BAB 1 DSCS. TENTANG EL

❤Assalamu'alaikum, semuanya ❤

💞Bismillahirrahmanirrahim 💞

            🥰 Happy Reading 🥰

Setelah telpon terputus El tak langsung masuk ke dalam dan memberitahu yang sebenarnya terhadap keluarga Zia, justru ia termenung memikirkan langkah selanjutnya yang akan dirinya ambil.

Di satu sisi El ingin pergi ke tempat terjadinya kecelakaan tersebut dan melihat serta memastikan keadaan Azka yang sesungguhnya, meski ia pun sudah bisa menebaknya tapi ia hanya ingin melihat secara langsung keadaan sahabatnya.

Tapi disisi lain, El tidak bisa pergi begitu saja meninggalkan keluarga mempelai wanita yang menanggung malu karena keterlambatan mempelai pria terlebih lagi ia ingat dengan janjinya terhadap Azka untuk menyampaikan permintaan maaf darinya serta keinginannya agar El menikahi Zia agar dapat melindungi dan menjaga Zia.

El meraup wajahnya kasar dengan kedua tangannya setelahnya menarik nafas dalam dan menghembuskannya secara perlahan guna menetralisir perasaannya yang bercampur aduk.

Setelah merasa tenang El masuk kedalam karena saat ini El berada di teras rumah.

"Pak kapan acara nikahnya dilaksanakan?"

"Benar, kami sudah menunggu sangat lama tapi mempelai pria nya belum datang juga?"

"Ini sudah lewat dari waktu yang telah ditentukan dan tertera di kartu undangan?"

"Ini sudah siang dan saya belum masak."

"Saya harus antar anak saya les."

"Saya juga harus pulang, antar suami kerja."

"Berapa lama lagi kami semua harus menunggu?"

"Apa jangan-jangan mempelai pria nya membatalkan pernikahan secara sepihak?"

"Atau mempelai pria kabur lagi?"

Ayah Hermawan berusaha menenangkan dan menjelaskan terhadap para tamu undangan yang hadir dan tampak mulai tak kondusif serta mulai ricuh kembali, tapi seberapa besar Ayah Hermawan menenangkan dan menjelaskan terhadap para tamu undangan yang hadir tapi tidak digubris atau mendengarkan.

"Maaf sebelumnya pak Hermawan, apa mempelai pria masih lama lagi untuk datang? Karena saya juga harus pergi ke daerah sebelah untuk menikahkan putra-putri mereka yang berlangsung hari ini juga dan ini sudah sangat terlambat dari waktu yang ditentukan sebelumnya." Ucap pak penghulu kearah Ayah Hermawan yang tampak sibuk menenangkan dan menjelaskan.

"Tunggu sebentar lagi pak, sebentar lagi pasti mempelai pria nya akan datang. Kumohon berilah waktu sebentar lagi."

"Baiklah saya akan memberikan waktu 5 menit, jika dalam waktu 5 menit mempelai pria masih belum datang juga maka pernikahan ini terpaksa harus dibatalkan."

Itulah segala pertanyaan dan protesan dari para tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut, yang diarahkan kepada Ayah Hermawan.

El yang mendengar hal tersebut pun tidak bisa diam saja, El langsung masuk dan menghampiri dimana Ayah Hermawan berdiri.

El berdiri di depan Ayah Hermawan dan menatap kearah para tamu undangan yang tadi mengajukan pertanyaan dan protesan kepada Ayah Hermawan.

"Sebelumnya saya minta maaf kepada para tamu undangan yang hadir di acara ini karena membuat kalian semua menunggu terlalu lama dan menghambat berlangsung nya acara ini atas keterlambatan saya."

El membungkukkan badannya dan meminta maaf kepada para tamu undangan yang hadir dalam acara ini karena telah membuat mereka semua menunggu terlalu lama dan menghambat berlangsungnya acara tersebut.

Sedangkan Ayah Hermawan terkejut dengan kehadiran sosok pemuda yang tiba-tiba berdiri di hadapannya dan meminta maaf kepada para tamu undangan yang hadir atas keterlambatan nya.

