Bab 2. Tidak Ada di Mana Pun.

Vania tersentak kaget dengan tatapan tidak percaya saat mendengar ucapan wanita itu, begitu juga dengan Sonya yang merasa terkejut dengan kematian buk Ra. Kenapa mereka sama sekali tidak mendengar tentang kabar meninggalnya buk Ra?

"A-apa Anda serius, Buk?" tanya Vania dengan tergagap.

Wanita itu mengangguk. Dia lalu mengatakan jika buk Ra sudah meninggal tiga tahun yang lalu, bahkan mereka baru saja memperingati hari kematian buk Ra.

Air mata Vania langsung menetes saat mendengar kematian tentang buk Ra. Pantas saja beberapa tahun ini dia tidak pernah lagi menerima balasan surat dari buk Ra, ternyata wanita itu sudah meninggal dunia.

"Sebelumnya saya sering ke sini, tapi kenapa tidak ada satu pun orang yang memberi kabar tentang kematian buk Ra?" tanya Sonya dengan tajam. Dulu dia sudah beberapa kali berkunjung ke panti asuhan untuk melihat Varo dan buk Ra, tetapi selama pelatihan dan sampai sekarang dia tidak sempat untuk berkunjung lagi.

Wanita itu menggelengkan kepalanya karena tidak tahu. Dia sendiri baru bekerja di panti asuhan sejak buk Ra meninggal, itu sebabnya dia tidak mengenal Sonya.

"Ka-kalau gitu di mana putraku? Aku ingin bertemu dengannya," tanya Vania dengan panik, entah kenapa perasaannya menjadi tidak nyaman.

"Maaf, Nona. Saya benar-benar tidak tahu apa-apa," jawab wanita itu. "Kalau gitu saya akan memanggil anak buk Ra, mungkin dia tahu tentang putra Anda." Dia segera pergi dari tempat itu untuk memanggil anak dari pemilik panti asuhan tempatnya bekerja.

Vania langsung bangun dari kursi dengan panik. Wajahnya tampak pucat dengan keringat dingin yang mengalir diseluruh tubuh, dia merasa benar-benar gelisah dan takut dengan keadaan putranya.

"Tenanglah, Vania. Varo pasti ada di dalam," ucap Sonya sambil menepuk bahu Vania dan menyuruhnya untuk kembali duduk.

"Tidak, aku harus segera bertemu dengan Varo. Aku harus segera menemui putraku," sahut Vania dengan terisak. Rasa takut terasa menjalar ke seluruh tubuhnya.

Tidak berselang lama, datanglah seorang wanita bernama Feli yang merupakan anak dari buk Ra. "Maaf, apa Anda mencari saya?" Dia tersenyum dengan ramah kepada tamu-tamunya.

Vania langsung mendekati wanita itu lalu mencengkram kedua bahu Fely membuat wanita itu terlonjak kaget.

"Katakan di mana putraku, di mana Varo!" ucap Vania sambil mengguncang tubuh Feli membuat wanita itu meringis menahan sakit.

Sonya berusaha untuk menenangkan Vania dan melepaskan cengkraman wanita itu, sampai akhirnya cengkraman Vania terlepas dan sedikit menjauh dari Feli.

"Cepat katakan di mana putraku! Aku ingin bertemu dengannya," pinta Vania kembali dengan terisak.

Feli terdiam saat mendengar ucapan Vania. Dia sama sekali tidak mengenal wanita itu, dia bahkan tidak tahu-menahu tentang anak yang disinggung oleh Vania.

"Maaf, Nona. Sebenarnya apa maksud Anda? Dan anak mana yang Anda maksud?" tanya Feli dengan bingung dan tidak mengerti.

Vania langsung berjongkok untuk mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Kemudian dia menunjukkan beberapa lembar foto kepada mereka.

"Ini adalah putraku, dia ada di sini. Cepat berikan anakku!" teriak Vania dengan histeris membuat mereka semua terlonjak kaget, bahkan anak-anak yang ada dipanti asuhan itu bergegas melihat apa yang sedang terjadi.

Feli melihat foto yang diberi oleh Vania dengan tajam. Dia benar-benar sama sekali tidak tahu tentang anak yang ada dalam foto itu, bahkan dia tidak pernah melihatnya di dalam panti asuhan ini.

"Kenapa kau diam? cepat berikan dia padaku!" pinta Vania kembali sambil menarik-narik tanyan Feli, tetapi wanita itu tetap bersikukuh bahwa tidak tahu apa-apa tentang anaknya.

"Saya tidak pernah mengenal anak ini, Nona. Saya juga tidak-"

"Bagaimana mungkin kau tidak mengenalnya? Dia tinggal di sini, dia tinggal di sini bersama dengan buk Ra!" teriak Vania kembali sambil menangis dengan tersedu-sedu.

Semua orang yang ada di pantai asuhan itu melihat apa yang terjadi dari kejauhan, sementara Sonya berusaha untuk kembali menenangkan Vania.

"Tolong beritahu di mana Varo berada, atau saya akan melaporkan masalah ini ke kantor polisi," ancam Sonya. Bagaimana mungkin mereka tidak mengenal Varo sementara anak itu dulu benar-benar tinggal di panti asuhan ini?

Feli kembali mengatakan bahwa dia benar-benar tidak mengenal Varo, Dia bahkan sampai bersumpah demi tuhan bahwa tidak berbohong tentang hal ini.

Mendengar ucapan Feli, Vania langsung menerobos masuk ke dalam panti asuhan itu untuk mencari keberadaan putranya.

"Varo, kamu di mana, Nak? Ini mama, mama datang untuk menjemputmu," teriak Vania sambil mencari keberadaan Varo. Dia membuka semua kamar yang sedang dilewati membuat anak-anak yang berada di kamar berhamburan keluar.

Sonya dan Feli bergegas masuk ke dalam panti untuk menyusul kepergian Vania, sementara wanita yang satunya lagi terlihat sedang menghubungi seseorang.

"Varo, kau di mana, Sayang? Ini mama!" teriak Vania kembali untuk yang kesekian kalinya.

Kedua mata Vania sudah sembab akibat kebanyakan menangis. Napasnya terus memburu karena berlarian ke sana kemari untuk mencari keberadaan putranya, sampai ingin sekali rasanya dia menghancurkan panti asuhan ini.

"Apa kalian melihat Varo?" tanya Vania pada anak-anak yang sedang meringkuk ketakutan saat melihat apa yang dia lakukan. "Jangan takut, aku mamanya Varo. Aku ingin menjemputnya, tolong kasitahu di mana Varo. Huhuhu." Dia menangis dengan tersedu-sedu karena tidak bisa menemukan Varo padahal sudah menggeledah seisi panti asuhan ini.

Sonya langsung menghampiri Vania lalu memeluknya dengan erat. Dia sendiri tidak mengerti kenapa Varo tidak ada di panti asuhan ini, bahkan Feli juga tidak mengenal siapa Varo. Mungkinkah ada sebuah konspirasi yang terjadi di tempat ini?

"Aku mohon berikan putraku, aku mohon berikan Varo padaku," ucap Vania dengan sesenggukan.

"Tenanglah, Vania. Kita pasti akan mencari keberadaan Varo, jadi tolong jangan menangis lagi," pinta Sonya. Mereka harus menyelidiki sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan Varo karena situasi saat ini benar-benar tidak masuk akal sekali.

"A-apa yang dia ucapkan benar, Nona. Saya mohon tenangkan diri Anda, saya berjanji akan membantu untuk mencari putra Anda," ucap Feli. Walau dia merasa bingung dan tidak mengerti, tetapi dia harus bertanggung jawab jika memang benar putra wanita itu menghilang di panti asuhan ini.

Tiba-tiba ada seorang anak berusia sepuluh tahun yang mendekati Vania sambil menunjuk ke arah foto Varo.

"Dia temanku, aku mengenalnya," ucap bocah laki-laki itu.

Tangisan Vania langsung berhenti saat mendengar ucapan anak laki-laki itu, dia bergegas melerai pelukan Sonya lalu bersimpuh di hadapan bocah tersebut.

"Ka-kau tahu dia, 'kan? Dia temanmu 'kan?" tanya Via sambil menunjukkan foto putranya.

Anak laki-laki itu mengangguk. Walau sudah lama berpisah dengan Varo, tetapi dia masih mengingat wajah temannya itu.

"Dia temanku, kami sering main bersama dengan mereka juga," jawab anak laki-laki itu sambil menunjuk ke arah temannya yang lain.

Vania menghela napas lega karena anak-anak itu mengenal putranya. "Sekarang kasitau di mana Varo sama tante yah, tante ini mamanya. Tante ingin bertemu dengan Varo." Pintanya.

Anak laki-laki itu menggelengkan kepalanya. "Dia sudah pergi dengan orang lain, dia tidak ada di sini lagi."

"Ka-kau bilang apa?"

Tbc.

Terpopuler

Comments

Aprisya

Aprisya

setelah bu ra meminggal siapa yang ngelola panti ini, kok sampai anak bu ra gak tau varo...?

2023-11-22

1

sum mia

sum mia

penasaran siapa yang bawa Varo pergi... mungkinkah diadopsi , tapi pengurus panti gak ada yang tau . entahlah

2023-11-21

0

MPit Mpit MPit

MPit Mpit MPit

udah akuh kasih bunga y Thor...biar semangat up-nya.hihihi

2023-11-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!