With Bian I

April melihat pantulan dirinya di depan cermin kamar mandi, dia memegangi jantungnya yang terus berdebar.

Dia pernah merasakan perasaan seperti ini. Perasaan yang pernah April rasakan dengan Bian dulu.

"Apa perasaanku sudah benar-benar hilang?" gumam perempuan itu yang ingin memastikan perasaannya.

Tak lama pintu kamar mandinya diketuk oleh Adam karena lelaki itu menunggu April untuk keluar.

April pikir kalau kekasih kontraknya itu ingin bergantian kamar mandi dengannya tapi rupanya Adam memanggilnya untuk sarapan.

Lelaki itu memasak pancake dengan bahan seadanya.

"Kau bisa masak?" tanya April tidak percaya.

"Aku selama ini tinggal sendirian jadi aku biasa melakukan semua pekerjaan sendiri termasuk memasak," jelas Adam.

April bisa melihat bagaimana lelaki itu sangat pas dengan apron yang dipakainya.

"Dulu Galang sangat membenciku, jadi aku memilih menjauh dari rumah," tambah Adam.

"Tapi, hubungan kalian sepertinya sudah membaik," komentar April yang menyaksikan bagaimana hangatnya keluarga Bamantara sekarang.

"Itu karena Galang sudah mulai dewasa dan sudah mempunyai anak jadi dia harus menjadi contoh untuk anaknya," sahut Adam seraya duduk di samping April.

Kelihatannya pancake buatan Adam memang enak dan ketika April menyuap ke mulut, rasanya begitu memanjakan lidah.

"Ini pancake paling enak yang pernah aku makan," ucap April kesenangan.

Syukurlah jika April menyukainya, Adam mengulum senyum melihat perempuan itu menikmati sarapan buatannya.

Setelah selesai mereka berdua pergi ke dokter untuk berkonsultasi masalah kontrasepsi yang akan dipakai April setelah ini.

"Aku akan pergi ke kantor setelah masalah kontrasepsi selesai," ucap Adam.

"Baiklah," balas April setuju.

Asisten Rio sudah membuat reservasi di sebuah rumah sakit jadi mereka hanya perlu datang tanpa mengantri lagi. Dokter yang menangani April tentu saja dokter pribadi keluarga Bamantara.

Di sana April dengan malu mengatakan kapan terakhir kali berhubungan badan tanpa pengaman.

Dan dokter menyarankan supaya April menunggu datang bulan dahulu sebelum memakai kontrasepsi karena takutnya bibit yang ditanam oleh Adam sudah menjadi zigot.

"Ck!" April berdecak sebal ketika keluar dari ruangan dokter.

"Berpikirlah positif, April!"

Perempuan itu bermonolog pada dirinya sendiri supaya tidak berpikir negatif duluan.

"Kalau memang tidak telat datang bulan hanya hitungan hari saja jangan terlalu dipikirkan," ucap Adam yang sedari tadi melihat April dengan wajah frustasi.

"Memang lebih baik tidak memikirkan masa depan terlalu berlebihan," balas April.

Karena tidak bisa meninggalkan jadwalnya, Adam harus berpamitan terlebih dahulu.

April pulang sendirian namun siapa sangka kalau Bian diam-diam membuntuti dirinya dan Adam dari apartemen sebelumnya.

Lelaki itu tidak tahan lagi untuk berbicara empat mata dengan April.

"April," panggil Bian ketika berada di parkiran rumah sakit.

Pada saat itu April akan diantar oleh supir yang sudah diperintahkan oleh Adam untuk mengantar kekasih kontraknya pulang.

"Kenapa kau bisa kemari?" tanya April dengan nada ketus.

"Aku ingin bicara denganmu," ucap Bian yang sudah dekat.

"Kita bicara di sini saja," sahut April. Dia merasa tidak ada hal yang perlu dibicarakan lagi dengan lelaki itu.

"Tapi, ini penting!" Bian memaksa perempuan itu bahkan berani menarik tangan April.

Walaupun awalnya menolak pada akhirnya April mengikuti Bian. Sebenarnya dia juga penasaran apa yang akan dibicarakan lelaki itu tapi tertutupi rasa benci, April jadi gengsi.

"Kita mau kemana?" tanya April saat dalam perjalanan.

Ternyata Bian membawa April ke panti asuhan, tempat mereka tumbuh besar dulu.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***