. Saat berhenti, aku tutup mataku dan jariku menunjukkan tempat yang aku harus datangi. Taraaaa... Muenchen! Jadi disinilah aku..." senyum Riko.

Arya tertawa kecil. "Benar-benar definisi spontanitas tiada Tara."

Riko pun ikut tertawa. "Aku memiliki penyakit yang bisa muncul sewaktu waktu. Seperti tadi malam, aku mungkin terlalu panik melihat antrian di mini market jadi tiba-tiba aku terkena serangan. Bagi orang lain, sepele tapi buat aku, tidak sepele..."

"Benar. Maaf sekali lupus belum bisa ditemukan penyembuhannya secara total..." ucap Arya.

"Yang bisa kita lakukan, hanya berkompromi dan mencegahnya... Apalagi kalau sudah tahu pemicunya apa..." Riko menoleh ke jendela sebelah kanannya. "Pemandangan disini indah, Arya."

"Berbeda dengan Jepang ... Disini banyak pemandangan khas komik kerajaan Eropa. Kamu datang kapan dari Tokyo?"

"Dua hari kemarin dan rencananya aku akan dua Minggu disini... Kenapa Arya? Mau jadi guide aku?" kerling Riko.

"Kamu jalan-jalan sendirian kan?" Arya menoleh ke arah Riko.

"Yup, solo tourist. Kalau kamu mau jadi guide aku, setidaknya aku tenang karena kamu juga fasih bahasa Jepang. Tahu sendiri bahasa Inggris aku dengan logat Jepang begini sangat menyulitkan orang Jerman ..." cengir Riko. "Tapi aku harus bayar berapa?"

Arya tertawa. "Well, cukup bayar pizza untukku setiap jadi guide."

"Hontou ( benarkah )?" Wajah Riko tampak senang mendengar ucapan Arya.

"Mochiron ( tentu saja )."

"Ah, yokatta ( syukurlah )." Mata hitam Riko semakin berbinar karena dia tidak akan kebingungan jika ingin jalan-jalan. Apalagi Arya masih ada saudara dengan Akito-senpai. Jadi pasti amannya.

***

Paris Perancis

Mita memakan masakan rumah sakit dengan lahap meskipun rasanya tidak cocok di lidahnya tapi dirinya sudah cukup stress memikirkan ciuman Vikram tadi pagi. Dan bagi Mita, obat stress paling enak di dunia adalah makan dan shopping. Karena dia belum bisa kemana-mana, jadi semua kekacauan hatinya, dilampiaskan ke makan siang yang diberikan pihak rumah sakit.

"Kalau kamu makannya seperti itu setiap hari dan tidak pilih-pilih, pasti akan lebih cepat sehat..."

Mita menghentikan acara makannya dan menoleh ke arah Vikram yang berdiri sambil bersandar di kusen pintu.

"Aku ... Lapar..." jawab Mita gugup namun sesaat kemudian dia baru sadar ada darah di sneli Vikram. "Itu darah siapa ?"

Vikram melihat bagian bawah snelinya yang ternoda darah. "Oh, darah pasien tadi. Aku hendak membersihkan diri dulu Mita." Vikram pun masuk ke dalam ruang rawat inap gadis itu dan menutup pintunya.

"Kok nggak ke ruangan khusus dokter?" tanya Mita bingung.

"Lha tas ku kan disini Mit. Kalau ada yang cari aku, bilang masih ada panggilan alam.." jawab Vikram sambil ngeloyor masuk ke dalam kamar mandi Mita.

Mita hanya terbengong bengong melihat bagaimana cueknya dokter satu itu.

Ampun deh !

Gadis itu melanjutkan makannya sambil menonton film klasik yang dibintangi Alain Delon, salah satu aktor kebanggaan rakyat Perancis yang memang saat mudanya super ganteng.

Suara ketukan di pintu kamarnya membuat Mita menoleh dan mempersilahkan masuk.

"Mademoiselle Rao. Le docteur Gupta est-il ici ( apakah dokter Gupta disini )?" tanya perawat yang mengetuk pintu tadi.

"Oui mais il prenait une douche ( iya tapi dia sedang mandi )" jawab Mita apa adanya.

"S'il vous plaît, dites-le au docteur Gupta, attendez aux urgences ( Minta tolong sampaikan pada dokter Gupta, ditunggu di IGD )" senyum perawat itu.

"OK, je vais te le dire ( ok, akan saya sampaikan )."

"Excusez-moi ( permisi )." Perawat itu pun pergi setelah menutup kembali pintu ruang rawat Mita.

Tak lama suara pintu kamar mandi terbuka dan Mita menoleh.

"Siapa yang datang, sayang?" tanya Vikram sambil membawa handuk.

Mita pun melongo melihat bagaimana santainya pria jangkung itu. "Pakai baju dulu kenapa sih ?" teriaknya kesal.

***

Yuhuuuu Up Malam Yaaaaaa

Thank you for reading and support author