“Rasa perhatian dan simpatiku sudah hilang tertelan oleh sakit hatiku sendiri. Pengkhianatan itu masih terlihat jelas dipelupuk mataku saat aku memejamkan mata ini.” ~Aqila~
.
.
.
Dirumah sakit
Setelah kepergian James, Aqila hanya diam seribu bahasa sambil menatap berkas-berkas di tangannya. Adel sendiri mengobati luka Axel di tangannya karena terlalu banyak memukul James.
“Dengerin kakak yah, ini terakhir kamu mukulin dia,” ucap tegas Adel.
“Tapi kalau dia ganggu Qila lagi. Aku gak segan-segan habisi dia,” ucap Axel dengan geram.
“jangan pernah memiliki dendam Axel,” ucap pelan Adel.
Adel ingin sang adik tidak memetingkan emosinya dan memiliki dendam pada seseorang. Karena itu tidak baik untuk hati seseorang. Jika seorang manusia sudah memiliki sifat dendam pasti orang itu tidak akan pernah hidup dengan tenang.
“Kenapa kak? Kenapa? Dia udah bikin Aqila seperti ini,” seru Axel.
“Karena kita bukan dia sayang ingat. Dia jahat sama adikmu bukan berarti kita juga harus jahat padanya,” ucap pelan Adel dengan mengusap punggung sang adik.
Axel hanya terdiam. Ia tak menggubris ucapan sang kakak. Ia masih kesal dan benci pada lelaki yang sudah menyakiti Adiknya.
Adel beralih menatap Aqila.
“Sayang,” mengusap lengan Aqila.
Aqila mendongak.
“Iya kak,” saut Aqila.
“Kamu kenapa tadi gak lerai kakak kamu?” tanya Adel.
“Karena dia berhak mendapatkan itu,” ucap dingin Aqila.
Lalu ia kembali fokus menatap berkas.
“Sayang dengar kakak” mengambil berkas ditangan Aqila, “Yang berhak menghakimi dia hanya Allah. Yang berhak membalas semua perbuatannya hanya Allah sayang,” sambung Adel.
Aqila terdiam.
“Kita hanya manusia, kita hanya bisa mendoakan dia agar bisa berubah,” ucap Adel.
“Jangan bahas dia kak. Aku gak peduli apapun padanya. Bahkan sekalipun dia mati aku tidak peduli,” suara Aqila meninggi lalu ia menidurkan tubuhnya dan memunggungi sang kakak.
Akhirnya Adel mengalah, ia tau pasti sang adik masih sakit hati. Adel memilih menghampiri sang suami di sofa.
Mata Adel sudah berkaca-kaca ketika sang suami menatapnya lekat.
“Jangan menangis,” hibur Kevin.
“Aku harus gimana mas, bukannya aku gak sayang sama mereka. Tetapi aku hanya memberi tau mereka agar mereka tak salah sikap,” seru Adel dengan menahan isak tangisannya.
“Sudah sayang, mereka masih marah. Dan mereka masih panas kamu biarkan saja dulu,” memeluk Adel dan mengusap punggung wanita yang ia cintai itu.
“Aku memang gak pernah rasain kayak Qila mas hiks hiks. Tapi setidaknya sebagai wanita aku tau sakitnya dia. Tetapi Aqila lihat ia seperti mati hati sekarang,” ucap Adel dengan menangis dipelukan istrinya.
“Sudah jangan menangis. Mas yakin Aqila akan kembali seperti dulu,” ucap yakin Kevin.
Adel hanya mengangguk dan mulai tenang.
-*-
Aqila sendiri sebenarnya ia tak tidur. Ia hanya memejamkan matanya untuk menghindari percakapan dengan sang kakak.
Jujur hatinya sudah mati untuk lelaki itu. Perhatiannya pun sudah melebur tertelan sakit hatinya.
“Semoga Allah menyembuhkan sakit hatiku ini. Berikan aku lupa ingatan ya allah agar aku melupakan 4 tahun waktu bersamanya,” gumam Aqila dengan menangis.
Karena kelelahan menangis Aqila terlelap sendiri. Matanya membengkak dan hidungnya merah.
Axel pun sebenarnya mendengar isak tangis sang adik. Dan ia juga melihat bahu Qila bergetar. Tetapi Axel membiarkan untuk memberi waktu sang adik menenangkan hati Aqila.
Suara ketukan membuat perhatian semua orang ke arahnya.
Ceklek.
Mama Angel dan Mama Nora datang bersama. Adel langsung berdiri ketika menangkap raut cemas diwajah sang mama.
“Sayang,” ucap lembut Mama Angel dengan mengusap rambut sang anak.
“Kamu habis nangis nak,” gumam Mama Angel menatap mata sang anak terakhirnya.
Adel mendekat.
“Mama,” panggil Adel.
“Adikmu sayang hiks,” Mama Angel memeluk Adel.
“Sudah ma, biarkan ini menjadi pengalaman untuknya,” ucap Adel dengan mengusap punggung sang mama.
