Menerima

Raisya tidak percaya, mertua yang awalnya ia takuti, sekarang ia sangat kagum dengan mertuanya yang dermawan. mungkin karena wibawanya jadi terlihat garang kalau tidak mengenalnya. Namun aslinya hatinya sangat baik.

"Makasih Tuan." Ucap Raisya pada mertuanya. karena ia bingung mau panggil siapa. Jadi dia lebih baik cari aman.

Pak Bas mengerutkan keningnya." Kenapa panggil Tuan nak. panggil papa karena kamu sudah sah jadi mantu saya." Jawab Pak Bas tidak suka.

"Maaf ...pa.. terimakasih telah berkenan dan mendukung keinginan kami. Semoga terealisasi dengan baik dan lancar. amin." Jawab Raisya formal. Karena ia masih canggung

"Nggak apa nak. mungkin karena belum terbiasa, lama kelamaan akan biasa. Oh ya . kamu jadi kan nak ikut kami ke kota. tinggal di rumah kami ?" Tanya Viona pada menantunya

Raisya menatap kedua orang tuanya. dan mereka mengangguk. Raisya pun melihat suaminya. Raja mengangguk pelan. padahal ia berencana membawa istrinya ke apartemen. Namun karena mamanya yang langsung minta, ia jadi tidak berkutik. Raisya pun pasrah. Karena ia hanya menerima apa keputusan suaminya.

"Saya bagaimana mas Raja saja ma." Jawab Raisya tidak mau menjawab langsung.

"Oh... Raja akan menuruti apa kata mamanya. Jadi setelah makan mama harap kamu berkemas. tidak usah bawa semua, Yang penting saja, biar jadi bekal kamu jika pulang ke sini." permintaan Viona di setujui Raisya.

Raisya terdiam. Ia tidak berkutik lagi, ataupun mengelak. Karena sepertinya permintaan mertuanya merupakan harga mati. karena suaminya sendiri tidak berani menolak.

Setelah makan. Raisya pun akhirnya berkemas. Ibu Raisya pun masuk. Karena anaknya kembali berpisah dengannya. entah berapa lama. walaupun anaknya bercita-cita akan membuat pesantren di sini. tapi tak mustahil. kalau anaknya akan sibuk dengan aktivitasnya Daan keluarga barunya.

"Nak. boleh ibu masuk.?" Tanya ibunya saat masuk kamar.

"Silahkan buk. ada apa buk?" Tanya Raisya menatap ibunya sejenak.

Dengan spontan ibunya memeluk diiringi Isak tangis. Raisya tentu saja kaget. ia dari tadi berusaha menahan air matanya. akhirnya ikut juga tumpah dalam pelukan ibunya.

"Ibu tidak bisa antar kamu. Ibu tidak menyangka. kanu telah dewasa dan menjadi istri orang. Ibu tidak tahu kapan kita akan bertemu lagi " Ucapnya di sela tangisnya.

Raisya meraih tangan ibunya." Bu.. Restui langkah ku ya buk. Doakan semoga keluarga ku berbahagia selalu.

"Ya nak. ibu selalu mendoakan mu. semoga kau selalu bahagia nak.amin.?" Yang juga di ambilkan Raisya.

Saat mereka asyik bercerita dan berkemas. Raja masuk karena pintu terbuka. " Eh. ibu maaf ganggu ibu." Raja pamit, ia tidak tahu kalau ada mertuanya. Tentu saja ibu Raisya pamit. Ia pun keluar kamar.

"Gimana sayang.. sudah beres.?" Tanya Raja pada istrinya. Yang masih sibuk memasukkan barangnya ke koper.

"Udah hampir selesai mas.".Jawab Raisya tanpa menoleh. Karena ia sedikit kecewa karena suaminya tidak membelanya.

"Untuk sementara kita tinggal di rumah mama dulu. sambil kita mencari tempat tinggal yang seperti keinginan mu " Jawab Raja yang mengetahui kekecewaan istrinya.

Raisya menoleh pada suaminya." Oh. Ok." Jawab Raisya tersenyum. Karena apa yang dia khawatirkan di mengerti suaminya.

Menjelang siang. mereka pun kembali pulang ke kota. Raisya satu mobil dengan suami dan mertuanya.

Sedangkan Arya dan Aldi bersama beberapa orang yang juga ikut bersama papa mamanya kemarin.. Selama perjalanan Raisya tidak banyak bicara, hanya iya dan tidak saja. Tapi saat mertuanya bertanya visi misi pesantren yang akan dia buka. barulah dia bersemangat bercerita. hingga tidak sadar mereka sampai di rumah besarnya orang tua Raja. Waktu perjalanan yang di tempuh tidak terasa karena asyiknya bercerita. Barulah mereka sadar saat sopir berhenti tepat di depan pagar rumah.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***