"Pagi ini aku sudah berjanji pada diriku untuk membuka lembaran baru dan melupakan segala sakit dihatiku yang ditimbulkan olehmu." ~Aqila~
.
.
.
Keesokan harinya.
Aqila terbangun karena suara tirai yang digeser dikamarnya. Ia mengerjapkan matanya ketika melihat sang mama yang membuka tirai itu.
“Selamat pagi sayang,” sapa Mama Angel dengan tersenyum.
“Pagi ma,” saut Aqila dengan mendudukkan dirinya.
“Bagaimana keadaanmu nak?” tanya Mama Angel.
“Alhamdulillah lebih baik,” saut Aqila.
“Ah iya mah Aqila kerja ya ma,” sambung Aqila.
“Ehh tapi kamu kan kemarin baru pulang sayang,” ucap Mama Angel.
“Aku sudah lama ijin mah. Gak enak sama yang lain,” memelas Aqila.
Akhirnya mau tak mau sang mama mengangguk, dengan senang Aqila mencium pipi sang mama dan berjalan menuju kamar mandi.
Butuh waktu 20 menit Aqila membersihkan diri dan segera mengenakan kemeja dan celana jeansnya.
Tak lupa jas kebanggaannya berada ditangan kirinya. Ia berjalan meninggalkan kamar menuju meja makan.
Disana sudah tertata rapi banyak makanan pagi ini. Aqila segera duduk dan mengambil makanan. Tanpa menunggu Axel ia segera sarapan terlebih dahulu.
“Lah tumben kaka ditinggal?” gerutu Axel.
“Udah laper,” saut cuek Qila.
“Heleh kakak aja meski laper ya nungguin kamu,” gerutu Axel.
“Iya iya yaudah ah kakak makan ayo,” seru Aqila dengan wajah memelas.
Akhirnya Axel ikut sarapan juga bersama Aqila. Axel memandangi wajah sang adik yang terlihat segar dan bersemangat. Ia berdoa semoga sang adik akan selalu seperti ini dan melupakan semua kesedihannya.
Aqila yang merasa diperhatikan akhirnya mendongak.
“Kenapa kak?” tanya Aqila pada Axel.
“Gakpapa kakak seneng aja kamu udah bisa gini,” ucap tulus Axel.
“Doakan Aqila selalu yah,” seru Aqila.
Axel mengangguk dan mereka melanjutkan sarapan mereka. Setelah habis Aqila segera berpamitan kepada mama dan kakaknya.
Selesai pamit Aqila segera berjalan menuju mobilnya dan melajukan dengan kecepatan sedang. Pikirannya kembali saat ia tadi sehabis berpakaian.
🍵🍵
“Aku harus yakin untuk move on, melupakan semuanya dan bangkit dari kesedihan ini. Aku yakin semua akan indah pada masanya,” ucap Aqila dengan menatap pantulan dirinya dicermin.
Dengan semangat ia merias wajahnya dangan make up tipis untuk menutup wajah pucat dan kantung matanya yang menandakan ia habis menangis.
🍵🍵
25 menit perjalanan menuju rumah sakit akhirnya berakhir. Ia memarkirkan mobilnya ditempat biasa dan keluar dengan anggun. Tas ditangan kirinya dan jas yang tergantung dilengan tangannya membuatnya terlihat semakin cantik.
Sepanjang perjalanan semua orang yang mengenal Aqila dan suster pun menyapanya dengan hangat. Tak kalah itu para Dokter senior pun yang masih muda dengan terang-terangan mendekati Aqila.
Tetapi itu semua tak membuat Aqila terlena. Ia hanya bisa membalas sapaan. Setelah sampai di ruangannya. Ia segera mengenakan jasnya dan disusul oleh Suster Dini.
“Selamat datang Dokter,” sapa Suster Dini ramah.
“Iya din,” saut Aqila.
“Hari ini jadwalnya lumayan padat Dokter,” seru Suster Dini.
Ya Suster Dini adalah suster yang menbantu pekerjaan Aqila. Jika diluar pekerjaan mereka berdua akan seperti teman. Keduanya dulu adalah teman sekampus tetapi hanya jurusan saja yang berbeda.
“Oke gakpapa aku juga udah kangen ketemu sama anak-anak. Kamu jangan terlalu formal sama aku din kalau lagi berdua,” ucap Aqila dengan cemberut.
“Baiklah la, udah tu bibir jangan kayak bebek,” goda Dini.
“Astaga awas kamu yah,” seru Aqila.
“Yaudah ayo kita keruangan praktek,” ajak Dini.
Aqila mengangguk dan keduanya segera berjalan menuju ruangan praktik Aqila. Terlihat sudah ada beberapa orang tua dan anak-anak yang menunggu didepan ruangan praktiknya. Setelah menebar senyum Aqila segera masuk dan menjalankan pekerjaannya dengan senyum mengembang.
Hingga tanpa sadar waktu pun sudah semakin berlalu dan jam istirahat pun sudah dimulai.
“Akhirnya selesai juga” gumam Aqila dengan menyandarkan punggungnya pada sofa ruang kerjanya.
“Iya kan La ramai banget yah,” ucap Dini.
