“Perasaan cintaku yang setinggi gunung sekarang hancur rata melebur seperti tanah. Remuk padam dan tak ada artinya” ~Aqila~
.
.
.
Keesokan harinya.
Pancaran sinar matahari membuat Aqila mengerjapkan matanya. Ia merasakan tubuhnya sakit dan kepalanya pusing. Ia segera membuka matanya dan menatap langit kamar. Ia melihat sekitarnya dan sang kakak Axel tidur di sampingnya.
Dengan lembut Aqila mengusap rambut sang kakak lelakinya. Axel menggeliat dan membuka matanya.
“Qila,” ucap senang Axel.
Axel segera berdoa dan bersyukur karena saudaranya sudah sadar. Beberapa menit kemudian sang Dokter datang dan memeriksa Aqila.
Setelah selesai Dokter menjelaskan semuanya pada Axel. Axel manggut-manggut dan setelahnya sang Dokter meninggalkan ruangan itu.
“Bagaimana keadaanmu La?” tanya Axel.
“Badanku sakit kak,” cicit Aqila.
“Baiklah kamu harus banyak istirahat kata Dokter,” ucap Axel menirukan ucapan sang Dokter.
“Hmm iya kak, tetapi apa aku boleh meminta tolong pada kakak,” ucap Aqila menatap Axel.
“Meminta tolong apa sayang?” tanya Axel.
“Tolong ambilkan berkas penting di ruang kerjaku kak. Semalam seharusnya aku mengambilnya tetapi...” belum sempat Aqila menyelesaikan ucapannya sang kakak sudah memotong.
“Kakak sudah tau, baiklah kakak tinggal dulu yah,” ucap Axel dengan mengusap kepala sang adik.
Aqila mengangguk dan tersenyum manis. Setelah melihat tubuh sang kakak hilang dibalik pintu. Aqila menatap lelaki yang tertidur di sofa ruangannya. Dari bajunya saja ia sudah tau siapa lelaki itu.
“Terimakasih kak, kau begitu baik padaku” ucap Aqila pelan dengan memaksakan tersenyum.
Setelah itu Aqila mulai mengalihkan perhatiannya menatap dinding-dinding yang menjulang tinggi dibalik kaca ruangannya itu.
Sejenak ia mulai melupakan sakit hatinya tetapi karena ia memejamkan matanya sebentar. Bayang wajah James membuatnya membuka mata secara paksa.
“Kenapa wajahnya selalu muncul,” ucap Aqila dengan menjambak rambutnya.
“Aku sangat membecimu. Cintaku sudah hancur karena kau yang menghancurkannya. Perasaan cinta yang menggunung sekarang berubah runtuh bersatu dengan tanah. Kau lempar aku ke dasar jurang terdalam untuk hatiku” gumam Aqila dengan mata berkaca-kaca menatap ke arah luar jendela.
Sungguh pengkhianatan itu masih terekam jelas dipikirannya. Ia tak habis pikir selama ini perjalanan cintanya memang di awal seperti sangat mustahil. Ia harus bersembunyi terlebih dahulu untuk menutupi hubungannya dengan James, meminta restu yang sulit dari keluarganya dan akhirnya direstui. Dan sekarang? Ia harus dikhianati disaat ia baru pulang bertugas. Sungguh menyakitkan untuk dirinya.
Sejenak ia mengingat kejadian 4 tahun lalu saat awal ia bertemu kembali dengan lelaki yang ia cintai yaitu James.
🍵🍵
Saat itu wanita yang baru mendapatkan kelulusan sekolah SMA sedang berjalan menuju sebuah Cafe. Ia berniat untuk membelikan makanan kesukaan sang Kakak Adel.
“Hah cuaca begitu panas, badanku gerah,” gerutu Qila sambil berjalan.
Sepanjang menuju cafe bibirnya tak hentinya mengumpat dan menggerutu. Sesampai di depan Cafe ia segera masuk dan berjalan menuju kasir untuk memesan makanan dan minuman untuk ia bawa pulang.
“Selamat datang. Mau pesan apa kak?” tanya sang pelayan ramah.
Aqila menatap dinding dibelakang meja kasir itu untuk menatap menu yang ada. Hingga sentuhan di bahunya membuatnya mengalihkan pandangannya.
“Kak James,” ucap Aqila.
“Hy,” sapa James.
“Hy kak,” sapa canggung Qila.
Ya setelah kejadian Aqila yang tau tentang hubungan James dengan Luna dari cerita sang Kakak ia sedikit menjauh dan canggung untuk bertemu lelaki itu. Tetapi sekarang ia harus kedapatan bertemu secara langsung. Membuatnya kikuk dan bingung untuk berhadapan dengan lelaki di depannya.
“Gimana kak?” ucap Pelayan kasir lagi
Aqila buru-buru menatap sang kasir dan mengucapkan semua pesanannya.
