Bab 11

Malam ini Danu tak bisa tidur, apalagi sekarang ini posisi kamarnya bersebelahan dengan Maura, membuat dia semakin tak bisa melupakan kejadian semalam. Padahal dia sudah mencoba bersikap seperti biasanya, akan tetapi tetap tak bisa membuat dia lupa akan kejadian malam itu, dimana akhirnya Danu harus menjadi seorang mantan perjaka. Sungguh mengenaskan sekali nasibnya, karena sangat mustahil untuk diulang lagi.

Entah apa yang dia inginkan dari Maura, dia pun tak tahu. Yang pasti dia masih kesal dan belum bisa menerima kenyataan ini, sungguh membuatnya serba salah dan kepalanya sakit.

Danu beranjak dari tempat tidurnya, dia memilih untuk menenangkan diri di balkon kamar, seraya menikmati rasa rokok yang membuatnya candu.

Danu menyesap rokoknya dalam-dalam, setelah menahan asapnya sebentar, dia menghembuskannya perlahan, menikmati udara malam hari.

Danu sudah menikmati dua batang rokok, baru kali ini rasanya terasa hambar, sehingga dia menghembuskan nafasnya dengan kasar, lalu dia meletakkan rokoknya di asbak yang masih tersisa setengah batang lagi. Dia merasa sudah tak berselera.

Danu menjadi penasaran apa alasan Linda sampai tega memasukkan obat perangsang ke dalam minuman adik tirinya itu, dia sebenarnya ingin membahas hal tersebut kepada Maura, tapi wanita itu malah terburu-buru masuk ke dalam kamarnya, seakan ingin menghindari Danu.

Maura bersikap seolah-olah melupakan kejadian semalam tapi mengapa dia terkesan sedang menghindarinya?

Danu melihat ke arah balkon disebelahnya, ketika mendengarkan suara seseorang yang sedang membuka pintu kamar, rupanya Maura sedang asik berteleponan dengan seseorang, Maura sama sekali tidak menyadari dengan keberadaan Danu yang berada di balkon sebelah.

Danu nampak terperangah melihat Maura yang memakai piyama cukup seksi, mungkin karena Maura pikir tak akan menjadi masalah selama memakai piyama tersebut di dalam kamar.

Rupanya Maura sedang berteleponan dengan Ernando, kekasih hatinya.

"Aku juga sayang sama kak Ernando dan merindukan kak Ernando juga." ucap Maura sambil sambil tersenyum lebar, posisinya membelakangi Danu, sehingga tidak menyadari akan keberadaan Danu yang berada di balkon sebelah.

Danu menghela nafas, dia sangat kesal mendengarnya. "Sayang kepala peyang? Dasar bocah, dia dengan santainya bilang sayang-sayangan sama pria lain setelah berhasil membuatku tidak perjaka lagi."

Kemudian terdengar samar-samar suara Ernando, "Aku sudah tidak sabar ingin segera menikah dengan kamu, sayang. Aku ingin secepatnya tinggal bareng kamu. Rasanya pasti sangat bahagia sekali setiap pagi dan setiap kali aku membuka mataku, kamu adalah orang pertama kali aku lihat."

Danu menjadi mual mendengarnya, walaupun dia seorang playboy, dia bukan pria yang pandai merangkai kata, cukup hanya tersenyum manis saja kepada wanita, wanita sudah dibuat jatuh hati padanya.

Senyuman Maura semakin mengembang, dia pun menanggapi perkataan calon suaminya itu, "Iya kak, aku juga sama denganmu."

Ernando melihat diatas nakas ada ponselnya yang satu lagi terdengar bergetar, rupanya ada seseorang ingin menelpon dirinya, dia pun segera mengakhiri panggilan teleponnya dengan Maura. "Hm... sudah malam, sayang. Aku ngantuk, sudah dulu ya."

"Iya, kak. Selamat tidur."

"Kamu juga, tidur yang nyenyak ya. Aku sangat mencintaimu, sayang."

"Aku juga, kak."

klik!

Setelah mengakhiri panggilan telepon dengan sang kekasih, Maura memutuskan untuk kembali ke kamar.

"Ehm!"

Langkah Maura terhenti ketika mendengar suara deheman seseorang, sehingga dia membalikkan badannya, dia terbelalak ketika melihat Danu yang sedang berdiri di balkon seberang. Balkon mereka hanya terpaut jarak setengah meter saja.

"Kak Danu belum tidur?" Maura memang ingin bersikap seperti biasanya kepada Danu sebisa mungkin, sehingga dia harus kelihatan santai dan tenang di depan Danu.

