Mita tampak sumringah saat Vikram datang membawakan satu paket besar sushi. Mita sangat suka masakan Jepang itu selain masakan Jawa. Karena di Eropa cukup sulit mendapatkan bahan masakan macam di Indonesia, tak heran jika ada sepupunya yang datang dari Jakarta, Mita pasti minta dibawakan sayur lodeh Frozen, ayam goreng kampung Frozen, sambal yang banyak dan juga Frozen, serta bumbu pecel.
Gemintang sampai bingung dengan putrinya yang tidak terlalu cocok dengan masakan India jadi tidaklah heran jika acara dewali atau Holi di Mumbai, Mita pasti ribut ingin cepat pulang karena perutnya tidak cocok dengan makanan disana. Sampai-sampai Raj, Arya dan Ben membelikan KFC atau McDonald's agar Mita bisa makan. Satu-satunya yang bisa dia makan hanyalah kari kambing atau ayam, sisanya Mita bisa diare.
"Kamu sangat suka sushi ya?" tanya Vikram sambil mengambil satu sushinya.
"Makanan yang bisa diterima perutku, sampai-sampai aku diejek anak angkat karena tidak bisa makan masakan India..." gumam Mita sambil mengunyah sushinya.
"Kamu tidak bisa makan masakan India?" Vikram menatap Mita tidak percaya.
Mita menggelengkan kepalanya.
"Sama sekali?"
"Uuum hanyan kari ayam dan kambing. Roti Naan juga tergantung kuah karinya. Ayam tandoori masih bisa... "
"Bagaimana dengan Khofta? Gulab jamun? Dhokla? Dosa ( semacam crepes )? Laddu? Tikka masala?"
Mita mengernyitkan dahinya. "Dok, kamu kok bikin perut aku pusing !"
Vikram tertawa. "Mana ada perut pusing, Mita."
"Ada ! Perutku !" eyel Mita membuat Vikram tertawa geli.
"Ya Allah Mita... Kamu kalau kuliah di kedokteran, nggak bakalan lulus karena salah diagnosa..."
"Makanya aku tidak mau kuliah di kedokteran. Kedua orang tua aku dokter semua meskipun Daddy dokter bedah dan mommy dokter hewan. Dua saudara kembar aku sama-sama mengambil kedokteran... Arya ambil penyakit dalam sedangkan Ben ambil bedah macam Daddy ... Pusing aku tuh kalau di meja makan membahas penyakit, kasus di rumah sakit, diskusi panel apalah itu..." omel Mita membuat Vikram menatap lembut ke gadis yang ternyata ceriwis.
"Bagaimana jika orang yang suka padamu adalah seorang dokter?" tanya Vikram.
Mita menatap wajah tampan Vikram dengan pipi memerah. "Aku bosan dengan dokter..."
"Lalu kalau aku bilang aku suka kamu?"
"Dokter Gupta, anda tidak serius kan? Aku akan menolak anda dok sebelum anda berganti profesi..."
Vikram melongo. "Hah? Ganti profesi?"
Mita mengangguk. "Aku tidak memiliki keinginan mempunyai calon suami nanti adalah seorang dokter..."
"Lalu bayangan kamu apa?"
Mita meletakkan sumpitnya dan memandang Vikram. "Aku membayangkan aku memiliki suami seorang chef atau seorang guru atau dosen... Kamu tahu alasannya dok?"
"Apa, Mita?" jawab Vikram yang penasaran kenapa gadis ini tidak mau punya suami seorang dokter.
"Pertama, keluarga aku sudah kebanyakan dokter... Kedua, aku orang yang paling malas memasak meskipun bisa tapi kalau ada yang memasakan untukku, kan elok..."
Vikram tersenyum mendengar alasan Mita. "Kalau guru atau dosen?"
"Aku suka mereka punya jam kerja tepat .. Kalau dokter, tidak. Buktinya kamu dok. Sudah tahu selesai kerja bukannya pulang malah ghibah sama pasiennya... Bagaimana dengan keluarga kamu dok?"
Vikram mengusap kepala Mita. "Keluarga apa?"
"Kekasih, orang tua atau saudara?"
"Aku tidak punya kekasih, orang tua ataupun saudara ..." jawab Vikram.
Mita terkejut. "Oh maaf..."
"Kedua orang tua aku dan adik perempuanku meninggal akibat kecelakaan tujuh tahun lalu. Aku tinggal sendirian sejak itu dan soal kekasih... Aku sudah putus setahun lalu saat aku memutuskan pindah ke Paris ..."
"Dia tidak mau pindah ke Paris?" tanya Mita.
"On contrary, dia mau pindah ke Paris tapi dia menemukan pria yang jauh lebih kaya dariku..." senyum Vikram dengan nada pahit.
"Oh my..." Mita tampak kaget.
