Muenchen Jerman
Arya menunggu gadis bernama Riko itu sampai kondisinya normal kembali. Penyakit lupus itu sering membuat dokter salah diagnosa karena yang diserang adalah autoimunnya. Tidak bisa sembarang memberikan obat kalau tidak benar-benar diperiksa secara teliti simptomnya.
"Herr Doktor, das sind die Daten des Patienten ( dokter, ini daftar pasiennya )" ucap suster yang berjaga.
"Weiß jemand, was passiert ist ( apakah ada yang tahu kenapa )?" tanya Arya sambil membuka dompet Riko.
"Er sagte, diese Dame sei gestürzt, als sie im Minimarkt in der Schlange stand. ( katanya nona ini jatuh pingsan di mini market ). Der Minimarktmanager hat es hierher gebracht ( manajer nya yang membawa nona itu kemari )."
Arya mengangguk. "Danke."
"Gern geschehen ( sama-sama )." Suster itu pun meninggalkan Arya yang masih duduk di sebelah pasiennya.
Riko Ichida. 21 tahun. Mahasiswi Universitas Tokyo ... Arya menoleh. Kamu anak Todai? Arya membuka informasi lagi dari dompetnya. Tinggal di Edogawa. Arya melihat adanya visa turis dari pemerintah Jerman dan membuka paspor nya. Arya tersenyum melihat bahwa Jerman negara pertama di kertas paspornya. Rupanya baru pertama kali ke Jerman.
Arya membuka tas dengan motif my melody dan melihat ada buku agenda merah motif hello Kitty. Gadis ini pecinta Sanrio rupanya. Arya membukanya dan membaca tulisan dengan huruf Jepang. Arya yang bisa membaca kanji, hiragana dan Katakana tampak terenyuh saat tahu Riko berusaha berkompromi dengan penyakitnya yang tidak bisa disembuhkan.
Jangan stress, jangan sampai terpapar matahari langsung, gunakan gelang yang menunjukkan kamu penderita lupus. Kamu harus tahu Riko, have lupus bukan berarti kiamat ! Kamu itu calon dokter dan hendak mengambil spesialisasi anak. Jika kamu tidak bisa punya anak, setidaknya kamu bisa mengobati anak orang lain ...
Arya tampak terenyuh membaca tulisan gadis itu. Ya ampun gadis ini...
"Mmmhhh..." gumam Riko.
"Hei ... Anata wa okimashita ( sudah bangun )?" sapa Arya lembut.
"Haik... Anata wa ?" tanya Riko lemah.
"Ararya Rao, dokter coas ... Kamu bisa panggil aku Arya .." senyum Arya.
"Kamu orang India?"
"Separo. Ayahku India, ibuku bule Amerika meskipun dia lebih campuran dari berbagai ras. Ada Jawa Indonesia, ada Jepang, ada Arab sepertinya... Tapi yah, aku lebih terlihat orang India ..." senyum Arya.
"Namaste..." salam Riko sambil tersenyum.
"Hajimemashite ( salam kenal )" balas Arya membuat Riko tertawa kecil.
"Bagaimana bisa kamu fasih berbahasa Jepang begini?" tanya Riko yang sudah mulai normal kondisi tubuhnya setelah mengalami pembengkakan.
"Well, keluarga aku sangat mewajibkan aku harus bisa minimal tiga bahasa asing selain Indonesia dan Inggris. Jadi aku memilih Jepang, Belanda, Jerman dan Perancis."
Riko menatap Arya kagum. "Hebat..."
"Bukan hebat tapi terpaksa. Aku tinggal di Brussels yang bahasanya Belanda dan Perancis paling dominan sedangkan Jerman minoritas. Tak heran karena Belgia dan Belanda berbatasan. Tapi jujur, jika kamu ingin terdengar fasih berbahasa Perancis, tunggu sampai kamu flu dan pilek karena tahu sendiri kan mereka agak sengau kalau berbicara.. "
"Seperti apa?" tanya Riko.
"Mademoiselle, comment pouvez-vous être bloquée à Munich ( Nona, bagaimana anda bisa terdampar di Muenchen )?" senyum Arya.
"Eh ? Sore wa dōiu imidesu ka ( artinya apa )?" Riko menatap bingung ke Arya.
"Nona, bagaimana anda bisa terdampar di Muenchen?"
Riko hanya ber oh ria. "Aku liburan. Entah kenapa ... Aku berbuat spontanitas..."
"Bagaimana spontanitas kamu?" tanya Arya tertarik.
Riko melihat Arya membongkar tas nya.
"Maaf, tapi aku harus mencari informasi soal kamu karena kamu warga asing dan turis disini serta pihak kedutaan Jepang pun harus tahu kan warganya ada yang dirawat di rumah sakit..." Mata coklat Arya tampak meminta maaf ke Riko.
