Setelah membereskan kamar orang tuanya, Nada segera membersihkan diri dan beristirahat. Wajahnya semakin pucat dan dia merasa jika tubuhnya demam sekarang. Tekanan mental dan juga hujan-hujanan satu malaman membuat kondisinya semakin menurun.
Rasanya lelah sekali, hidup seorang diri tanpa orang tua jelas bukan hal yang baik. Dia punya paman tapi sama sekali tidak memperdulikannya. Ditambah dengan sepupunya yang juga selalu memusuhi Nada. Membuat Nada lebih memilih untuk hidup sendiri. Dia pikir hidupnya akan tenang, tapi sepeninggalan orang tuanya, hidup Nada benar-benar berubah. Mendapat fitnah menjadi gadis liar karena bekerja di sebuah rumah makan di pinggir lintas, harus berjuang bertahan hidup karena kebun peninggalan orang tuanya sudah diambil alih oleh pamannya. Dan sekarang, Nada harus menerima fitnah kembali karena telah berbuat zina dengan seorang pendatang. Bukankah itu sangat menyedihkan?
Air mata Nada kembali menetes seiring dengan matanya yang terpejam menahan rasa lelah di tubuh dan di hati.
..
Hari sudah mulai sore, Dokter Rayyan tiba di depan rumah Nada dengan menggunakan motor baru. Dia tidak bisa lagi menggunakan mobil apalagi dengan jalanan desa yang cukup parah di waktu musim penghujan ini.
Sebuah tas ransel yang penuh dia tenteng dan dibawa masuk ke dalam rumah. Wajahnya terlihat lelah, tapi tetap saja tidak mengurangi ketampanan yang dia miliki.
Dokter Rayyan memandangi ke sekitar rumah itu, terlihat sepi. Entah kemana Nada. Istri barunya. Oh ya ampun, satu hari ini dia dibuat lelah hanya karena memikirkan hal itu terus menerus.
Tok tok tok
Tangannya mengetuk pintu beberapa kali, namun sampai tangannya terasa panas, pintu tidak kunjung dibuka.
"Kemana dia?" tanya Dokter Rayyan.
Sekali lagi dia mengetuk, tapi tidak ada juga suara dari dalam. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membuka pintu itu dan ternyata tidak terkunci.
Keadaan rumah sepi, dia menoleh kesana kemari.
"Nada!" panggilnya.
Tidak ada suara.
"Nada, saya datang!" seru Dokter Rayyan sedikit lebih kuat. Namun tidak ada juga sahutan dari Nada.
Dia yang penasaran langsung berjalan menuju ke arah kamar yang sedikit terbuka. Dahinya mengernyit ketika mendengar suara gumaman dari dalam sana. Dan ketika pintu dia buka lebih lebar, dia langsung tertegun ketika melihat Nada bergelung dalam selimut dengan tubuh yang menggigil.
"Astaga, Nada!"
Dokter Rayyan berjalan cepat ke arah Nada. Dia langsung duduk di sisi tempat tidur itu dan meraba dahi Nada. Terasa panas sekali.
Nada membuka mata, sangat sayu dan lemah.
"Kamu demam," ucap Dokter Rayyan.
"Dokter," lirih Nada.
"Tunggu sebentar," Dokter Rayyan langsung beranjak dan berjalan menuju kamar mandi di dekat dapur. Mengambil handuk kecil dan juga se mangkuk air untuk mengompres dahi Nada. Tidak lupa dia mengambil air hangat yang memang sudah tersedia di sana.
"Sesak nafas tidak?" tanya Dokter Rayyan sembari mengompres dahi Nada.
Nada menggeleng lemah, "kepala saya sakit," lirihnya.
"Sudah makan?" tanya Dokter Rayyan kembali.
Lagi-lagi Nada menggeleng lemah. Membuat Dokter Rayyan menghela nafas panjang. Dia jadi menyesal meninggalkan Nada pagi tadi. Seharusnya dia tahu jika keadaan Nada sedang tidak sehat.
"Makan roti dulu ya, nanti baru minum obat," ujar Dokter Rayyan.
