“Semoga apa yang aku inginkan bisa diridhai oleh Mama dan kedua kakakku” ~Aqila~
.
.
.
Keesokan harinya.
Aqila menggeliat pelan dan mengerjapkan matanya, matanya menyipit dan menatap jam dinding. Seketika matanya melebar.
“Ya ampun jam 8 mati aku bentar lagi harus ke rumah sakit,” ucap Aqila.
Ia langsung melempar selimut itu dan berlari menuju kamarnya. Sepertinya pagi ini ia harus mandi bebek karena dikejar waktu. 10 menit ia sudah keluar dari kamar mandi. Memakai kemeja dan celana jeansnya dan tak lupa jas kebanggaannya ia bawa. Berlari keluar kamar dengan tergesa-gesa lalu ia segera mencari keberadaan sang mama.
“Mama Aqila pamit,” ucap Aqila ketika menemukan sang mama di dapur.
“Loh kamu belum sarapan sayang ” saut Mama Angel.
Aqila menatap jam pergelangan di tangan kirinya dan menggeleng. “Gak nutut ma keburu telat, aku berangkat ya ma,” ucap Aqila segera menyaut tangan sang mama dan menciumnya.
Ia berlari menuju meja makan dan mengecup pipi sang kakak yang terlihat sedang sarapan.
“Kamu gak makan La?” teriak Axel.
“Nggak kak,” teriak Aqila.
Segera membuka pintu mobil dan melempar tasnya asal disamping dan segera masuk. Menghidupkan mesin mobil dan segera melajukan mobilnya meninggalkan halaman rumahnya.
“Ya tuhan jangan sampai macet,” ucap Aqila saat mengemudikan mobilnya.
Dalam perjalanan Aqila terus memanjatkan doanya karena jika telat bisa-bisa ia kena marah. Dan alhamdulillah ternyata Allah masih berbaik hati, Aqila sampai sekitar pukul 9 kurang 15 menit. Ia segera berjalan masuk ke Rumah Sakit dan menuju ruangannya.
Terlihat Dini sudah bersiap didalam ruangan Aqila.
“Maaf ya Din aku telat,” seru Aqila sambil meletakkan tasnya dan ia segera memakai jas nya dan merapikan penampilannya.
“Kamu baru bangun yah?” tanya Dini.
“Iya Din bener,“ saut Aqila dengan cengiran tak berdosa.
“Hahahha tapi untung belum telat kamu La,” ucap Dini.
Aqila mengangguk membenarkan perkataan Dini. Ya beginilah mereka ketika diluar jam kerja mereka akan berbicara santai tetapi jika sudah masuk jam kerja perkataan formalnya akan dimulai.
Setelah membacakan jadwal Aqila akhirnya dimulailah pekerjaannya dengan semangat. Aqila terlihat ceria dan gembira saat ini. Setiap kali memeriksa anak-anak Aqila pasti tersenyum dan sesekali menggoda anak-anak itu.
Jam istirahat pun berlangsung sebelum Aqila meninggalkan ruangan polinya Dini memberitahu pengumuman pada Aqila.
“La kamu mau ikut jadi relawan?” tanya Dini.
“Relawan?” tanya balik Aqila.
“Iya La, kamu gaktau?” tanya Dini.
Aqila menggeleng.
“Astaga pantesan kamu gak nyalonin,” gerutu Dini.
“Lah emang apa sih jelasin?” tanya Aqila penasaran.
“Begini La, Rumah sakit ini kan Rumah sakit terbesar di Jakarta nah dari Rumah sakit kita akan ada relawan yang bakal dikirim ke Palestina disana lagi ada gencaran dari Israel. Jadi mereka butuh tenaga medis juga,” ucap Dini menjelaskan.
“Astagfirullah aku baru tau,” sesal Aqila.
“Kamu mau ikut?” tanya Dini.
“Pengen,” ucap Qila cepat.
“Tapi apa kamu diijinkan?” seru Dini.
“Aku bakalan minta ijin dulu,” seru yakin Aqila.
“Baiklah ayo kita keluar,” ajak Dini.
Aqila mengangguk lalu keduanya berjalan berdampingan menuju kantin Rumah Sakit.
Ternyata siang itu Kantin terlihat ramai dan padat. Mau tak mau Aqila dan Dini duduk di kursi paling pojok dan itupun berbagi dengan 2 lelaki asing yang sudah duduk disana terlebih dahulu.
“Anda mau makan apa Dokter?” tanya Dini sopan karena disana banyak orang.
“Aku mau sayur bayam dengan perkedel jagung saja dan jangan lupa telur dan sambal,” ucap Aqila.
Dini memgacungkan jempolnya dan mulai memesan. Sedangkan Aqila ia duduk sambil menatap ponselnya. Ia asyik mencari pemberitaan tentang gencaran di Palestina. Ia bertekad meminta ijin pada orang tua dan saudaranya untuk pergi menjadi relawan.
“Semoga Mama dan kakak ijinin aku berangkat dan juga agar aku segera melupakan semua tentangnya,” gumam Aqila dengan mata berkaca-kaca.
