❤Assalamu'alaikum, semuanya ❤
💞Bismillahirrahmanirrahim 💞
🥰 Happy Reading 🥰
Setiap manusia akan menghadapi yang namanya masalah,tak ada satupun manusia yang tidak menghadapi masalah bahkan orang kaya pun akan menghadapinya.
Pengangguran yang sulit mendapatkan pekerjaan, Orang kaya yang kesulitan dalam menghadapi perusahaan maupun harta benda, pengemis atau pun pengamen yang kesulitan mendapatkan makanan atau pundi-pundi uang untuk mengisi perut yang kosong.
Rencana Allah tak ada yang tahu akan seperti apa begitupun dengan takdir yang telah ditentukan oleh Allah saat kita berada dalam kandungan sang Ibu.
Manusia hanya bisa berencana jauh-jauh hari tapi yang menentukannya tetaplah Allah dan yang namanya kematian tak ada yang tahu kapan akan menghampiri kita bisa hari ini,besok,atau lusa sama halnya seperti yang dialami oleh Zia dan Azka.
Azka dan Zia sudah merencanakan pernikahan ini sudah sebulan lamanya tapi justru Allah berencana lain,saat hari H nya Allah menyanyangi Azka karena itulah Allah mengambilnya dan membuat Zia menikah dengan Azka.
Ikhlas dan sabar serta keimanan kita terhadap Tuhan adalah kunci utama untuk menghadapi setiap masalah yang akan dihadapi, tapi itu lebih mudah tuk dikatakan daripada dilakukan.
El dan Zia beserta kedua orang tuanya saat ini berada di sebuah rumah sakit terbesar di ibu kota Jakarta, lebih tepatnya mereka semua berada didepan sebuah ruang yang didalamnya berada Azka beserta kedua orang tuanya yang sedang dibersihkan sebelum akhirnya akan dikebumikan oleh pihak rumah sakit.
Dengan kesedihan mendalam yang dirasakan oleh Zia bahkan saat dirinya mengetahui yang sebenarnya dari El saat dirumah sebelumnya sampai ia berada di rumah sakit, air matanya sama sekali tidak bisa berhenti meskipun ia sudah menghapus dan berusaha untuk mengikhlaskan apapun yang saat ini sedang terjadi pada dirinya.
kedua orang tua Zia duduk di kanan kiri Zia dan mengengam tangan putri mereka sedangkan El berdiri sambil bersedekap dada disamping pintu ruangan tersebut sementara Zia duduk termenung di kursi disamping ruangan tempatnya berada sekarang memikirkan kejadian beberapa saat lalu saat dikediaman Rajendra.
Sebelumnya di kediaman Rajendra.
Para tamu undangan telah pamit pulang ke rumah masing-masing begitu acara ijab kabul dan serangkaian kegiatan dalam pernikahan tersebut selesai.
Kini tinggallah El, Zia beserta kedua orang tuanya yang berada dalam ruang tamu tersebut, Zia langsung menghadap ke arah El dan bertanya kepadanya.
"Kenapa Bang El yang melaksanakan ijab kabul nya dan bukannya kak Azka? Lalu Dimana kak Azka sekarang? Katakan yang sebenarnya Bang, apa yang terjadi kepada kak Azka? Karena sedari tadi perasaan Zia tidak enak dan terus menerus memikirkan tentang kak Azka.Zia mohon tolong beritahukan kepada Zia yang sebenarnya?" Zia langsung mencerca El dengan berbagai pertanyaan dengan nada menggebu-gebu dan pelan seiring Zia berucap.
Dengan tatapan memelas menanti jawaban El atas setiap pertanyaannya menghadap kearah El.
El yang melihat tatapan memelas yang diperlihatkan oleh Zia merasa tidak tega, setelah menarik nafas dalam dan menghembuskan nya secara perlahan El memberitahukan semuanya yang terjadi kepada Azka.
"Innalillahi wainnailaihi rojiun." Ucap Ayah Hermawan dan Bunda Rosanna bersamaan setelah mendengarkan cerita dari El.
"Kak Azka!! Tidak kak Azka tidak mungkin meninggalkan Zia baru sejaman yang lalu kami saling berbincang! Bang El katakan jika ini semua bohong."
Histeris Zia saat mendengarkan keseluruhan cerita yang disampaikan oleh El.
Seketika juga air mata yang sudah ditahan Zia sejak awal mendengarkan cerita dari El langsung luruh ke pipinya dan suara Isakkan terdengar dari bibir mungilnya, Bunda Rosanna berusaha untuk menenangkan Zia dengan memeluknya dan mengusap punggungnya.
"Ayo kita kerumah sakit sekarang! Zia akan percaya begitu melihat mayat kak Azka dan kedua orang tuanya." Ucapnya sembari berdiri dan menghapus kasar air mata nya.
"Ayo bang El, kita berangkat sekarang."
El menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju ke garasi dimana mobilnya berada di ikuti oleh ketiga orang lainnya dari belakang dan mereka berempat pun pergi kerumah sakit dengan satu mobil dengan perasaan yang berkecamuk terutama Zia,air matanya terus saja jatuh meski ia sudah menghapus nya beberapa kali.
Zia tersadar dari lamunannya saat pintu ruangan terbuka dan keluar beberapa perawat dan dokter dengan mendorong 3 brangkar dengan kain yang menutupi seluruh tubuh mereka.
"Berhenti! Saya ingin melihatnya!"
Zia langsung menghampiri perawat tersebut dan membuka salah satu kain yang dirinya yakinin adalah Azka, tangan Zia bergetar saat akan membuka kain yang menutupi tubuh tersebut perlahan tapi pasti kain tersebut mulai terbuka dan tampaklah wajah pucat serta tubuh dingin Azka yang terpampang dengan jelas.
"Kak Azka?!"Lirih Zia sambil membelai lembut pipi Azka yang terasa dingin ditangannya.
"Kak Azka! Bangun kak! Buka matamu, katakan jika ini semua bohong!! Katakan jika ini semua hanya mimpi! Kakak tidak mungkin ninggalin Zia begitu saja, tidak mungkin!!!"Zia teriak histeris sembari mengguncang tubuh kaku Azka yang terbaring tak bernyawa diatas brangkar tersebut dengan air mata yang berlinang deras.
" Zia tenanglah!! Tenangkanlah dirimu!!! Jangan seperti ini, kamu justru akan menyakiti Azka!! Azka akan sedih jika melihatmu seperti ini, tenanglah. Kamu harus bisa mengikhlaskan kepergian Azka agar ia merasa tenang diatas sana.Kamu harus melepaskannya dengan ikhlas jangan seperti ini."
El menghentikan tindakan Zia yang menguncang tubuh Azka dengan langsung memeluknya dari belakang hingga membuat lutut Zia lemas dan tak bertenaga yang akhirnya ia jatuh terduduk diikuti oleh El yang memeluknya serta menenangkannya dengan kata-kata penenang dan lembut.
Sementara perawat serta dokter tersebut
mendorong kembali ketiga brangkar tersebut menuju kemobil ambulance untuk diantarkan ke pengistrahatan terakhir.
Zia yang merasakan kenyamanan dan ketenangan dalam pelukan El melampiaskan semua perasaan sesak didadanya dan menangis histeris mewakilkan semua perasaan yang ia rasakan, siapapun yang mendengarkan tangisan Zia akan merasakan sesak didadanya dan dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Zia begitupun dengan El dan kedua orang tua Zia.
El membiarkan Zia melampiaskan dan menangis sepuasnya dalam pelukannya serta mengusap punggung Zia agar merasa lebih baik dan tenang, hingga beberapa menit kemudian tangisan Zia berhenti hanya menyisakan sesegukan saja dan suara dengkuran halus yang terdengar dari bibir mungilnya dan saat El menundukkan kepalanya guna melihat wajah Zia yang ternyata Zia tertidur dalam pelukan nyaman El mungkin karena lelah menangis dan begitu banyak kejadian hari ini yang harus Zia terima.
El merapikan anak rambut Zia yang menutupi wajah cantik Zia dan menghapus sisa-sisa air mata Zia di pipi nya menggunakan ibu jarinya lalu tersenyum serta bertekad dan berjanji didalam hatinya jika hari ini adalah hari terakhir ia menangis dan tak akan membiarkan Zia menangis lagi.
"Ini adalah hari terakhir dirimu menangis seperti ini dan aku berjanji tak akan membiarkanmu menangis seperti ini lagi karena melihatmu yang seperti ini entah mengapa membuat dadaku sesak serta sakit saat melihat dan mendengar dirimu menangis histeris seperti itu."
Semua perlakuan El terhadap Zia tak luput dari perhatian kedua orang tua Zia, keduanya mereka merasa senang dan bahagia melihat El yang begitu menyayangi Zia.
Bunda Rosanna berada di dalam pelukan sang suami saat melihat putri kesayangannya begitu terpuruk dan melihat interaksi antara keduanya.
"Yah, bunda berharap kebahagiaan akan selalu menyertai pernikahan mereka berdua .Bunda yakin meski pernikahan ini bisa dibilang mendadak tapi El dan Zia akan bisa mempertahankan nya dan seiring berjalannya waktu mereka berdua akan saling mencintai." Ucap Bunda Rosanna saat melihat keduanya.
"Ayah juga berharap seperti itu, Bun.Semoga saja mereka berdua bisa saling mencintai sebab cinta datang karena terbiasa."
Next....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments