Tubuh Vania langsung lemas dan terduduk di atas lantai saat mendengar ucapan bocah lelaki itu, sementara Sonya bergegas menanyai anak laki-laki itu tentang apa yang dia katakan mengenai Varo.
"Aku tidak tahu siapa mereka, aku cuma melihat mereka membawa Varo ke dalam mobil. Setelah itu pergi dan tidak pernah kembali lagi," ucap anak lelaki bernama Dana, hanya itulah yang dia ingat tentang Varo. Apalagi saat itu dia juga masih berumur tujuh tahun dan tidak terlalu paham apa yang terjadi.
Hanya Dana sajalah yang mengingat tentang Varo, dikarenakan teman-teman yang lain saat itu masih terlalu kecil, sedangkan anak yang seusia Dana sudah banyak yang diadopsi oleh orang lain.
Seluruh dunia Vania terasa hancur saat mendengar penjelasan Dana. Matanya menatap ke arah depan dengan tatapan kosong, kepalanya terasa berputar-putar, bahkan tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan.
Hancur. Hanya satu kata itulah yang menggambarkan jiwa dan raga Vania saat ini. Anak yang selama ini dia rindukan, anak yang fotonya selalu dia peluk saat tidur, kini tidak tahu entah berada di mana.
Bertahun-tahun Vania menunggu saat-saat bertemu dengan Varo. Setiap hari dia membayangkan bisa melihat dan memeluk putranya dengan erat, bahkan setiap saat dia selalu memikirkan keadaan sang putra tercinta.
Namun, apa yang sedang terjadi? Kenapa putranya tidak ada di panti asuhan? Ke mana Varo pergi, dengan siapa dia saat ini?
Dada Vania serasa seperti sedang diremmas-remmas dengan kuat hingga membuat napasnya terasa sesak. Rasa sakit terasa menjalar ke seluruh tubuh hingga ke tulang-tulang, sampai rasanya dia tidak bisa lagi untuk bertahan hidup.
"Tidak, anakku tidak mungkin pergi. Dia ada di sini, Varoku ada di sini!" teriak Vania kembali dengan histeris.
Dengan cepat Sonya dan Feni segera memegangi tubuh Vania yang seperti akan berlari dan mengamuk, sampai akhirnya wanita itu pingsan dan tidak sadarkan diri.
"Cepat, kita harus membawanya ke kamar," ucap Feni sambil menunjuk ke arah kamar yang berada tidak jauh dari mereka.
Sonya menganggukkan kepala dan bergegas membawa Vania ke dalam kamar, dibantu dengan Feni dan wanita yang merupakan pekerja di panti asuhan itu juga.
"Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada Varo, siapa yang membawanya?" gumam Sonya dengan kesal. Dia harus segera menyelidiki masalah ini sebelum terjadi sesuatu dengan Vania.
Feni yang baru selesai memberi minyak kayu putih untuk Vania tampak mendekat ke arah Sonya. Dia ingin mengatakan sesuatu yang mungkin bisa membantu menemukan Varo.
"Maaf, Nona. Apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Feni dengan pelan.
Sonya mengangguk lalu mempersilahkan Feni untuk bicara. Biar bagaimana pun wanita itu adalah penanggung jawab panti asuhan ini, jadi harus bertanggungjawab atas apa yang terjadi dengan Varo.
"Dulu ibu saya yang mengelola panti asuhan ini, dan saya sama sekali tidak tahu karena sekolah di luar kota. Saya juga tidak pernah mengurus panti sebelum ibu meninggal, mungkin kakak saya lebih tahu tentang masalah ini," ucap Feni dengan jujur.
"Kalau gitu suruh kakakmu ke sini sekarang juga, karena masalah ini menyangkut seorang anak dengan ibunya," perintah Sonya.
Feni lalu mengatakan jika sudah menghubungi sang kakak, tetapi kakaknya baru bisa datang malam hari karena sedang berada di luar kota.
"Baiklah, kami akan tetap menunggu di sini sampai kakakmu datang. Saya harap masalah ini bisa diselesaikan secara jelas, atau jika tidak saya akan mengambil sikap," ucap Sonya yang dibalas dengan anggukan kepala Feni.
****
Malam harinya, sesuai dengan perkataan Feni. Seorang lelaki bernama Beni yang merupakan kakaknya datang ke panti asuhan itu untuk menemui Vania dan Sonya.