Seakan-akan dirinyalah mempelai pria tersebut nyatanya bukan, Ayah Hermawan bertanya-tanya kenapa pemuda dihadapannya ini berbohong? Kenapa Azka belum datang dan justru pemuda ini yang datang?

Begitu banyak tanda tanya dalam benak Ayah Hermawan tentang sosok pemuda dihadapannya terlebih lagi saat mendengarkan ucapannya selajutnya.

Ayah Hermawan langsung menarik tangan pemuda tersebut untuk berbicara empat mata dan menanyakan apa maksud dari perkataan sebelumnya, tanpa memperdulikan orang-orang yang melihat mereka berdua.

"Sekarang saya telah datang dan acara ijab kabul nya dapat dilaksanakan . . . . "

"Apa maksud dari ucapanmu sebelumnya? Siapa kamu? Dimana Azka? Kenapa dia belum datang juga dan malah kamu yang datang?" Pertanyaan beruntun langsung diberikan kepada El oleh ayah Hermawan, sesaat setelah mereka berada cukup jauh dari tempat kerumunan tadi.

"Saya Aviel Brian Wilson Ramon sahabat Azka Ramadhan yang merupakan mempelai pria, saya akan menjelaskan secara singkat kenapa saya yang muncul dan bukannya Azka. Azka mengalami kecelakaan dalam perjalanan kesini dan meninggal ditempat."

El menjeda ucapannya untuk melihat reaksi dari ayah Hermawan dan ayah Hermawan hanya mengucapkan tarji.

"Innalillahi wa innalillahi rojiun."

"Dan alasan saya berada di sini karena atas permintaan terakhir Azka kepada saya yaitu untuk menikahi putri Anda, Zia dan menyampaikan permintaan maaf nya terhadap Zia yang tidak bisa hadir tepat waktu."

Saat ayah Hermawan hendak bertanya kembali kepada El, suara interupsi dari pak penghulu mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut lagi.

"Pak Hermawan, kapan acara ijab kabul nya dilaksanakan? Kita harus segera melaksanakan nya dan jangan menunda-nunda lebih lama lagi."

"Baiklah, sebutkan nama ayahmu?"

"Erland Ganesha Ramon."

"Baiklah, apa yang kamu miliki untuk dijadikan mas kawin untuk menikahi putri ku?"

El merogoh saku celana mengambil sebuah kotak yang berisikan sebuah kalung dengan permata kecil warna biru berbentuk hati,sebenarnya kalung itu untuk hadiah pernikahan Azka dengan Zia tapi justru sekarang dijadikan sebagai mas kawin untuk menikahi Zia.

"Ini, sebuah kalung dengan berat 3 gram hanya itu saja yang bisa kujadikan sebagai mahar."

"Tidak papa, kalau gitu kita mulai acara nya."

Ayah Hermawan dan El melangkah menuju ke arah meja berbentuk persegi yang terletak di tengah-tengah ruang tamu tersebut setelah sampai keduanya aduduk berhadapan dimeja tersebut dengan saling berjabat tangan.

"Pak Hermawan dan Nak. . .?"Pak penghulu menjeda ucapannya karena tidak tau siapa nama pemuda yang akan dinikahinya.

" El, Aviel Brian Wilson Ramon pak."

"Baiklah Nak El apakah sudah siap."

El menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan dari pak penghulu.

Ayah Hermawan dan El saling berjabat tangan dan acara ijab kabul nya pun dimulai.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau ananda Aviel Brian Wilson Ramon Bin Erland Ganesha Ramon dengan putri saya Letizia Izora Emilia Rajendra Binti Ahmad Hermawan Rajendra dengan mas kawin kalung permata seberat 3 gram dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Letizia Izora Emilia Rajendra Binti Ahmad Hermawan Rajendra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." El mengucapkannya dengan lantang dan tarikan satu nafas.

"Bagaimana para saksi sah?"

"SAH!"

"Alhamdulillah."

"Panggilkan mempelai wanita nya untuk turun ke bawah." Ucap pak penghulu kepada Ayah Hermawan.

Ayah Hermawan memanggil pelayan dan menyuruhnya untuk memanggil Zia turun ke bawah.

Pelayan tersebut pamit undur diri untuk memanggil Zia dan Bunda Rosanna agar segera turun ke bawah, sementara El saat mendengarkan kata sah dan Alhamdulillah yang menggema diruangan tersebut membuat perasaan yang campur aduk.