"Aku baru merintis karier disini Mita, jadi wajar jika aku harus berusaha hidup hemat. Dia ... Sangat fashionable dan fashionista apalagi ini Paris... "
"Tapi kamu tidak apa-apa putus darinya dok?"
"To be honest, aku senang putus dan tidak dipusingkan dengan sikap manjanya."
Mita tampak diam dan berpikir. Kalau aku sok imut dan manjanya tidak ketulungan, bisa jadi dokter ini ilfill sama aku...
"Kamu itu manja lho Mita..."
Eh? Apa dia bisa membaca pikiran orang?
"Apa maksudnya dok?" tanya Mita dengan wajah polos.
"Masih minta disuapi oleh ibumu .." kekeh Vikram.
"Itu sudah kebiasaan aku, dokter Gupta. Mommy selalu menyuapi aku kalau kami harus berpisah lama. Macam tradisi dan mungkin karena aku anak perempuan satu-satunya dan bungsu pula ..." jawab Mita. "Lagipula, itu ibuku sendiri lah ... Bukan ibu orang lain."
"Harus bersyukur masih memiliki orang tua..."
"Touché dok. Apakah anda merindukan keluarga anda ?"
"Setiap hari Mita. Jika adik perempuan aku masih ada, dia seumuran kamu..."
"Namanya siapa?"
"Priyanka."
***
Mita merasa kesulitan untuk ke kamar mandi karena suster yang biasa merawatnya sudah pulang. Sementara dia sendirian karena Vikram harus menangani kasus darurat.
"Duh tongkat nya kemana sih ? Makanya tho Mita, jangan kebanyakan minum tapi kalau nggak minum kamu macam ada yang kurang ..." gerutu Mita yang memang sangat suka air putih banyak-banyak.
Mita menoleh dan melihat tongkatnya agak jauh darinya. Gadis itu beringsut berusaha mengambil tongkatnya dan ketika sedikit lagi dia meraihnya..
"Apa yang kamu lakukan?"
Mita nyaris terjatuh dari tempat tidur kalau saja sepasang tangan kekar menahan tubuhnya.
"Kamu mau apa, Mita?"
"Mau pipis ... " bisik Mita ke Vikram.
"Sini, aku bantu !" Vikram membenarkan tubuh Mita dan menggendongnya dengan gaya bridal menuju kamar mandi.
Mita sampai tidak bisa berkata-kata karena dirinya sangat terkejut dengan perlakuan dokter jangkung itu. "Dok, aku berat lho...."
"Kamu enteng kok..." Vikram mendudukkan Mita diatas toilet. "Panggil saja kalau sudah selesai. Oke?" Dokter itu lalu meninggalkan Mita di dalam kamar mandi.
Vikram sengaja meletakkan keset tebal di sekitar kloset agar Mita tidak langsung kena lantai demi kakinya tidak bertumpu dataran keras.
Mita pun melaksanakan panggilan alamnya dan memanggil Vikram begitu sudah selesai. Lagi-lagi, Vikram menggendongnya lagi membuat Mita malu karena mendapatkan perlakuan spesial dari dokternya.
"Jangan mencoba coba untuk turun dulu, Mita. Memang hasil sudah bagus tapi masih sangat delicate !" tegur Vikram sok galak.
"Lha tongkat aku jauh, dok ... Pas aku sudah mau dapat, dokter bikin kaget aku... " eyel Mita.
"Terus kalau tidak ada aku, kamu bisa jatuh dan kepalamu yang keras ini bisa menghantam lantai, dear Mita..." Vikram mengusap kepala Mita lembut.
"Apa aku harus sedia helm juga?" cengir Mita.
Vikram menggelengkan kepalanya. "Kamu tuh... Sudah, kamu tidur ya. Aku masih berjaga disini."
"Apa yang terjadi dok di ruang IGD?"
"Korban jatuh dari gedung apartemen untuk menyelamatkan diri dari kebakaran. Dia di lantai dua... Dan syukur hanya patah kaki ..." jawab Vikram. "Kamu tidur dulu ya. Nanti aku kemari lagi."
Mita mengangguk dan merebahkan tubuhnya. Vikram mendekati wajah Mita dan mencium kening gadis itu. "
"Raat ko achchhee neend len. Meethe sapane aur main tumase pyaar karata hoon ( selamat malam. Mimpi indah dan aku mencintaimu )" bisik Vikram sembari menatap mesra ke Mita yang tampak tersipu.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ermi Sardjito
mbak hana pinter berbagai bahasa
2024-08-07
1
Juariah Nurbaiti
sedikit belajar bahasa indiheeeee
2024-01-15
2
ellyana imutz
meleyot gk tu mita dpt ucapan yg super manis dr dokter gupta ...wes jalani wae pasrah karo gusti kudu piye jalane menuju bahagia...
2023-11-30
1