“Di bungkus ya kak,” ulang Sang Kasir.
Aqila mengangguk lalu segera membayar bill nya dan setelah itu ia duduk dikursi tunggu bersamaan dengan James.
“Kamu pulang sekolah?” tanya James.
Aqila mengangguk lagi. Ia bingung harus bicara apa dengan lelaki yang lama tak jumpa dengannya.
“Naik apa?” tanya James lagi.
“Tadi jalan. Sebentar lagi pesen grab untuk kerumah,” ucap pelan Aqila.
“Pulang bersamaku saja,” seru James.
“Eh tidak perlu kak, takut merepotkan,” tolak halus Aqila.
“Tidak merepotkan sama sekali ” saut James.
“Tapi itu anu kak, aku biasa naik grab kok,” Aqila masih kekeh.
“Tak ada penolakan,” seru James penuh penekanan.
Akhirnya mau tak mau Aqila menganggukkan kepalanya dan menerima ajakan lelaki didepannya.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya pesanan Aqila dan James selesai. Keduanya keluar dari cafe bersama dan berjalan menuju mobil James.
James membukakan pintu mobilnya. “Silahkan masuk,” seru James dengan senyum manisnya.
Deg
Deg
Deg
“Astaga jantungku tidak bisa dibiarkan. Ingat Aqila pesan kakakmu,” ucap Aqila dalam hati.
Ia segera naik dan mengalihkan perhatiannya agar gerak jantungnya tak berdetak cepat. Tetapi sayangnya ketika James sudah berada di dalam mobil. Kinerja jantungnya semakin menjadi. Bau maskulin parfum mahal James memenuhi mobil dan membuat Aqila gila akan bau ini.
“Ya tuhan kumohon tenangkan jantungku ini,” lirih Aqila sambil memejamkan matanya.
James menatap Aqila yang menurutnya gelagatnya aneh mulai ia naik ke mobil.
“Are you oke Qila?” tanya James.
Aqila tersentak dan buru-buru membuka matanya menatap James.
“Oke kak,” saut Qila dengan senyum canggung.
Mobil yang mereka naiki melaju membelah ramainya jalan. Di dalam mobil hanya keheningan tercipta. Karena memang Aqila bingung harus memulai darimana agar akrab dengan lelaki di sebelahnya.
Hingga sampai di depan rumahnya. Aqila cepat-cepat membuka sabuk pengaman dari tubuhnya. Dan setelah terlepas ia membuka pintu mobil. Tetapi sebelum ia keluar tangannya sudah dicekal oleh James. Spontan Aqila menatap ke belakang.
“Kenapa kak?” tanya Aqila dengan melepas cekalan tangan James.
“Apa boleh aku meminta nomermu?” tanya James.
“Emmm emmm,” Aqila masih bingung.
Sejujurnya ia tak ingin berhadapan dengan lelaki di depannya. Selain karena kinerja jantungnya yang selalu tak baik ketika berhadapan dengan James sekaligus keluarganya meminta jangan pernah berhubungan lagi dengan James.
Tetapi lagi-lagi otak dan hatinya berbeda. Aqila mengangguk dan mengambil ponsel James lalu mengetikkan nomer di ponsel lelaki itu.
“Terimakasih,” ucap James ketika ia menerima ponselnya kembali.
“Iya kak, aku juga terimakasih karena sudah mengantarku. Ya sudah ya kak aku masuk bye,” Aqila buru-buru keluar dan segera masuk kedalam setelah satpam membuka pintu gerbang.
Diperjalanan menuju pintu utama Aqila memukul kepalanya dan mengumpati tingkah lakunya karena otak dan hatinya selalu berselisih.
“Bodohnya aku, sampai kak Adel tau dia akan marah” gumam Aqila dalam hati.
Sampai di depan pintu ketika hendak membukanya ternyata pintu sudah dibuka terlebih dahulu.
“Kakak,” kaget Aqila dengan mata melotot.
Ia takut sang kakak melihatnya dengan James dari dalam.
“Kamu pulang naik apa?” tanya Adel.
--*--
Bersambung.
Aqila takut ketahuan sama Adel hihi.
Aqila lagi merenung nih guys mengingat kejadi 4 tahun lalu. huhuhu lagi galau. Kasih poin sama koin sana biar Aqilanya cepet sembuh.
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, VOTE DAN RATE BINTANG 5 YAH.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
M⃠⸙ᵍᵏWãterLīlyHõkKī²
nah kan... seharusnya nurut ma kakak deh qil kan gak gini
tp james juga gak sepenuhnya salahkan y 🤔🤔🤔 jemes kena pengaruh obat juga gak sih waktu itu 🤔🤔🤔
2022-03-12
0
⚘Onty KD💗
thor visual nya mna..
2020-09-24
2
Naima W
kalau jantungnya copot, nanti kuambilkan
2020-09-09
0