Nada tidak menjawab, dia membiarkan Dokter Rayyan keluar dari kamarnya dan masuk kembali membawa tas besar yang dia tenteng tadi.
"Saya juga tidak sempat makan siang, jadi beli roti saja. Kamu makan dulu," Dokter Rayyan berucap sembari membantu Nada untuk duduk dan bersandar di ranjangnya.
Pandangan mata mereka saling memandang beberapa saat. Namun Nada segera mengalihkan perhatiannya ketika matanya serasa ingin menangis.
"Kenapa? Apa ada yang sakit?" tanya Dokter Rayyan.
Nada menggeleng pelan.
"Jadi kenapa mau menangis begitu?" tanya Dokter Rayyan lagi.
Bibir Nada bergetar, dia tertunduk dan meraih roti dari tangan dokter Rayyan. Memakannya sembari menahan Isak tangis yang tidak bisa dia tahan sebenarnya.
"Nada,"
"Hiks," bibirnya mengunyah, namun dia juga mulai menangis.
"Saya ngerepotin, dokter," ucap Nada.
Dokter Rayyan mendengus senyum simpul. Dia memandang teduh wajah sedih Nada.
"Kan sudah tugas saya, lagi pula saya juga sudah suami kamu sekarang. Kamu lupa ya?" tanya Dokter Rayyan.
Nada menggeleng pelan sembari mengusap kasar air matanya. "Saya selalu sendiri selama ini, dan sekarang ada dokter disini, buat saya jadi sedih dan terharu," jawab Nada.
Dokter Rayyan langsung mengusap pucuk kepala Nada dengan lembut. Hatinya merasa tersentuh mendengar perkataan Nada barusan.
"Saya dengar orang tua kamu sudah meninggal satu tahun yang lalu ya?" tanya Dokter Rayyan.
Nada mengangguk pelan, "kecelakaan," jawabnya perih.
"Tidak apa-apa, jangan bersedih lagi. Bukankah kamu masih punya paman dan teman-teman yang lain. Sekarang juga sudah ada saya," ucap Dokter Rayyan.
Nada tidak menjawab, hanya air mata saja yang mengalir di wajahnya. Tapi Dokter Rayyan tahu, jika sepertinya kehidupan Nada tidak semudah itu.
"Jangan bersedih lagi, jika tidak bisa menerima saya menjadi suami, setidaknya kamu terima saya sebagai teman lebih dulu," ucap Dokter Rayyan.
Dan ucapannya itu membuat Nada mendongak. Memandang Dokter Rayyan dengan wajah yang basah.
"Apa dua hari lagi Dokter akan menceraikan saya?" tanya Nada begitu polos.
Dokter Rayyan mengernyit heran.
"Kamu mau seperti itu?" tanyanya.
Nada kembali tertunduk. "Mbak Anita yang berkata seperti itu. Dokter dan saya tidak cocok, dan Dokter pasti akan pergi setelah dua hari," jawab Nada.
Dokter Rayyan kembali tersenyum. "Kenapa mendengarkan orang lain. Bagi saya, pernikahan itu bukan sebuah permainan. Menikah hanya sekali seumur hidup. Meski belum saling mengenal dan belum saling cinta, tapi kita bisa coba. Jika tidak ada kecocokan juga, kita bisa pikirkan bagaimana nantinya," ujar Dokter Rayyan.
Dia iba, dan dia simpati pada Nada. Semua orang terlihat meremehkan Nada dan menyayangkan dia yang menikahi gadis liar. Tapi, baru mengenal Nada beberapa saat saja, Dokter Rayyan tidak melihat seperti itu. Nada gadis yang baik, dia juga tidak bersikap aneh. Bahkan pandangan matanya juga selalu menunjukkan kesedihan yang mendalam.
"Dokter pasti lupa," ucap Nada.
Lagi-lagi Dokter Rayyan memandang Nada dengan heran.
"Lupa apa?" tanyanya.
"Lupa kalau sebelum ini kita sudah pernah bertemu," jawab Nada.
Dokter Rayyan nampak terkesiap. "Bertemu dimana?" tanyanya kembali. Bahkan dia memperhatikan wajah Nada dengan lekat.
Nada mengeluarkan kalung yang dia pakai dari lehernya. Melepaskan kalung itu dan memberikannya pada Dokter Rayyan.
Sebuah kalung perak dengan cincin yang dia jadikan sebagai buah kalungnya.
Dokter Rayyan memperhatikan kalung itu dengan lekat, namun ketika melihat cincin yang melingkar di sana. Dia langsung terkejut bahkan tersentak. Ada ukiran nama Azka di sana. Dan itu adalah cincin miliknya.
"Ka … kamu," ucapnya dengan wajah yang terperangah tidak percaya. Memandang Nada yang tersenyum tapi tetap saja menahan tangis.
"Iya, saya Nata," jawab Nada.
Dokter Rayyan menggeleng tidak percaya. Dia tersenyum haru dan mengusap wajah Nada dengan lembut.
"Nata gadis kecil berpita merah, kenapa nggak bilang kalau ini kamu. Dan kenapa kamu berubah sekali. Ya Tuhan," gumam Dokter Rayyan tidak percaya.
Nada mengerucutkan bibirnya sekilas. "Mana saya berani," ucapnya.
Dokter Rayyan kembali tersenyum, dia langsung menarik tubuh Nada dan memeluknya dengan lembut. Dan tentu saja perlakuannya itu membuat Nada tertegun bahkan langsung membatu. Pelukan hangat yang terasa sangat menenangkan.
"Kamu ini, saya sudah mencarimu kemana-mana. Kemana bisa ada disini?" tanya Dokter Rayyan kembali. Dia masih terus memeluk Nada, sangat lama sampai dia merasa puas barulah dia melepaskan pelukannya. Memandang wajah pucat Nada yang sudah berhenti menangis sedih. Tapi kini malah menangis haru.
"Di Jakarta cuma main di rumah Nenek, dan rumah kami memang disini," jawab Nada.
Dokter Rayyan benar-benar tidak percaya. Nada adalah gadis kecil yang dia temui sepuluh tahun yang lalu. Gadis kecil yang menolongnya dari kejaran anggota geng motor yang ingin memalaknya ketika dia bersembunyi di balik tembok. Masih dia ingat gadis kecil itu membawanya masuk ke dalam rumah dan menolongnya terlepas dari kejaran orang-orang itu. Ah lucu sekali, dan sekarang mereka bertemu lagi disini.
"Kamu bisa ingat saya," ucap Dokter Rayyan.
"Saya tidak pernah lupa sama kakak tampan yang punya tanda bulan di tangannya," jawab Nada sembari menunjuk ibu jari Dokter Rayyan yang memang memiliki tanda lahir.
Dokter Rayyan tersenyum simpul. Keraguan di hatinya semakin hilang dan memudar dengan kenyataan yang dia terima ini. Dia tahu Nada bukan gadis kota dan orang kaya. Tapi Nada adalah gadis kecil yang begitu baik padanya. Dan sekarang sudah menjelma menjadi seorang gadis yang sangat cantik.
Ya ampun, takdir benar-benar lucu. Mereka dipertemukan kembali karena hal yang unik. Mungkin ini jalan Tuhan untuk membuat mereka bertemu.
"Sesuai janjiku dulu, aku akan membalas kebaikan kamu. Maka sekarang, waktunya aku menepati janjiku," ucap Dokter Rayyan.
"Maksud dokter?" tanya Nada.
"Ya, saya akan menjaga kamu untuk seumur hidup saya," jawabnya.
Deg
Nada langsung tertegun mendengar itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Deswita
🙏🙏🤗
2024-12-21
0
Linda Erma
Woooww keren langsung terkuak...g bertele2,tp takut ke depannya mengandung bawang..harus menyiapkan hati lg dah 🤭🤭🤭
2023-11-15
2
Dewie Angella Wahyudie
jangan dibikin melambung ya thor, habis itu dihempaskan lagi sekuat" nya, kasihan kalo smpe kaya gitu,
jadi takut kalo ortunya dokter tampan gk nge restuin.... jngn ya thor, biar nadanya bahgia...
2023-11-15
4