“Prioritasku saat ini adalah dirimu, daya tarikmu begitu kuat hingga membuat hatiku bisa tertarik padamu.” ~Rey~
.
.
.
“Kenapa?” tanya heran Rey.
“Saya tidak mau,” ketus Aqila.
“Ya sudah saya belum memaafkan anda, jadi anda harus mengganti jas saya yang mahal ini,” ucap Rey dengan wajah sombong.
“Ya tuhan jas itu mahal banget gajiku aja gak cukup” batin Aqila dengan menatap jas yang dipakai lelaki didepannya.
Aqila juga tau berapa harga jas itu karena ia pernah melihat saat menemani kakaknya Adel membelikan jas untuk kakak ipar dan kakaknya Axel.
Aqila membuang nafasnya kasar dan menatap tajam Rey.
“Baiklah saya mau,” ketus Aqila.
“Nah gitu dong Dokter, baiklah saya tunggu diparkiran nanti,” ucap Rey semangat.
“Ya,” ucap singkat Aqila.
Lalu Aqila segera pergi dari pandangan Rey. Disepanjang jalan Aqila tak henti-hentinya mengumpat, menggerutu tentang Rey.
“Rasanya pengen tak cakar aja dan kukuncir tu mulut. Kesel amat gak kenal ngajak makan siang kesel deh,” gerutu Aqila.
Wajah manyun dan muka ditekuk membuat Dini terheran-heran. Bahkan Aqila langsung menerobos masuk ke ruangannya tanpa menyapa Dini.
--*--
Jam makan siang pun dimulai. Aqila menatap pergelangan tangannya yang terdapat jam itu. Dini masuk ke ruangan Aqila setelah mengetuk pintu.
“Ada apa Din?” tanya Aqila.
“Diluar ada Dokter Paul La,” ucap Dini.
“Astaga, kenapa gak disuruh masuk?” tanya Aqila.
“Dia gak mau,” ucap Dini.
Dengan langkah cepat Aqila melangkahkan kakinya keluar ruangannya dan benar saja Dokter Paul sudah disana.
“Siang dokter,” sapa Aqila.
“Siang juga Dokter Qila,” ucap Dokter Paul dengan senyum tampannya.
“Ada apa ya dok?” tanya Qila tanpa basa basi.
“Saya mau ajak anda makan siang,” ucap Dokter Paul.
Deg.
Tubuh Aqila menegang. Ya dia hampir lupa jika ia ada janji makan siang dengan lelaki menyebalkan.
“Maaf Dokter besok saja yah, saya sudah ada janji sekarang. Sampai jumpa Dokter bye.”
Tanpa babibu Aqila masuk dan segera melepas jas putihnya dan meraih ponsel sekaligus tasnya. Ia keluar dari ruangannya dengan sedikit berlari.
“Ya tuhan bagaimana aku bisa lupa” gerutu Aqila.
Meski ia malas tetapi Aqila bukan tipikal wanita ingkar janji. Setelah sampai diparkiran ia melihat Rey yang sudah berdiri disamping mobilnya dengan kacamata hitam bertengger dimatanya.
“Ya tuhan lihatlah wajah tampan bak dewa yunani tapi sayangnya tu bibir gak bisa senyum,” umpat Aqila.
Ia berjalan menuju Rey yang sedang menunggunya.
“Maaf saya telat,” ucap cuek Aqila.
“Ayo,” bukannya menjawab Rey masuk kemobil dan mengajak Aqila.
“Huh,” Aqila membuang nafas kasar.
Dan segera ia duduk dikursi samping kemudi dan Rey pun menjalankan mobilnya meninggalkan area Parkiran.
Sepanjang perjalanan tak ada suara sedikitpun.
Hening
Hening
Dan sepertinya keduanya tak berminat untuk membuka suara hingga mobil yang mereka tumpangi sampai didepan restaurant.
Mereka berdua berjalan dengan Aqila berada dibelakang tubuh Rey. Ia mengikuti Rey yang berjalan menuju ruangan VVIP direstaurant itu.
Setelah masuk Aqila segera mendudukkan pantatnya dikursi yang disediakan. Seorang pelayan memberikan buku menu.
“Anda mau makan apa dok?” tanya Rey.
“Saya ikut aja dengan anda,” ucap ketus Aqila.
“Anda tak memiliki alergi,” tanya Rey.
Aqila menggeleng lalu dengan cekatan Rey memilih semua makanan yang mau ia makan dan untuk Aqila juga. Setelah selesai Pelayan itu pergi dan menyisakan keheningan yang masih terjadi diantara dua manusia itu.
“Ehem,” Rey mulai berdehem untuk memghilangkan kecanggungannya.
Aqila mendongak dan menatap datar.
“Semenjak tadi kita bertemu, sepertinya kita belum kenalan,” ucap Rey dengan menyandarkan punggungnya.
“Ah iya benar,” ucap Aqila dengan menunduk.
“Baiklah ayo kenalan,” ajak Rey dengan menjulurkan tangan kanannya.
“Rey,” ucap Rey sopan.
Aqila menerima uluran tangan itu dan menjabatnya.
“Aqila,” ucap cuek Aqila.
“Nama yang bagus,” lirih Rey.
“Hadehh laki gombal udah biasa sama aku” ucao Aqila dalam hati.
Setelah itu keheningan terjadi lagi dan syukurlah pelayan segera datang.
Mereka menyajikan makanan itu dan setelah selesai mereka pamit undur diri. Rey pun mengajak Aqila makan pesanannya. Dengan mantap Aqila mencicipi makanan itu. Hingga matanya terpejam.
“Astaga ini enak banget,” gumam Aqila dalam hati.
“Bagaimana dok enak?” tanya Rey sok akrab.
“Ya Rey,” saut cuek Aqila.
“Masih cuek aja, tunggu aja saatnya cantik,” gumam Rey sambil menatap wajah cantik Aqila.
Mereka makan dengan diam tapi sesekali Rey mencuri pandang pada Aqila. Dan Aqila sendiri ia tau bahwa Rey sedang menatapnya tapi ia mencoba cuek saja.
Selesai makan mereka menikmati hidangan penutup.
“Ayo cepat tuan, saya masih ada pasien,” ucap Aqila dengan ketus.
“Memangnya anda siapa memberi perintah saya,” tanya Rey balik tanya.
“Uhh wajah tengilnya” umpat Aqila dalam hati.
“Kan saya kesini bersama anda tuan jadi anda juga yang harus mengantar balik saya kerumah sakit,” ucap Aqila dengan menahan kesal.
“Tapi saya belum maafin kamu loh,” ucap Rey.
“Ya tuhan terus tuan mau apa sekarang?” tanya Aqila.
“Tulis nomer ponselmu disini,” suruh Rey.
Sejujurnya tanpa meminta Rey pun sudah tau tapi ia tak ingin dianggap pencuri atau peneror. Mending ia langsung meminta.
“Makasih ya dok nanti saya kabarin,” ucap Rey.
Aqila hanya bisa mengangguk.
Setelah selesai dengan tujuan Rey, Aqila mengantarkan kembali Aqila kerumah sakit.
“Terimakasih atas traktiran anda. Dan sekali lagi maafkan saya,” ucap Aqila dengan memaksakan senyum.
“Iya dokter saya juga makasih yah,” ucap Rey tulus.
Aqila hanya mengangguk lalu berjalan kembali ke ruangannya.
“Ya tuhan apa-apaan tuh orang. Aku terpaksa memberinya nomerku kalau tidak ia bisa melakukan hal gila,” dengus kesal Aqila.
Dengan langkah gontai ia kembali ke ruangannya dan melihat Dini disana.
“Loh dokter kesini?” tanya Dini heran.
“Iya Din, emangnya kenapa?” tanya balik Aqila.
“Tadi sekretaris direktur bilang kalau anda langsung pulang,” ucap Dini.
“Hah,” Aqila melongo.
Ia terdiam, ia seperti memikirkan sesuatu.
“Apa karena dia,” gumam Aqila.
“Dokter,” panggil Dini saat Aqila terdiam.
“Ah iya Din?” tanya Aqila kaget.
“Dokter mau disini?” tanta Dini.
Dan Aqila menggeleng. “Aku pulang dulu ya Din”
“Iya dokter” ucap Dini
Aqila kembali ke parkiran dan segera melanjutkan perjalanan kerumahnya. Kepalanya sakit memikirkan semua yang telah terjadi saat ini.
--*--
Di kantor Rey.
Sepulang Rey mengantar Aqila. Tak henti-hentinya ia menebar senyum diseluruh penjuru perusahaan. Sampai para karyawan bergidik ngeri membayangkan wajah bosnya banyak senyum.
Jangankan karyawan, Bima saja juga berpikir bahwa tuannya aneh hari ini.
“Apa anda menang lotre tuan?” canda Bima.
“Lebih dari itu Bim,” ucap Rey.
“Terus?” tanya Bima kepo.
“Wanita itu mulai dekat denganku, sepertinya dia tidak terlalu buruk” ucap Rey.
---*---
Wah babang Rey jangan sampai kebawa mimpi yah hahahah.
Gimana part ini?
Komen dibawah ya dan jangan lupa like ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Zha
Rey ga dapet kakaknya, sekarang ngejar adeknya😂😂😂😂
2022-03-07
0
Elly Kurnia
apa anda menang lotre tuan?? hahahaha ngakak
2020-10-19
1
🍾⃝ᴠͩɪ͜ᴠᷞɪͧᴀᷠɴᷧ ᴡɪᴊ͠ᴀʏᴀ
keren banget dah
2020-07-27
0