“Tapi lihatlah wajahnya nak, sangat menyedihkan. Dari kecil ia tak mendapat kasih sayang papamu. Dan sekarang ia harus disakiti oleh seorang lelaki. Hubungan mereka juga sudah lama 4 tahun. Pasti hatinya sakit,” ucap Mama Angel dengan menangis.
“Aku tau ma, aku yakin Aqila anak yang kuat ma. Dia gak bakal lemah ma” ucap yakin Adel
“Semoga sayang, semoga ia juga tak berubah karena masalah ini. Mama takut dia berubah,” menatap wajah sang anak yang masih terlelap.
“Tidak akan ma,” saut Adel dengan tak yakin.
“Axel tidur sini?” tanya Mama Angel pada sang anak kedua.
“Iya ma,” seru Axel.
“Astagfirullah tanganmu kenapa nak?” tanya Mama Angel menghampiri Axel.
“Gakpapa ma,” seru Axel mencoba melepas tangannya dari tangan mamanya.
“Mama lihat,” memegang erat tangan sang anak dibagian punggung tangannya yang membiru.
“Kamu abis berantem?” tanya Mama Angel.
Axel terdiam.
“Jawab Axel!” suara Mama Angel meninggi.
“Mama jangan emosi oke. Mama tenang Axel bakal ceritain,” ucap Axel.
Axel sendiri takut jika sang mama marah dan tensi nya akan tinggi. Sekarang kesehatan sang mama lebih penting menurutnya.
“Axel habis berantem,” cicit Axel.
“Berantem? Sama siapa?” tanya Mama Angel.
“James.”
“Apaa!! Kamu berantem dimana sayang?” khawatir mama Angel.
“Disini ma tadi,” suara Adel menimpali.
“Kenapa bisa kalian berantem nak,” masih khawatir.
“Axel benci dia kesini ingin melihat kondisi Aqila ma. Apa dia tidak sadar karena pengkhianatannya Aqila kayak gini,” ucap Axel dengan wajah sendu.
“Tapi gak seharusnya kamu harus menyelesaikan dengan baku hantam nak,” mama Angel memberi pengertian.
“Axel udah gak sabar ma, udah emosi di ubun-ubun pengen hajar aja,” ucap Axel.
“Lain kali kamu gak boleh mukul orang sembarangan nak.”
“Tapi itu khusus dia ma, aku benci sama dia udah bikin nangis Aqila,” seru Axel.
“Iya mama tau tapi kamu gak boleh kayak gini lagi yah.”
“Iya ma maafin Axel,” Axel menunduk.
“Iya sayang yang pasti jangan diulangin.”
Axel mengangguk.
Setelah perdebatan itu semua akhirnya mereka sudah kembali seperti sedia kala. Adel, Mama Angel, Axel, Mama Nora dan Kevin menikmati makanan mereka disofa rumah sakit dengan diselingi candaan.
Hingga suara candaan itu membangunkan Aqila yang sedang terlelap. Aqila akhirnya mencoba untuk duduk dan ternyata gerakannya diketahui oleh sang Mama.
Mama Angel mendekat dan duduk diatas ranjang membawa sang anak kepelukannya. Aqila hanya terdiam tak membalas pelukan sang mama. Dan yang lebih heran Aqila tidak menangis. Ia seperti tidak ada semangat hidup.
“Sayang,” panggil Mama Angel lembut.
Aqila terdiam.
“Jangan kayak gini nak. Mama lebih milih kamu nangis daripada harus diem kayak gini,” ucap Mama Angel dengan menangis.
Aqila melepas pelukan sang mama dan menatap wajah orang yang sangat ia cintai. Mengangkat tangan kanannya dan menghapus air mata sang mama.
“Mama tidak boleh menangis,” ucap pelan Aqila.
“Kalau kamu gak mau mama nangis kamu harus bahagia nak,” Mama Angel menarik tangan Qila kepelukannya kembali.
Aqila hanya bisa mengangguk, ia tak yakin dengan jawabannya tetapi ia hanya bisa berdoa semoga kehidupannya seperti pepatah "setelah hujan akan datang pelangi."
--*--
Gimana gimana part ini?
Abang Axel mah jotos aja terus yak. Author juga gemes pen mukul tu babang James jadi laki kagak setia amat.
Hahaha yang mau hujat silahkan. Babang James udah kebal.
Ada salam dari babang James, "Tak ada manusia yang sempurna pasti akan ada khilaf di lain waktu" katanya hahaha.
Udah udah jangan lupa yah.
LIKE, KOMEN, VOTE KOIN/POIN DAN RAT BINTANG 5
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
M⃠⸙ᵍᵏWãterLīlyHõkKī²
sukaaaa ma nasehat adel
2022-03-15
0
Anisbian
kata" nya pada belepotan thor
2021-12-31
0
Ema Leksono
titip salam sama axel y thor suruh getokin tu james.. ihhh gemesss
2020-11-02
3