Bab 1. Hari Kebebasan.

Beberapa tahun kemudian.

Di sebuah ruangan, terlihat semua wanita sedang berkumpul karena akan menjalani pembinaan kemandirian seperti mana biasanya.

Masing-masing dari mereka sudah menetapkan kegiatan yang akan dilakukan. Mulai dari keterampilan tangan, bercocok tanam, atau pekerjaan mandiri yang lainnya. Mereka bebas memilih sesuai dengan minat dan bakat yang diinginkan.

Begitu juga dengan seorang wanita yang bernama Vania Garvita. Saat ini dia tengah sibuk melakukan pekerjaan sesuai dengan keinginannya yaitu tentang keterampilan tangan.

"Kau sedang apa, Vania?" tanya seorang wanita paruh baya yang sejak tadi memperhatikan Vania. Sudah hampir satu jam Vania sibuk membuat sesuatu sampai membuat dia merasa penasaran.

Vania mendongakkan kepalanya untuk melihat ke arah wanita paruh baya itu. Dia lalu tersenyum dan kembali menunduk untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Aku sedang membuat syal, Bik. Ini untuk putraku," jawab Vania sambil tersenyum cerah. Dia sudah tidak sabar untuk memberikan syal hasil rajutannya kepada sang putra tercinta.

Wanita paruh baya itu ikut tersenyum. Sudah beberapa tahun ini dia mengenal dan hidup bersama dengan Vania, tetapi baru kali ini dia melihat wajah Vania di penuhi dengan kebahagiaan.

"Iya yah, sebentar lagi kau akan bebas dan bisa bertemu lagi dengan Varo. Dia pasti sudah besar sekarang," ucap wanita paruh baya itu.

Wajah Vania semakin berseri-seri saat mendengarnya. Yah, sebentar lagi dia akan bebas dan bisa bertemu dengan putra semata wayangnya.

Rasa rindu terus membelenggu jiwa Vania selama beberapa tahun ini, tetapi sekarang tidak lagi karena dia akan segera bertemu dengan putranya.

"Vania!"

Vania kembali mendongakkan kepalanya saat mendengar panggilan seseorang. Dengan cepat dia beranjak dari karpet untuk menghampiri orang yang telah memanggilnya.

"Iya, Buk," jawab Vania saat sudah berada di hadapan seorang sipir perempuan.

"Ayo, ikut aku! Ada yang ingin bertemu denganmu," ucap wanita tersebut sambil berbalik dan berjalan keluar dari ruangan itu.

Vania mengangguk lalu mengikuti langkah wanita itu, sampai akhirnya mereka tiba di ruangan lain yang berada tidak jauh dari tempat tadi.

"Bagaimana kabarmu, Vania?"

Vania tersenyum senang saat melihat siapa yang mengunjunginya. "Saya baik, Buk. Bagaimana kabar Anda? Sudah lama kita tidak bertemu." Dengan cepat dia menyalam tangan wanita itu.

Wanita bernama Sonya itu tersenyum ramah. "Tentu saja saya juga baik, Vania. Ayo, silahkan duduk!" Dia lalu duduk dikursi yang telah tersedia sambil mempersilahkan Vania untuk duduk di hadapannya.

Vania mengangguk lalu segera duduk di hadapan Sonya. Sudah hampir tiga tahun ini dia tidak bertemu dengan wanita itu, dikarenakan Sonya harus menjalani pelatihan di luar kota.

Mereka lalu berbincang layaknya seorang sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Walaupun begitu, Vania harus tetap hormat dan menjaga batasan di hadapan Sonya. Biar bagaimana pun, Sonya adalah seorang polwan yang dulunya menangani kasus yang menyeret namanya.

"Akhirnya masa tahananmu telah berakhir, Vania. Apa besok kau akan langsung menemui Varo?" tanya Sonya.

Vania langsung menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, Buk. Saya sudah sangat merindukannya, saya ingin langsung memeluknya." Kedua matanya berkaca-kaca karena sudah tidak sabar untuk melihat sang buah hati.

Sonya menepuk bahu Vania dengan lembut, dia sangat paham sekali bagaimana perasaan wanita itu saat ini. Ibu mana yang tidak bahagia jika akan bertemu dengan anak mereka setelah berpisah selama bertahun-tahun lamanya?

"Besok saya akan menjemputmu, setelah itu kita temui Varo sama-sama," ucap Sonya membuat Vania langsung meneteskan air mata.

Vania merasa sangat terharu dengan kebaikan yang selama ini Sonya berikan padanya, bahkan jika bukan karena wanita itu, mungkin dia tidak akan bisa bebas secepat ini.

"Selama ini Anda sudah sangat baik pada saya, Buk. Saya tidak akan bisa membalas semua kebaikan Anda," ujar Vania dengan terisak. Padahal Sonya bukan keluarga atau bahkan temannya, tetapi selama ini wanita itu sudah banyak sekali membantunya.

Sonya menggenggam kedua tangan Vania dengan erat dan mencoba untuk menenangkannya. "Jangan bicara seperti itu, Vania. Saya sudah menganggapmu sebagai adik saya sendiri, jadi kau tidak boleh mengungkit apa yang sudah terjadi. Mengerti?" Dia bertanya dengan lembut.

Vania mengangguk pelan. Dia merasa bersyukur karena masih dipertemukan dengan orang baik seperti Sonya, padahal dulu tidak ada satu orang pun yang memperlakukannya dengan baik. Jangankan diperlakukan baik, mereka semua bahkan menganggapnya sebagai wanita sampah.

Beberapa saat kemudian, Sonya pamit untuk kembali bekerja. Lagi pula waktu untuk berkunjung juga sudah habis, dan Vania harus kembali melanjutkan kegiatannya.

***

Keesokan harinya, sesuai dengan ucapan Sonya. Dia kembali lagi ke tempat di mana Vania berada untuk menjemput wanita itu. Terlihat Vania sudah menunggu kedatangannya sambil membawa tas besar berisi pakaian.

"Apa kau sudah siap untuk pergi?" tanya Sonya dengan senyum lebar.

Tentu saja Vania langsung mengangguk dengan semangat. Tadi dia sudah berpamitan pada teman-teman yang tinggal satu kamar dengannya, juga pada semua teman yang menghuni tempat itu.

"Saya sudah siap, Buk. Sangat siap sekali," sahut Vania dengan sangat antusias.

Sonya langsung tergelak saat melihat semangat Vania. Dia lalu merangkul bahu wanita itu dan bergegas membawanya keluar dari tempat itu setelah pamitan dengan para penjaga lapas.

Air mata Vania tidak dapat ditahan saat menghirup udara bebas. Dadanya berdegup kencang karena menahan ledakan kebahagiaan saat kembali melihat kehidupan diluar sana.

"Ayo, kita masuk! Varo pasti sudah menunggu di sana," ajak Sonya.

Vania kembali mengangguk dan berlalu masuk ke dalam mobil Sonya. Mereka kemudian segera pergi menuju panti asuhan di mana Varo berada, tidak lupa berhenti sebentar di supermarket untuk membelikan makanan bagi anak-anak penghuni panti.

Sepanjang perjalanan, Vania terus berlinangan air mata karena benar-benar tidak sabar untuk bertemu dengan Varo. Dia sudah tidak sabar untuk memeluk dan mengecup wajah putranya, dia yakin sekali jika Varo pasti tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tampan.

"Hentikan air matamu itu, Vania. Apa kau akan menemui Varo dengan menangis seperti itu?" seru Sonya sambil menggelengkan kepalanya.

"Saya sudah berusaha untuk tidak menangis, Buk. Tapi air mata ini tetap mengalir deras," sahut Vania dengan suara serak karena terlalu banyak menangis. Padahal dia sudah mencoba untuk menahan, tetapi air matanya tetap saja keluar.

Tidak berselang lama, sampailah mereka ke tempat tujuan. Vania begegas keluar dari mobil dengan dada berdegup kencang dan tubuh gemetaran, sementara Sonya hanya tersenyum sambil membawa makanan yang tadi dia beli.

"Maaf, Anda siapa ya?" tanya seorang wanita yang merupakan penjaga panti asuhan.

Vania tersenyum dan berusaha untuk menahan air matanya. "Sa-saya Vania, Buk. Saya ingin menemui anak saya, boleh saya masuk?"

Wanita itu mengernyitkan kening bingung, tetapi dia tetap mempersilahkan kedua wanita tersebut untuk masuk ke dalam panti. Tidak lupa menyuguhkan minuman dan makanan ringan juga.

"Sebelumnya maaf, bisa tolong jelaskan siapa Anda dan apa maksud ucapan Anda tadi?" tanya wanita penjaga panti itu.

"Ah begini, saya ingin bertemu dengan buk Ra. Selama ini saya sering berkirim surat dengannya, apa beliau ada?" tanya Vania kembali.

Wanita itu terdiam dengan tatapan sendu. "Maaf, buk Ra sudah meninggal."

"A-apa?"

Tbc.

Terpopuler

Comments

Aprisya

Aprisya

ya Allah kamu harus bersabar vania, cobaan datang silih berganti,

2023-11-22

2

sum mia

sum mia

maaf baru mampir lagi kak Ayu...
lanjut baca ah....

2023-11-21

1

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

Nah .... kan bener Bu Ra sudah meninggal makanya anaknya Vania ada yang ngadopsi

2023-11-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!