Danu menghela nafas, dia menyilangkan tangan di dada, "Hhh... setelah puas dengan tubuhku, kamu bisa-bisanya bersikap tenang seperti ini."

Maura menjadi gelagapan mendengar perkataan Danu, dia takut ada orang lain yang mendengar perkataan kakak tirinya itu, karena di rumah bukan hanya ada orang tuanya, tapi ada pembantu dan security juga.

"Kenapa di bahas lagi sich, kak? Bukannya kita janji akan saling melupakan?"

Danu segera loncat ke balkon kamar Maura, membuat Maura deg-degan. Rupanya Danu datang kesana untuk menonyor kepala Maura.

"Aduh, kenapa nonyor kepala aku sih?" protes Maura.

"Dasar bodoh. Sudah ku bilang aktingmu jelek, jangan berpura-pura lupa, Maura. Kamu sebenarnya masih ingat dengan jelas kejadian malam itu kan? Iya, kan?"

Maura terpaksa berbohong, "E-enggak, aku memang sudah lupa. Aku sudah gak ingat sama sekali."

Danu semakin kesal, dia tidak ingin gila sendirian. Dia berjalan mendekati Maura, membuat Maura berjalan mundur, "Kamu yakin?"

"Tentu saja, untuk apa juga aku harus mengingatnya?"

Maura terus melangkah mundur, menelan saliva sebanyak mungkin.

"Tidak sedikit pun ada yang kamu ingat?"

"Tidak."

"Tapi kamu masih ingat dengan semua yang ada ditubuhku kan?"

Gleek!

Maura menelan saliva kembali, mengapa Danu harus mengingatkan dia pada sesuatu yang panjang, besar, dan berurat. Membayangkannya saja membuatnya ngeri.

"E-enggak, aku gak ingat."

Maura tak bisa mundur lagi, punggungnya sudah mentok di dinding kamar. Danu terus melangkah maju, sampai wajah mereka sangat dekat sekali.

"Kak..."

Maura ingin protes, tapi bibir Danu telah terlebih dahulu menempel pada bibirnya, membuat mata Maura melotot, rasanya dia tak percaya bagaimana ada seorang kakak mencium bibir adiknya sendiri.

Danu tidak bisa menahan dirinya, dia merasa dirinya sudah tidak waras.

Maura merasa ini semua tidak benar, dia ingin memberontak, tapi Danu mengunci tubuh Maura dengan kedua lengan kokohnya, memperdalam ciumannya pada Maura.

Maura mencoba untuk melepaskan pagutan itu tapi nihil. Tangan Maura sudah dicekal oleh pria itu.

Danu mendorongnya lebih dekat lagi dan memperdalam lu-ma-tannya pada bibir Maura.

Danu memberikan gigitan-gigitan kecil di dalam ciuman itu, ketika bibir Maura terbuka tidak segan-segan lidahnya masuk menelusuri seluruh bagian mulut Maura.

Mengapa bibir sang adik tiri harus secandu ini, sungguh terasa manis, membuat Danu tak bisa berhenti untuk terus memagutnya.

Danu merasa bahwa malam ini dirinya sudah benar-benar gila.

Terpopuler

Comments

🕊귀여워요🎀

🕊귀여워요🎀

Achhhhhh Othor Tumannnn kok mesti di cut pas tegang2nya.... Othor kagak Yes 🤭 padahal sudah siap2 pasang kuda2 mau cari tempat yang teduh lhoo wkwkwkk

penasaran sama apa yang panjang gede , berurat...mAsak ketela kaspe...🙈

wahhh...wahhh Danu sudah kerasukan jin Reog, maunya langsung ngereok, ngebrutal, langsung main terjang 🤭 apalagi nikmatnya buah strawberry yang manis tak buleh di anggurin...mantappp 😋

pasti yang menelpon ernando tuh Linda lindu...hemmm, Sini Maura aku bisikin kamu biar Faham..." Ingat Maura Cowok tuh nggak cukup satu wanita, sebucin bucinnya dia didepan kamu , dia pasti punya cadangan dan masih balesin chatt wanita lain, jadi jangan mudah percaya sama kata manis buaya ...jangan mudah percaya kata cinta lewat typingan saja " Ok Maura lanjutkan main sedotannya...🤭🤭

2023-11-24

37

Diankeren

Diankeren

untung Lgi bendera China, jdi bbas bca nvel mu tor

2024-03-15

0

Diankeren

Diankeren

setan mata 1 😝

2024-03-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!