Tanpa sadar Dini telah berdiri di dekat Aqila.
“Dokter,” panggil Dini kedua kalinya.
Aqila terperanjat kaget. “Ya,” saut Aqila.
“Ini,” menyodorkan sepiring nasi dan sebotol air mineral.
“Makasih yah.”
“Sama-sama,” saut Dini dengan tersenyum.
Akhirnya keduanya segera memakan makanannya dengan lahap tanpa menggubris kedua lelaki yang duduk didepan mereka.
Aqila yang aslinya memang cuek juga tak terlihat risih ketika ia menyadari jika ia ditatap oleh lelaki didepannya. Tetapi tidak dengan Dini, Dini merasa risih sendiri dan ia mempercepat makanannya.
“Alhamdulillah kenyang,” ucap Aqila setelah menghabiskan makanannya.
“Jelas lah Dokter kenyang kan abis makan,” celetuk Dini.
“Hahahha iya yah,” saut Aqila dengan cengengesan.
“Yaudah ayo Din,” sambung Aqila.
Keduanya berdiri dan segera membayar makanan mereka dan meninggalkan Kantin Rumah Sakit.
--*--
Kedua lelaki yang berada di meja yang sama dengan Aqila pun terdiam. Sejujurnya mereka adalah orang penting di rumah sakit tempat Aqila bekerja.
Aqila bekerja pun ada didua tempat. Ia bekerja di Rumah Sakit besar itu tanpa bantuan sang kakak ipar karena memang permintaan Aqila untuk bisa kerja dengan hasilnya sendiri. Dan jika jadwal Aqila kosong ia akan datang ke rumah sakit milik keluarga Raharja.
Kembali pada dua lelaki tampan yang duduk di kursi depan Aqila tadi.
“Anda tidak apa-apa tuan?” tanya lelaki disampingnya.
Lelaki tampan itu mengangguk.
Reynaldi Johan Pratama, ya lelaki tampan itu yang berumur 33 tahun adalah direktur Rumah sakit tempat Aqila bekerja. Dan lelaki itu adalah lelaki sama yang ditinggal menikah oleh dua wanita dikampus nya yang membuatnya hingga sekarang masih saja sendiri.
Dan lelaki yang tak kalah tampan disampingnya adalah Bima, sekretaris cekatan yang membantu pekerjaan Rey mengurus perusahaan dan rumah sakitnya.
Hari ini ia memang memutuskan mengunjungi Rumah sakitnya untuk mengontrol dan ternyata tanpa ia sengaja bertemu dengan wanita cantik yang super cuek didepannya. Bahkan wanita itu yang tak lain adalah Aqila tak menggubris keberadaan Rey dan Bima.
“Kamu cari tau wanita tadi Bim,” ucap dingin Rey.
“Baik tuan,” saut Bima.
Rey berdiri diikuti Bima, mereka pergi meninggalkan kantin dan langsung menuju mobil. Keduanya masuk dan Bima segera melajukan mobilnya ketika menatap tuannya sudah duduk aman dimobilnya.
Sepanjang perjalanan pikiran Rey tertuju pada gadis muda didepannya.
“Cantik masih muda dan cuek,” gumam Rey dengan senyuman tipis.
“Baru kali ini ada wanita seperti dia setelah aku ditinggal Meli.”
Seketika ingatan Rey kembali saat kuliah. Hatinya masih berdenyut sakit saat dulu tau bahwa Meli lebih memilih Rudi daripada dirinya.
“Hah,” menghembuskan nafas kasarnya dan memilih memejamkan matanya sejenak.
20 menit kemudian mobil yang dikendarai Bima telah terparkir aman di parkiran perusahaan. Dengan hati-hati Bima membangunkan Rey.
“Tuan sudah sampai,” ucap Bima.
Rey mengerjapkan matanya kemudian membetulkan pakaiannya agar rapi. Berjalan dengan angkuh kedalam perusahaannya dengan tatapan dingin.
Setelah sampai di ruangannya Rey segera berkutat dengan berkas diatas mejanya. Sedangkan Bima ia menjalankan perintah Rey yang menyuruhnya mencari data tentang Aqila.
Ternyata hanya butuh 5 menit Bima sudah menemukan semua data Aqila ia berjalan masuk keruangan Rey.
“Permisi tuan. Saya sudah mendapatkan data yang anda minta,” ucap sopan Bima.
Rey melepaskan kacamatanya dan segera mendongakkan wajahnya.
“Bacakan,” ucap tegas Rey.
“Aqila Kanaira Putri Cullen...”
--*--
Hyaaaaa gantung dulu yah hahaha.
Nih yang kangen si tampan Rey nih sudah datang muncul kesini hehe. Si tampan jomblo yang pernah tersakiti sekarang muncul kembali loh.
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN YANG BANYAK DAN VOTE KOIN POIN DONG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Verra Shiva
rey tengil dulu kan 😒😒
2022-03-11
0
Zha
ini Rey yg suka ma Adel n temennya itu kan🤔
2022-03-07
0
Maura
visual jangan lupa dong thor
2021-09-26
0