Permintaan April

April berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Adam tapi semakin dia menarik, lelaki itu semakin tidak mau melepasnya.

"Mau lari ke mana? Jangan menghindari pertanyaanku," ucap Adam.

"Aku tidak menghindar, hanya saja aku ingin mandi setelah itu kita bisa bicara dengan santai," balas April.

Mendengar itu, Adam akhirnya mau melepaskan April dan membiarkan perempuan itu melakukan apa yang dia inginkan.

Pasti sangat melelahkan seharian berada di tempat keluarga besarnya.

Adam melepaskan jas dan dasinya menyisakan kemeja saja supaya terlihat santai.

Rupanya tidak membutuhkan waktu lama bagi April untuk mandi, perempuan itu terbiasa melakukan segala sesuatu dengan cepat karena saat bekerja dia dituntut seperti itu.

Pulang kerja pun, April ingin cepat istirahat.

April hanya mengenakan setelah piyama pendek dan mendatangi Adam yang menunggunya di depan televisi.

"Apa kita perlu menonton film?" tanya April.

"Sepertinya kita harus masuk ke intinya saja," jawab Adam.

Perempuan itu pun langsung duduk di samping Adam sambil menatap lelaki matang itu.

"Aku duluan, apa kita akan bisa bertahan selama satu tahun ke depan dalam keadaan seperti ini? Orang tuamu meminta kita menikah dan hal itu belum kita bahas sama sekali, aku terlalu sibuk untuk mengikuti pelajaran etiket dan persiapan bertemu dengan keluargamu..."

"Dan satu lagi, bagaimana kalau aku hamil?"

April meluapkan emosi yang sebelumnya dia pendam, sekarang tinggal menunggu jawaban dari Adam.

"Aku juga masih memikirkan karena tidak menyangka dengan respon keluargaku, mereka benar-benar menyukaimu," balas Adam pada akhirnya.

"Tapi, tenang saja kita pasti bisa bertahan selama satu tahun ke depan dan untuk masalah kehamilan, sebaiknya kita melakukan suntik kontrasepsi," tambahnya.

April setuju dengan ide Adam itu, lebih baik mereka menggunakan pengaman dari pada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Tapi, apa memang kita harus melakukan hal itu secara rutin?" tanya Adam seraya mengusap tengkuknya. Dia harus menanyakan hal ini lebih lanjut.

Terdengar deheman dari April, perempuan itu membuang wajahnya karena malu. Bayangan percintaan mereka di balkon jadi terputar lagi di otak April.

"Tidak rutin hanya saja kadang ada keadaan mendesak yang membuat kita harus melakukannya," sahut April tanpa melihat lawan bicaranya.

"Apa memang kita perlu menunjukkan sampai sejauh itu?" Adam ingin tahu lebih dalam lagi.

Sebenarnya memang tidak perlu sampai sejauh itu, hanya saja April tidak mau setengah-setengah untuk membalas Bian apalagi Dea.

"Ini akan jauh lebih baik," ucap April.

Dari sikap April yang seperti itu, Adam bisa menyimpulkan kalau perempuan itu masih menyukai Bian.

"Sepertinya kau memang menaruh hati padanya," komentar Adam seraya menghembuskan nafasnya kasar. Entah kenapa dia jadi kesal sendiri.

Adam berdiri dan berjalan ke arah kulkas untuk mencari minuman dingin. Dia juga mengambilkan satu untuk April.

"Minum dan tidurlah, kita akhiri saja pembicaraan ini. Kita lakukan semua sesuai kontrak dan jangan terlalu menemui keluargaku, sekarang rumor dan masalah perjodohan sudah teratasi dengan baik," ucap Adam kemudian.

April menerima minuman dingin yang dibawakan oleh lelaki itu, dia minum sambil berpikir cara untuk membalas dendam pada Bian dan Dea. Dengan begini, semua akan mendapatkan tujuan dari kekasih kontrak ini.

"Apa kau bisa memecat Bian untukku?" tanya April mengajukan permintaannya. Dia akan memanfaatkan kekuasaan Adam.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***