“Jangan pernah terjun lagi pada lubang yang sama, jadikan hari ini sebagai pengalaman untuk hidup dimasa depanmu agar menjadi lebih baik.” ~Alex~
.
.
.
James yang keluar dari ruangan Aqila hanya bisa menatap nanar lantai rumah sakit yang ia pijaki. Penyesalannya kali ini berlipat-lipat ganda. Dia berharap Aqila memaafkannya tetapi sayangnya itu hanya menjadi angan-angannya saja. Jangankan memaafkan. Tadi saja ketika ia dipukuli sang kakak kekasihnya Aqila hanya diam.
Ia tau betul pasti hati wanitanya kecewa, sakit dan hancur. Tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur.
James melangkahkan cepat kakinya menuju mobilnya dan segera melajukan mobilnya ke perusahaan tempat ia bekerja. Setelah memposisikan mobilnya diparkiran ia segera berjalan menuju pintu masuk. Sayangnya ketika ia ingin masuk kehadirannya malah dihadang oleh 4 orang pria berbadan tegab.
“Mau apa kalian minggir,” seru James.
“Anda tidak diijinkan masuk,” ucap salah satu pria tegab itu.
“Apa hak kalian saya bekerja disini minggir kalian,” teriak James.
“Jika anda memaksa kami juga akan bertindak kasar pada anda,” saut pengawal yang lain.
Dan akhirnya perkelahian pun tak dapat dihindari. James dengan sekuat tenaga menghajar keempat orang itu. Tetapi sepertinya dewi keberuntungan tak berpihak padanya. James tersungkur dengan luka lebam diwajah dan tubuhnya.
Brukk
“Pergi anda dari sini,” teriak salah satu pengawal itu pada James yang tersungkur.
James tak ada pilihan lain ia memilih pergi dari sana dan memasuki mobilnya kembali. Ia mengemudikan mobilnya entah akan kemana.
--*--
Sementara Luna sendiri.
“Eughhhh,” lenguh Luna dengan mengerjapkan matanya.
Ia mencoba duduk dan menatap ruangan yang ia tinggali.
“Aku dimana?” gumam Luna sambil mengedarkan pandangannya.
Sayangnya Luna tak tau ia dimana. Tempat ini sangat asing untuknya. Hingga bunyi pintu dibuka ia menatap sumber suara.
Ceklek.
“Hay cantik kau sudah bangun,” suara wanita sekitar umur 35 tahun.
Wanita yang bernama Dena itu masuk dengan pakaian seksi. Paha mulus dan belahan dada yang tampak menyembul. Serta make up tebalnya itu sangat membuat para lelaki yang melihatnya ingin menerkam. Mungkin umurnya sudah tak muda lagi tetapi karena perawatan wajahnya terlihat kencang dan muda.
“Aku dimana ini?” tanya Luna.
“Kau ada ditempatku,” ujar Mami Dena.
“Tempat apa maksutmu?” teriak Luna.
“Uh apa kau tak ingat sayang?” bisik Mami Dena.
“Jika kau lupa perlu aku ingatkan yah” sambung Mami Dena, “Kau disini untuk melayani lelaki hidung belang dengan tubuhmu,” seru Mami Dena.
“Apa!!!” kaget Luna.
“Aku gak mau,” teriak Luna.
“Kau tak mau, ya bayar uang untuk mengganti kerugianku yang telah membelimu,” seru Mami Dena.
Luna mendekat dan berlutut di kaki Mami Dena.
“Ku mohon lepaskan aku hiks hiks,” isak tangis Luna pecah.
“Cih kau tak perlu mengeluarkan air mata. Bukankah kau sudah sering melayani lelaki secara gratis,” bisik Mami Dena geram.
Setelah mengatakan itu Mama Dena menjambak rambut Luna sampai sang empu menengadah.
“Dengarkan aku, puaskan tamuku dan kau akan kuberi uang,” ucap Mami Dena.
“Ah dan jangan lupa panggil aku Mami Dena,” sambung Mami Dena.
Mami langsung keluar dari ruangan Luna dan pergi. Sedangkan Luna ia menangisi hidupnya kali ini. Ia teringat tadi ketika ia baru keluar dari apartemen James. Ia mencari taxi tetapi tak ada yang lewat. Hingga akhirnya ia berjalan beberapa meter hingga ada mobil yang memberikan tumpangan untuknya.
Setelah itu ia sudah tak ingat apa-apa dan berakhir ditempat ini.
“Aku tak mau aku tak mau,” teriak Luna dengan tangis pilu.
Ia menyesali semua perbuatannya. Apa ini yang dimaksud karma untuknya karena mengganggu hubungan seseorang.
Tetapi mau bagaimana lagi, meski Luna menangis meraung dan memukuli dirinya sendiri itu tak merubah semuanya.
Tepat malam ini adalah malam pertama kali Luna melayani seseorang tamu. Dia berdoa semoga tamunya seorang lelaki tampan. Sayangnya itu hanya angan-angan saja.