Terlihat Vania sudah tidak sabar untuk menanyakan tentang keberadaan putranya pada laki-laki itu. Dia sudah sedikit lebih tenang setelah mendengar penjelasan Sonya, dan akan fokus untuk mencari keberadaan putranya.
"Jadi, apa yang-"
"Di mana putraku, di mana Varo?" potong Vania dengan cepat dan tajam.
Bima terdiam saat mendengar pertanyaan Vania. Ternyata wanita inilah yang pernah diceritakan oleh ibunya dulu, dan tentu saja dia tahu tentang anak dari wanita itu.
"Apa kakak tahu tentang Varo?" tanya Feni dengan curiga saat melihat kakaknya diam dan tidak menjawab pertanyaan Vania. "Tolong katakan semuanya dengan jujur, Kak. Kasihan nona Vania mencari putranya." Pintanya. Dia merasa iba dengan apa yang terjadi terhadap wanita itu.
"Yah, aku tahu tentang Varo," jawab Bima dengan pelan.
Vania langsung tersenyum penuh harap dengan mata berkaca-kaca saat mendengar jawaban Bima. "Ka-kalau gitu di mana putraku? Di mana dia?" Dia mendesak laki-laki itu agar mau memberitahu keberadaan Varo.
Bima lagi-lagi terdiam. Bagaimana ini, haruskah dia memberitahukan tentang apa yang terjadi terhadap Varo?
"Tolong beritahu aku di mana dia, aku ingin menemui putraku," pinta Vania sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
Sonya dan Feni juga ikut mendesak Bima agar memberitahu apa yang terjadi dengan Varo, bahkan Sonya mengancam akan membuat laporan di kantor polisi atas masalah ini.
"Dia di ambil oleh keluarga ayahnya, setelah itu aku juga tidak tahu dia ada di mana."
Deg.
Tubuh Vania langsung kaku dan tegang saat mendengar ucapan Bima. Keluarga ayahnya? Apa orang-orang kep*arat itu yang telah mengambil Varo?
"Ibu sudah berusaha untuk menghalangi mereka, tapi mereka malah mengancam akan menghancurkan tempat ini. Ibu juga tidak punya bukti kuat untuk merawat Varo, jadi dengan terpaksa ibu memberikannya pada mereka," ucap Bima memberi penjelasan.
Kedua tangan Vania mengepal kuat karena merasa sangat emosi dengan apa yang mertuanya lakukan. Beraninya manusia-manusia bajing*an itu mengambil putranya tanpa izin!
"Aku akan membunuh mereka kalau sampai terjadi sesuatu dengan putraku," gumam Vania sambil menggertakkan giginya. Kedua matanya menatap tajam dengan rahang mengeras sampai membuat urat-urat menonjol di sekitar leher.
Dada Sonya langsung berdegup kencang saat mendengar gumaman Vania. Tidak, wanita itu tidak boleh melakukan kejahatan lagi. Vania tidak boleh lagi melakukan kesalahan yang membuat wanita itu sampai harus dipenjara, apalagi karena bajing*an-bajing*an seperti mereka.
Vania lalu mengajak Sonya untuk pergi ke rumah mertuanya. Dia akan memperak-porandakan tempat itu agar mereka sadar sedang berhadapan dengan siapa.
"Tunggu sebentar, Nona," tahan Bima membuat Vania yang sudah berbalik tidak jadi melangkahkan kakinya. "Ada surat dari ibu khusus untuk Anda." Dia mengulurkan sebuah surat yang baru saja diambil dari dalam tas.
Dengan cepat Vania menoleh ke belakang untuk mengambil surat pemberian Bima, dia lalu membukanya dan membaca isi surat tersebut.
"Maafkan saya, Vania. Saya tidak bisa menjaga dan melindungi Varo sesuai dengan janji saya. Saya juga tidak berani memberitahukan tentang masalah ini secara langsung padamu, maafkan saya. Mereka mengancam akan menyakiti Varo jika saya tidak memberikan secara baik-baik, mereka juga telah menyakiti anak-anak panti yang lain. Saya benar-benar tidak bisa melawan dan hanya bisa pasrah, tapi saya terus mencari tahu sampai akhirnya menemukan keberadaan Varo. Dia tinggal bersama keluarga Adijaya."
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
N Wage
feli jadi feni
beni jadi bima
2025-01-29
0
Aprisya
masih penasaran apa sebernarnya yang dilakuksn oleh vania sehingga vania sampai dipenjara
2023-11-23
1
sum mia
hmmm.... lanjut lah ...
2023-11-21
1