"Daijoubu. Tidak ada apa-apanya kok..."
"Ada. Kamu anak Todai. Oh, Oom aku dosen disana dan sepupu aku juga kuliah di Todai."
"Hontou ( benarkah )? Apakah aku mengenalnya?" wajah Riko tampak ceria.
"Well, Oom aku bernama Shinichi Park, sepupu aku bernama Yukihiro Bianchi dan Akito Shinoda... Mungkin kamu kenal Akito karena dia ambil kedokteran disana..."
"Ah, Akito-senpai ! Dia orang paling dingin ! Dia kakak kelas aku tapi biarpun begitu, dia sangat baik. Saat menjadi asisten dosen, malah Akito-senpai lebih enak menjelaskan dibandingkan dosen utama..." seru Riko.
Arya tersenyum. "Sudah berapa lama kamu tahu kena Lupus ?"
Riko terdiam dan tampak sendu. "Awal aku masuk Todai, empat tahun lalu... Akito-senpai yang tahu aku memiliki lupus. Dan dia lah yang membantu aku bisa berkompromi dengan penyakit ini ... Dokter Yuri-san juga sangat care ke aku ..."
"Tante Yuri memang spesialis penyakit dalam jadi tahu ..." jawab Arya.
"Sayang, Akito-senpai sudah punya pacar ya..." kekeh Riko membuat Arya tertawa.
"Kamu sempat naksir Akito?"
"Dia baik tapi ternyata dia menganggap aku sebagai adiknya saja."
"Well, Akito jatuh cinta dengan sepupuku yang galaknya naudzubillah..." cengir Arya. "Entah kenapa dia bisa tergila-gila dengan Alaska padahal adikku itu hobinya berantem..."
"Nama gadis itu .. Alaska?" tanya Riko.
"Yup. Dia sekolah di Swiss dan kemungkinan akan mengambil kuliah disini."
Riko tersenyum sendu. "Akito-senpai mungkin suka dengan Alaska yang sehat.. "
"Bukan Riko... Tapi yang namanya hati, kita tidak tahu kemana akan berlabuh..." jawab Arya sambil menatap serius ke Riko.
Riko tampak tercenung. "Mungkin kamu benar Arya... So, apakah aku boleh pulang?"
Arya melihat infus yang mengalir ke tangan Riko tinggal sedikit. "Habis infus habis, baru boleh pulang. Biar aku antar karena aku juga sudah selesai shift nya."
***
Paris Perancis
Vikram terbangun saat seorang suster membangunkan dirinya.
"Qu'est-ce qui ne va pas, ma sœur ( ada apa suster )?" bisik Vikram dengan nada serak takut membangunkan Mita.
"Docteur, une victime d'un accident est arrivée ( dokter, ada korban kecelakaan )" bisik suster itu.
"Un autre accident ( kecelakaan lagi )? Que se passe-t-il à Paris ces jours-ci ( apa yang terjadi di Paris beberapa hari ini )?" Vikram pun bangun. "Je serais là bientôt ( aku akan segera kesana )."
"Oui docteur." Suster itu pun pergi meninggalkan Vikram.
Pria jangkung itu pun bangun dan mengambil sebuah permen mint yang selalu dibawa kemana saja. Disaat Vikram memakan permen itu dan hendak mengambil snelinya, Mita terbangun.
"Good morning beautiful..." sapa Vikram lembut.
"Good morning. Jam berapa ini dok?" tanya gadis itu sambil merenggangkan kedua tangannya.
"Jam lima subuh."
Mita langsung freeze. "Kok dokter sudah bangun?"
"Ada pasien. Aku tidak tahu kenapa Paris lagi banyak kecelakaan lalulintas..." gumam Vikram sambil menghampiri Mita. "Mau minum ?"
Mita mengangguk. Vikram mengambilkan gelas berisikan air mineral dan memasangkan sedotan yang diberikan pada Mita. Gadis itu menyesapnya hingga habis.
"Alhamdulillah... Segar" senyum Mita.
"Mau yang segar lagi?" tawar Vikram.
"Apaan?"
Vikram tidak menjawab tapi dia langsung mencium bibir Mita lembut.
***
Yuhuuuu Up Sore Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
waduuuuhhhhhhhhhh
2023-12-16
1
ellyana imutz
ada lg ni subuh2 udh modus maen sosor wae ...duch generasi ny Hyde banyak yg maen sosor mcm soang wae...riko jodoh u ada d depan mata...
2023-12-02
1
Noey Aprilia
Modus teroooosss..... ykin deh,nnti tu dktr bkln bucin bgt sm mita....sma lh ky kluarganya yg lain,pst psangnnya jg bucin akut....ga pduli bar2 atw kalem,pkonya bucin abisss...
2023-12-01
1