“Begitulah Din tapi aku senang,” seru Aqila.
“Yayaya kau memang penyuka anak-anak,” ucap Dini.
“Ah ayo makan siang,” ajak Dini.
Menatap jam ditangannya dan benar saja waktunya makan siang. “Kita makan dimana?” tanya Aqila dengan melepas jas kebanggaannya.
“Kalau didepan rumah sakit gimana?” ucap Dini.
“Baiklah ayo,” ucap Aqila.
Ia segera meraih dompet nya dan merapikan kemejanya. Berjalan berdampingan keluar dari ruangan menuju tempat makan.
Tetapi sebelum ia sampai di depan seseorang memanggil namanya.
“Dokter Qila.”
Aqila berbalik.
“Ya ada apa Dokter Paul?” tanya Aqila dengan tersenyum.
Dokter Paul ini adalah Dokter bedah saraf yang terkenal tampan dirumah sakit tempat Aqila bekerja. Wajahnya yang belasteran dan kebulean membuatnya sangat dikagumi di seantero rumah sakit. Bahkan pasiennya pun ada yang tergila-gila padanya. Tapi itu semua tak membuat Dokter Paul menyempilkan hatinya pada salah satu wanita itu.
Atensinya hanya ada pada satu wanita. Ya wanita didepannya yang sangat tertutup dan cuek. Sejatinya Dokter Paul adalah dokter yang ramah dan murah senyum.
Aqila sendiri masih menunggu ucapan apa yang selanjutnya dikatakan oleh lelaki didepannya.
“Apa anda mau makan siang?” tanya Dokter Paul.
“Iya Dokter,” ucap Aqila.
“Apa aku boleh bergabung,” seru Dokter Paul.
“Tentu saja boleh,” ucap Aqila dengan tersenyum manis.
Akhirnya disinilah sekarang mereka bertiga. Menunggu makanan pesanan selesai. Mereka menunggu sambil membahas pekerjaan dirumah sakit. Ya begitulah Dokter jika bertemu sesama Dokter pasti yang dibahas ya tak luput dari perihal rumah sakit dan pasien.
“Silahkan,” ucap pelayan sopan sambil menata makanan diatas meja.
“Terimakasih,” ucap Aqila.
Akhirnya ketiganya makan tanpa bersuara hanya bunyi deting sendok yang terdengar. Karena kelaparan akhirnya makanan Aqila habis terlebih dahulu. Ia segera meneguk minumannya hingga tandas.
“Dokter lapar yah?” tanya heran Dini.
“Iya Din,” saut Aqila.
“Pantas saja Dokter cepet banget makannya,” ucap Dini.
Aqila hanya tersenyum ,setelah selesai Aqila beranjak menuju kasir. Ia membuka dompetnya dan akan membayar tetapi sayang tangannya kalah cepat dengan Dokter Paul.
Aqila segera menatap Dokter Paul yang juga sedang menatapnya dengan tersenyum manis.
“Biar aku yang membayarnya,” ucap Dokter Paul.
“Tapi..” ucapan Aqila terpotong.
“Tidak ada penolakan,” tegas Dokter Paul.
Mau tak mau Aqila hanya bisa mengangguk, setelah selesai ia keluar dan kembali ke rumah sakit. Dalam perjalanan Aqila tetap mengobrol dengan keduanya sampai berhenti didepan ruangan Aqila.
“Saya uacapin banyak termakasih ya Dok,” ucap tulus Aqila.
“Tidak perlu seperti itu,” ucap Dokter Paul dengan senyum manis.
Setelah berpamitan Dokter Paul kembali keruangannya sedangkan Aqila ia membereskan meja kerjanya karena jam kerjanya sampai jam segini. Ia beranjak dan segera meraih tasnya dan keluar dari ruang kerjanya.
Ia berjalan menuju parkiran mobil dan segera menaikinya. Melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Aqila tak tau harus kemana tetapi ia membutuhkan ketenangan.
Menarik nafas dalam saat tau ia akan kemana. Segera ia mempercepat laju mobilnya dan melajukan menuju tempat itu.
Bugg.
Aqila menutup pintu mobil dengan keras dan berlari menuju pasir putih yang indah dengan air pantai yang bagus dan dingin itu.
Aqila bertelanjang kaki menjejakkan kakinya ke pasir putih itu. Ia merasa senang sekali berada dipantai dan beruntung suasana sedikit bersahabat dan sedikit orang disini.
Aqila memilih duduk dan menatap hamparan laut didepannya. Pikirannya menjadi tenang dan sejenak melupakan lelaki yang ia benci itu.
--*--
Hayo gimana dengan kelanjutannya?
Duh babang Paul muncul juga nih. Dokter tampan dan seksi ini selalu muncul jika Aqila kesulitan.
Hayoo hayoo jan baper loh yah hahah.
Jangan lupa LIKE, KOMEN VOTE YAH
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Verra Shiva
dokter aqila sama dokter paul aja thor.
2022-03-03
0
Mama amiinn Asis
jangan2 jodonya aqila dokter paul
2020-12-04
0
Elly Kurnia
penasaran nantinya aqila jodohnya ma siapa
2020-10-19
2