💞Assalamu'alaikum, semuanya 💞
❤Bismillahirrahmanirrahim ❤
🥰Happy Reading 🥰
"Euungh."
Suara lenguhan terdengar dari seorang gadis yang baru saja sadar dari pingsannya, siapa lagi jika bukan Zia.
Zia termenung memikirkan kejadian sebelum dirinya tak sadarkan diri, Zia, El beserta kedua orang tuanya datang ke pemakaman umum Dandelion untuk mengantarkan Azka dan kedua orang tuanya ketempat pengistrahatan terakhir.
Sejak datang ke tempat itu, Zia sama sekali tidak mengatakan apapun dan hanya memandang dengan pandangan kosong kedepan dimana orang-orang sibuk untuk menguburkan ketiga mayat tersebut.
Saat Zia melihat tubuh Azka yang tak bernyawa, ia berusaha untuk kuat serta tegar meski air matanya terus mengalir dan membuat dadanya sesak hingga saat tubuh Azka yang tak bernyawa tersebut akhirnya tertimbun dan ditutupi oleh tanah.
Saat itu jugalah kakinya tak bisa menopang tubuhnya hingga akhirnya jatuh terduduk disamping batu nisan Azka dan seketika pandangannya menjadi gelap, Zia samar-samar mendengar El memanggil-manggil namanya dengan nada suara yang terdengar khawatir begitupun dengan kedua orang tuanya yang sangat khawatir.
Zia tersadar dari lamunan panjangnya dan memperhatikan sekeliling ruangan yang dirinya tempati saat ini, ruangan itu sangat luas serta minimalis hanya terdapat satu meja belajar yang menghadap langsung ke jendela dan disampingnya terletak sebuah sofa panjang yang berada tidak jauh dari tempatnya berada serta satu kamar mandi dan Walt In Close.
Kamar itu juga bewarna abu-abu dan terdapat aroma maskulin dikamar tersebut yang membuat Zia yakin jika ini adalah kamar seorang pria, tak ada satupun foto yang terpajang didalam kamar tersebut disaat sedang asik memperhatikan kamar tersebut pintu kamar terbuka dan masuklah seorang wanita paru baya yang membawa nampan ditangannya.
Zia menolehkan melihat siapa orang yang masuk ke dalam dan ia melihat seorang wanita paru baya yang masuk dengan membawa nampan ditangannya.
"Non Zia, sudah sadar?" Tanya Bi Atum sembari menaruh nampan di atas nakas.
"Iya bi makasih telah merawat Zia dan maaf karena telah merepotkan bibi."Ucapnya sembari menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.
"Tidak kok, bibi tidak merasa direpotkan sama sekali. Ini memang sudah menjadi tugas bibi untuk selalu senantiasa menjaga dan membantu non Zia karena sekarang non Zia akan tinggal disini." Ucap bi Atum sembari tersenyum ramah.
"Tinggal disini?"
Bi Atum menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan dari Zia.
"Apa ini kediaman Bang El, Bi?"
Zia ingat jika saat ini dirinya sudah menikah dengan El yang sekarang telah sah menjadi suami nya secara hukum dan agama.
"Iya Non ini kediaman tuan muda El. Tadi tuan muda yang membawa non kesini saat pingsan tadi serta mengatakan bahwa non akan tinggal disini."
"Apa semua orang dikediaman ini tau tentang Zia bi?"
"Tentu Non, sebab tuan muda sudah mengatakan kepada semuanya."
"Huft lalu dimana bang El, Bi?"
"Tuan muda mengatakan akan pergi ke perusahaan karena ada pekerjaan yang harus tuan muda selesaikan hari ini juga dan tuan muda menitipkan pesan untuk non agar jangan menunggunya karena ia akan pulang larut malam."
"Baiklah bi sekarang sudah jam berapa?"
"Jam 6 sore, non."
"Astagfirullah, sudah sangat sore tapi Zia belum menyiapkan apapun untuk makan malam nanti."
"Sudah non tidak perlu khawatir dengan hal itu bibi sudah menyiapkan semuanya tinggal dipanaskan saja jika nanti tuan muda pulang, karena biasanya tuan muda akan makan dirumah seberapa malam pun tuan muda pulang."