Seorang lelaki terlihat berumur hampir seperti Mami Dena berdiri tak jauh darinya. Dari sorot matanya saja Luna sudah tau bahwa sang lelaki sedang menahan nafsunya. Luna sudah sering melakukannya dulu bersama James itulah yang membuatnya faham akan hal ini.
Hingga terjadilah apa yang terjadi tak aku ceritakan biar kalian pikirin aja yah heheh. Banyak jomblo berkeliaran disini hahaha.
--*--
Sedangkan James setelah di usir dari kantor ia pulang kembali ke Apartemennya.
Ia menempelkan kartu Apartemennya tetapi tak bisa.
“Loh ya tuhan kenapa gak bisa dibuka ” ucap James dengan mencoba menempelkan kartunya kembali tetapi sayangnya tak bisa.
Ia mencoba berkali-kali sayangnya tetap tidak bisa pasti ada yang tak beres. Ia segera turun ke meja resepsionis itu.
“Mbak,” panggil James.
“Ya ada apa tuan?” tanya sang mbak mbak dengan ramah.
“Kenapa kartu saya gak bisa buat buka kamar saya yah?” tanya James penuh selidik.
“Mohon maafkan kami tuan, bos kami yang meminta kami untuk mengusir anda,” ucap resepsionis itu.
“Siapa mama bosmu?” tanya James dengan tajam.
“Tuan Kevin.”
Setelah mendengar itu akhirnya James keluar dari Apartemen dan barang-barang miliknya pun sudah berada disana.
Dia tak tau sekarang harus bagaimana. Semuanya hilang dalam sekejap. Kekasih, pekerjaan dan masa depannya sepertinya telah hancur dan pergi meninggalkannya.
James menyesal, dia duduk didepan lobby apartemen sambil menatap barang-barangnya. Ingatan kisahnya dengan Aqila terngiang kembali diotaknya. Senyumnya, tatapan lembutnya, pipi yang meronanya semua ia rindukan.
Tetapi sekarang itu semua menjadi angan-angan saja. Ini semua salahnya ini semua sudah hal yang harus ia tanggung jawab ketika bermain api dengan hubungannya.
Menghembuskan nafas berat akhirnya James membawa semua barang miliknya ke bagasi mobil. Setelah tertata rapi ia menutup bagasinya dan melajukan mobilnya.
Ia hanya bisa berdoa semoga tempatnya bersama Alex masih bisa ia masuki. Dengan kecepatan tinggi James mengendarai mobilnya. Tak ada suara hening didalam mobil.
Setelah 20 menit akhirnya ia sampai ditempat yang banyak kenangan dengan sang mantan kekasih.
“Alex,” teriak James ketika sampai didepan.
Sepi.
“Alex,” teriak James kembali.
Hingga suara orang dari dalam menyaut. Dan keluarlah orang yang ia cari.
“Ada apa?” tanya Alex heran.
“Gue tidur sini yah,” seru James.
“Hah, ngapain?” tanya Alex linglung.
“Entar lagi gue ceritain,” sambung James.
Tanpa menunggu jawaban James sudah masuk dan duduk di sofa yang tersedia.
“Hah untung sahabat kalau bukan udah gue buang,” gerutu Alex.
Alex ikut masuk dan duduk disamping James. Ia menunggu apa yang akan diucapkan oleh lelaki didepannya ini. Dari penampilan sudah kacau sekali. Wajah lebam, bibir pecah dan rambut acak-acakan.
“Gue dipecat dari perusahaan, gue diusir dari Apartemen,” ucap James dengan menunduk.
Alex masih terdiam menunggu lelaki didepannya melanjutkan.
“Gue gaktau gue harus tinggal dimana, Cuma lo dan tempat ini yang gue punya,” seru James.
“Lo boleh tinggal disini,” celetuk Alex tiba-tiba.
Tak perlu ditanya Alex sudah tau apa maksud kedatangan James. Sejujurnya ia sudah iba dan kasihan tetapi ia tak bisa melakukan apa-apa selain melakukan ini untuk James.
“Serius?” tanya James.
“Ya gue serius.”
“Makasih Lex,” memeluk Alex.
“Jadiin semua ini pelajaran oke, lain kali lo gak boleh gini lagi,” seru Alex dengan menepuk punggung James.
James mengangguk.
--*--
Hua Babang Alex baik bener sih. Sini sama Author aja entar Author cariin calon istri yang pengertian yah hahaha.
Hayo gimana masih lanjut gak?
Jangan lupa yah LIKE, VOTE POIN/KOIN, KOMEN DAN RATE BINTANG 5
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Mama amiinn Asis
Biar rasain itu james putusi itu dia
cerita ini sampi menyentui hati saya ma.af ya yg belum merasakan namax sakit hati
2020-12-04
0
🍀fatima🍀
kasian James
2020-09-28
0
°Zonk°l||l°
setelah sekian lama baru mampir thor 😅😅😅
2020-09-20
0