Antara gugup, gelisah,serta tak percaya jika sekarang ia telah menikah dan menjadi suami, tak berselang lama Zia datang didampingi oleh ibunya disampingnya berjalan menuju ke meja dimana El dan ayah Hermawan berada.

Zia berjalan dengan anggun sembari menundukkan kepalanya, jadi ia tidak tahu jika yang berada di hadapannya adalah El dan bukannya Azka sementara itu Bunda Rosanna yang melihat sosok pemuda yang tak ia kenal berada di hadapan suaminya bertanya-tanya dalam benaknya Siapakah pemuda tampan tersebut? Kenapa ia malah duduk di sana dan bukannya Azka? Lalu dimana Azka kenapa batang hidungnya tak terlihat sama sekali?.

Bunda Rosanna melirik ke arah suaminya dengan tatapan penuh tanya kearah suaminya, Ayah Hermawan yang mengetahui tatapan istrinya yang penuh dengan tanda tanya memberikan kode agar diam dan meminta agar Bunda Rosanna mengantarkan Zia menuju El yang sudah sah menjadi suaminya.

Ia akan jelaskan semuanya setelah acara ini berakhir, Bunda Rosanna telah sampai dan menuntun Zia agar duduk di samping suaminya dengan kepala yang masih menunduk.

"Salim tangan suamimu dengan takzim sayang."

"Baik bunda."

Zia meraih tangan suaminya dan menciumnya dengan takzim, aroma yang ia cium saat mencium tangan suaminya berbeda dengan aroma sebelumnya begitupun dengan tangan yang tampak besar berbeda dari sebelumnya yang tampak sedang.

"Kenapa harum tubuhnya berbeda dari sebelumnya, lebih harum ini serta tangannya yang nampak lebih besar dari sebelumnya.Sudahlah mungkin saja kak Azka ganti parfum dan tangannya besar mungkin karena rajin olahraga." Batin Zia.

Sementara El diam saja dan membiarkan Zia mencium tangannya dan saat bibir tipis Zia menyentuh permukaan tangannya ada desiran aneh dalam tubuhnya serta perasaan yang tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata saat Zia mencium tangan nya.

Setelahnya giliran El yang membaca doa di ubun-ubun Zia lalu mencium kening Zia dan Zia reflek menutup matanya merasakan bibir tebal itu mencium kening nya dan membuat Zia mengalami desiran aneh dalam dirinya seperti yang dialami oleh El.

"Kok bibir kak Azka kayak tebal ya bukannya bibir kak Azka itu tipis."

El sebenarnya bingung dan heran melihat Zia yang sejak datang hanya menundukkan kepalanya saja,

Bunda Rosanna menegur Zia dan memintanya untuk mengangkat kepalanya.

"Zia angkat kepalamu, wajah suamimu tidak dibawah tapi disampingmu."

Zia mengangkat kepalanya secara perlahan tapi malah menutup matanya, Zia merasa sangat gugup itulah mengapa sejak tadi ia hanya menundukkan kepalanya saja dan saat mengangkat kepalanya justru menutup kedua matanya.

"Zia bukalah matamu, apa wajah suamimu buruk rupa atau hantu sehingga kamu begitu takut untuk melihat wajah dari suamimu."

"Bukalah matamu sayang jangan malah menutupnya,dosa loh jika tidak ingin melihat wajah suami"Bohong Bunda Rosanna kepada Zia, karena merasa geregetan melihat tingkah sang putri.

El yang melihat tindakan Zia tanpa sadar menyunggingkan sebuah senyuman indah yang sangat jarang diperlihatkan oleh El.

"Menggemaskan." Batinnya.

Zia membuka matanya secara perlahan setelah mendengar ucapan sangat Bunda yang mengatakan dosa apabila tak ingin melihat wajah suami.

Dan saat matanya terbuka sepenuhnya, Zia merasa terkejut melihat El dihadapannya dan bukannya Azka, berarti sejak awal yang duduk di sampingnya adalah El dan bukannya Azka.

Lalu dimana Azka dan kenapa malah El yang berada di sini?

Next . . . .

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!