"Kenapa? Apa bang El tidak makan diluar?"
"Bibi sudah pernah bertanya pada tuan muda dan jawabannya justru.... "
"El tidak suka makanan diluar yang belum tentu terjamin rasa, kualitas serta higienis nya sedangkan makanan dirumah terjamin rasanya, kualitasnya serta higienis karena dibuat dengan bahan-bahan makanan yang terbaik." Itulah jawaban El waktu itu.
"Seperti itulah jawaban yang diberikan oleh tuan muda waktu itu."
"Ternyata bang El sangat memperhatikan soal itu."Batinnya.
Zia memperhatikan sekeliling kamar tersebut untuk mencari barang-barang miliknya tapi ia sama sekali tidak melihat adanya barang-barang miliknya dikamar tersebut.
"Oh ya bi dimana barang-barang milik Zia? Zia tidak melihat adanya barang-barang milik Zia dikamar ini?"
"Semua barang-barang milik nona dan segala keperluan untuk nona ada didalam Walt in close, tuan muda yang menyimpannya disana."
"Makasih dan maaf telah merepotkan bibi sampai sejauh ini."
"Sama-sama non lagipun Bibi sama sekali tidak merasa direpotkan kok kalau gitu bibi pamit undur diri dulu ya karena masih banyak pekerjaan yang harus Bibi selesaikan, assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
Setelah kepergian Bi Atum, Zia tidak kembali tidur dan justru masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karena seharian beraktivitas diluar.
Sekitar 10 menit Zia keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang melilit ditubuhnya sembari menggosok-gosokkan rambutnya menggunakan handuk kecil, Zia hanya memakai handuknya saja karena ia hanya sendiri dan tak ada siapapun El berada di perusahaannya dan kembali larut malam jadi tidak masalah hanya memakai handuk saja.
Zia terus menggosokkan rambutnya sembari berjalan kearah Walt in close, saat Zia masuk ke dalam Walt in close dirinya sungguh dikejutkan dengan kehadiran sosok tak terduga didalam Walt in close tersebut.
Sosok pria jangkung dengan tubuh tegap serta bahu yang kokoh saat ini sedang tertegun berdiri di hadapannya sembari memegang sebuah berkas ditangannya serta tatapan mata yang tak berkedip sama sekali saat melihat kearahnya.
Zia langsung menutupi dadanya dengan menyilangkan kedua tangannya begitu ia menyadari jika saat ini dirinya hanya memakai handuk saja,Zia seketika menundukkan wajahnya yang memerah karena begitu gugup, gelisah serta salah tingkah ditempatnya saat ditatap intens oleh El.
"Ke-kenapa bang El ada dirumah jam segini bukankah bang El akan pulang larut malam." Ucapnya dengan sangat gugup.
"Mengambil ini, Aku kembali untuk mengambil berkas yang ketinggalan."
Benar!Sosok yang berdiri di hadapan Zia adalah El ,ia langsung tersadarkan dari lamunannya saat Zia bertanya padanya dan ia bisa melihat jika Zia seperti merasa tidak nyaman karena kehadirannya jadi El memutuskan untuk segera keluar dari dalam ruangan Walt in close tersebut dan melewati Zia begitu saja tanpa mengatakan apapun agar Zia bisa leluasa menggunakannya tanpa merasa tidak nyaman.
Zia yang melihat kepergian El seketika menghela nafas lega dan jatuh terduduk di lantai karena kakinya tidak bisa lagi menahan tubuhnya dengan jantung yang berdegup kencang.
"Zia harus terbiasa dengan ini dan mulai menerima takdir yang telah Allah tetapkan untuk Zia."
"Karena bagaimana pun Bang El telah menjadi imam serta suami bagi Zia."
"Zia akan berusaha untuk melupakan serta mengikhlaskan kepergian Kak Azka dan mulai mencoba mencintai serta menerima bang El sebagai suami Zia saat ini."
"Kenapa Zia merasa sangat gugup serta takut disaat bersamaan karena kejadian barusan."
Zia memegang dadanya dimana jantungnya berdegup dengan sangat kencang seakan ingin melompat keluar dari tempatnya.
Next. . . . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments