BAB 4 DSCS. TENTANG EL PART 2.

❤Assalamu'alaikum, semuanya ❤

💞Bismillahirrahmanirrahim 💞

             🥰Happy Reading 🥰

*POV EL*

Hari ini aku tak menyangka jika kehadiranku dipernikahan sahabatku akan menjadikanku sebagai mempelai pria dan menikah dengan Zia gadis yang akan dinikahi oleh sahabatku Azka karena sebuah kecelakaan yang menimpa Azka yang membuatnya meninggal di tempat.

Setelah melaksanakan acara ijab kabul Zia turun ke bawah karena dipanggil oleh penghulu, saat Zia mengetahui yang melakukan acara ijab kabul tersebut adalah aku ia langsung bertanya dimana keberadaan Azka dan aku terpaksa untuk menceritakannya pada Zia dan keluarganya karena bagaimana pun Zia berhak mengetahuinya.

Setelah memberitahukannya, Zia meminta ku untuk mengantarkannya kerumah sakit melihat sendiri jasad Azka, sejak mendengarkan cerita yang kuceritakan Zia tidak henti-hentinya menangis meski ia berusaha untuk menahannya tapi air matanya tak berhenti turun hingga sampai kerumah sakit Zia masih menangis.

Saat melihatnya menangis entah mengapa membuat dadaku terasa sesak terlebih lagi saat melihatnya yang mengguncang tubuh tak bernyawa Azka, saat suster serta dokter mendorong brangkar yang ditempati oleh Azka dengan perasaan yang putus asa.

"Kak Azka! Bangun kak! Buka matamu, katakan jika ini semua bohong!! Katakan jika ini semua hanya mimpi! Kakak tidak mungkin ninggalin Zia begitu saja, tidak mungkin!!!"Ucapnya sembari berteriak histeris dengan menguncang tubuh kaku Azka.

Aku reflek menahan tubuhnya agar berhenti melakukan hal tersebut dengan cara memeluknya dari belakang dan menenangkannya, seketika itu juga tubuhnya langsung luruh kebawah dengan tangisan nya yang pecah saat berada di dalam dekapanku.

" Zia tenanglah!! Tenangkanlah dirimu!!! Jangan seperti ini, kamu justru akan menyakiti Azka!! Azka akan sedih jika melihatmu seperti ini, tenanglah. Kamu harus bisa mengikhlaskan kepergian Azka agar ia merasa tenang diatas sana.Kamu harus melepaskannya dengan ikhlas jangan seperti ini."

Ucapku padanya berusaha menenangkannya didalam pelukanku padanya serta memberikannya rasa nyaman.

Zia menangis histeris didalam pelukanku dan semakin kencang, tangisannya begitu memilukan bagi siapapun yang mendengarnya serta membuat yang mendengarnya merasakan sesak didadanya seakan dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Zia saat ini begitupun denganku saat mendengar ia menangis.

Aku membiarkan Zia melampiaskan semua perasaannya didalam pelukanku dan membuatnya nyaman saat berada didekapanku,hingga ia merasa tenang dan akupun bertekad dalam hati jika ini adalah hari terakhir dirinya menangis seperti ini.

"Ini adalah hari terakhir dirimu menangis seperti ini dan aku berjanji tak akan membiarkanmu menangis seperti ini lagi karena melihatmu yang seperti ini entah mengapa membuat dadaku sesak serta sakit saat melihat dan mendengar dirimu menangis histeris seperti itu."

Setelah merasa tenang Zia pun meminta diriku untuk menyusul ambulance yang membawa jenazah Azka serta kedua orang tuanya di pemakaman umum, saat berada di sana lagi-lagi aku melihat Zia yang mengeluarkan air mata hingga membuat matanya sembak karena menangis seharian ini.

Aku tak tahu harus melakukan apa untuk menenangkan seseorang yang sedang bersedih terlebih lagi seorang gadis, karena selama ini aku jarang sekali berhubungan apalagi berdekatan dengan lawan jenis karena kesibukan ku mengurus perusahaan.

Saat jenazah Azka akan dimakamkan, ku melihat Zia yang akan terjatuh disamping batu nisan Azka membuatku dengan sigap menangkap tubuhnya yang hampir jatuh dan tak berselang lama iapun tak sadarkan diri membuatku dan semua orang disana terkejut terutama kedua orang tuanya.

 "Zia, Zia sayang ada apa denganmu?" Ucap ibunya dengan nada khawatir terlihat dari wajahnya.

"Nak buka matamu, sadarlah sayang." Ucap ayahnya yang tak kalah khawatir nya saat melihat Zia pingsan.

"Zia, Zia, Zia sadarlah.Sadarlah Zia." Ucapku dengan khawatir yang tiba-tiba hinggap didalam dadaku.

"Nak, sebaiknya kau antarkan Zia kerumahmu untuk beristirahat." Ucap Ayahnya Zia kepadaku.

Aku hanya membalasnya dengan anggukan kepala dan segera membopong tubuh Zia dan membawanya menuju ke mobilku diparkir, setelah membaringkan nya di kursi penumpang aku langsung melajukan kendaraan beroda empat milikku dengan kecepatan sedang sekitar 30 menit kami sampai didepan sebuah mansion dengan halaman yang luas, sebelah kanan mansion terdapat kolam ikan koid serta disebelah kiri terdapat pohon Mangga dan Apel serta ayunan dipohon Apel tersebut.

Dibelakang mansion tersebut terdapat sebuah garasi yang letaknya cukup belakang yang tersambung dengan dapur, aku langsung memarkirkan mobilku didalam garasi dan kembali menggendong tubuh Zia dengan gaya bride stails dan saat masuk ke dalam lewat pintu belakang yang terhubung langsung dengan dapur Aku bertemu dengan bi Atum yang sedang menyusun piring-piring yang sudah dicuci.

Begitupun dengan pekerja lainnya yang kebetulan berada tidak jauh dari dapur tersebut yang melihatku menggendong Zia.

Aku tidak sempat menjelaskan apapun karena aku harus membaringkan Zia dan membiarkannya beristirahat, setelah sampai dikamarku di lantai 2,setelah membaringkan nya aku menatap dalam dirinya yang saat ini tak sadarkan diri.

Matanya sembak karena kebanyakan menangis, wajahnya pucat karena mungkin belum ada makanan yang masuk ke dalam perutnya serta wajahnya pun kelelahan karena kejadian yang begitu banyak terjadi dalam sehari, aku menggenggam tangannya hingga tak terasa diriku pun tertidur disampingnya dengan aku yang berada di bawah sedangkan Zia diatas ranjang.

Aku terbangun saat asisten ku menelpon diriku yang mengatakan ada rapat penting yang harus ku hadiri dan tak bisa diwakilkan setelah panggilan terputus aku melihat jam yang ditunjukkan dihandphone ku yang menujukkan angka 15.00. WIB, berarti dirinya tertidur selama 3 jam.

Aku pun langsung beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri ku yang penuh keringat karena aktivitas seharian ini setelah mandi kutatap lekat-lekat wajah tenang istriku yang begitu damai dalam tidur lelapnya.

Setelah puas aku langsung bersiap-siap untuk berangkat bekerja dan turun ke bawah.

"Bi kumpulkan semua pekerja dikediaman ini!"

"Baik tuan muda."

15 menit kemudian seluruh perkerja dikediaman ku telah berkumpul dan berbaris rapi didepan ku.

"Saya mengumpulkan kalian semua disini untuk memberitahukan pada kalian jika gadis yang tadi kubawa adalah istriku kami telah menikah jam 11 yang berarti adalah nyonya dirumah ini jadi apapun perintah darinya harus kalian laksanakan seperti kalian yang melaksanakan perintah dariku serta hormati dirinya. Dan tolong jaga dan buat dirinya nyaman berada di disini."

"Kalian paham?!"

"Paham tuan muda!"

"Baik kalian bisa bubar."

"Bi Atum tolong buatkan bubur untuk Zia dan antarkan kekamar.Jika nanti Zia sadar tolong sampaikan padanya jika aku akan pulang malam dan bilang padanya jangan menungguku."

"Baik tuan muda akan bibi sampaikan begitu nona sadar."

"Baiklah bi jika begitu El pergi dulu, assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Aku sudah sampai dikantor setelah 10 menit berkendara dengan mobil dan aku langsung masuk ke dalam ruanganku dilantai 20.

Tak berselang lama pintu ruanganku diketuk dari luar dan begitu aku mempersilahkan orang itu masuk yang ternyata adalah asistenku memberitahukan soal rapat nanti yang akan dilaksanakan jam 18.26 setelahnya ia keluar dari ruangan ku,

kulihat jam dipergelangan tanganku yang menujukkan angka 15.10 WIB.

"Sial kenapa aku terus saja memikirkan tentangnya, sudahlah lebih baik aku menyibukkan diri dengan pekerjaan."

Sejak aku datang kekantor pikiranku tak henti-hentinya selalu memikirkan tentang Zia, aku mengalihkan perhatianku dengan mengerjakan pekerjaan lainnya hingga pukul 17.45. WIB, aku pun segera mempersiapkan berkas-berkas untuk rapat nanti dan saat sedang mempersiapkan ternyata ada satu berkas yang ketinggalan dirumah.

"Sial berkas kerja sama nya ketinggalan dilemari pakaian.Aku harus pulang untuk mengambilnya, aku tidak bisa meminta Dimas mengambilnya karena ia sibuk dengan pekerjaan nya sendiri."

Sekitar 10 menit aku sampai dirumah dan langsung masuk ke dalam kamar, saat masuk aku tak mendapati Zia diatas kasur dan mendengar suara air dari dalam kamar mandi yang berarti Zia sedang mandi saat ini.

Aku bergegas menuju ke Walt in close saat menyadari tujuanku untuk pulang ke rumah untuk mengambil berkas yang ketinggalan,bersamaan Aku yang menemukan berkas yang ketinggalan tersebut dan berbalik badan Zia berada di tidak jauh didepan ku dengan pandangan yang sungguh mempesona serta se*si dengan hanya handuk yang menutupi tubuhnya dengan rambut panjangnya yang basah.

Membuatku tak bisa berkedip saat melihatnya serta darahku yang berdesir hebat, aku tersadar saat ia bertanya padaku.

"Ke-kenapa bang El ada dirumah jam segini bukankah bang El akan pulang larut malam." Ucapnya dengan sangat gugup.

"Mengambil ini, Aku kembali untuk mengambil berkas yang ketinggalan."

Aku pun langsung keluar dari dalam walt in close tersebut agar Zia tidak merasa gugup dan tidak nyaman karena kehadirannya ku, sebab diriku sadar jika Zia masih mencintai Azka tak semudah itu untuk melupakan Azka dan menerima pernikahan ini.

Aku memegang dadaku yang berdegup kencang saat ingatan tentang Zia yang hanya memakai handuk muncul didepanku masih segar dalam ingatanku.

Next....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!