Disinilah mereka berada. Di kantor kepala desa Kemuning. Dokter Rayyan dan Nada dibawa warga ke kantor kepala desa yang memang berada tidak jauh dari klinik itu. Pakaian mereka semua masih basah karena mereka berjalan dalam keadaan masih hujan.
Nada terduduk lemas di kursi. Di depannya berdiri pamannya yang nampak marah dan meradang. Sedangkan Dokter Rayyan duduk di sebelahnya. Mereka sedang di sidang saat ini.
"Kamu memang selalu membuat aku malu!" bentak Darso.
"Nada nggak buat zina, paman," ucap Nada lemas. Keadaannya masih tidak baik, tapi dia sudah dihadapkan dengan tatapan tajam orang-orang yang ada disini bahkan dengan tega mereka memfitnah Nada melakukan perbuatan zina.
"Kalau nggak zina gimana bisa kamu ada di dalam mobil dokter Rayyan, bilang aja cari kesempatan," sahut Dandi yang memang sepupu Nada.
"Nada sesak nafas, saya hanya memberikan dia pertolongan. Zina bagaimana yang kalian maksud?" tanya Dokter Rayyan pula. Dia sudah lelah karena sejak tadi menjelaskan kronologi yang mereka lakukan di dalam mobil. Tapi orang-orang disini malah semakin menjadi.
"Dokter Rayyan, kami cukup kecewa melihat tindakan dokter. Kami yang awalnya senang karena kedatangan dokter ke tempat ini, tapi sekarang kami salah sangka," ucap pak Harto.
"Benar, kami kira seorang dokter memiliki martabat yang tinggi," kata pak wali pula. Kepala desa Kemuning.
"Ayah!" seru Anita yang baru datang. Dia langsung berjalan dan menerobos orang-orang yang mengerumuni Nada dan Dokter Rayyan. Anak pak wali itu memandang Nada dengan pandangan kesal.
"Bukan Dokter Rayyan yang bersalah, tapi Nada," ucapnya.
Semua orang langsung memandang ke arah Nada. Begitu pula dengan dokter Rayyan.
"Kalian semua kan tahu gimana perilaku Nada selama ini. Dia selalu dekat sama semua lelaki di desa kita. Udah jelas kan, pasti dia yang merayu dokter Rayyan. Mana mungkin orang seperti Dokter Rayyan mau berbuat zina kalau nggak di rayu," ungkapnya dengan begitu menggebu.
"Benar, Nada kan memang liar. Apalagi setelah orang tuanya meninggal," sahut Dandi dengan senyum sinisnya.
Nada menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca dan dia ingin menangis sekarang. "Nggak, Nada gak pernah rayu Dokter Rayyan," lirihnya.
"Halah bohong banget, tadi kan kamu malam-malam datang ke klinik. Padahal kamu tahu kalau klinik udah tutup dan hari mau hujan. Sengaja kan kamu," tuding Anita lagi.
Nada menggeleng cepat.
"Bukan salah Nada. Kami memang tidak berbuat apapun di dalam mobil," sahut Dokter Rayyan.
"Dokter jangan mengelak, udah jelas kalian habis berbuat sesuatu. Pak Harto juga tahu kan tadi," ucap Dandi, dia menoleh pada Pak Harto yang berdiri dengan wajah garangnya.
Ketua adat itu langsung mengangguk pelan. Dia menoleh ke arah pak wali dan juga paman Darso.
"Tidak bisa dibiarkan. Sejak dulu jika ada yang berbuat mesum di desa kita. Kita harus memberikan sanksi. Berhubung mereka masih gadis dan perjaka, maka mereka akan kita nikahkan!" ujar Pak Harto.
"Apa menikah?" tanya Anita.
"Tidak ada pilihan lain, itu jalan satu-satunya. Pilih menikah atau diarak keliling kampung dan diusir dari desa ini," ucap Pak Harto.
"Pak, tapi kami tidak melakukan apapun," Dokter Rayyan kembali melakukan pembelaan. Namun masih seperti tadi, mereka tidak ada yang percaya.
"Dokter Rayyan, kami masih menghormati kedatangan dokter di desa kami. Dan kami juga masih membutuhkan tenaga dokter disini. Jadi dokter bisa memilih untuk menikah karena dengan begitu bukankah itu bisa menyelamatkan nama baik dokter," ucap Pak wali pula.
Dokter Rayyan tertunduk, dia memijat pelipisnya yang terasa berat. Kenapa jadi seperti ini. Niat hati ingin menolong, tapi nyatanya malah terkena musibah. Astaga.
"Ayah, apa tidak ada pilihan lain?" tanya Anita.
"Tidak ada, sejak dulu inilah peraturan di desa kita," jawab Pak wali.
Anita mendengus kesal. Niat hati ingin mempermalukan Nada, tapi akhirnya malah harus berakhir seperti ini.
Nada sudah lesu, dia hanya bisa tertunduk dan menangis di sana. Membela diri pun percuma karena sejak dulu dia memang sudah dibenci oleh Anita dan Dandi. Dan sekarang, semua orang malah termakan hasutan mereka.
"Pagi menjelang kalian sudah harus menikah, tidak ada pilihan lain," kata pak Harto.
Dokter Rayyan langsung menoleh ke arah Nada yang hanya bisa menangis. Sejak tadi dia sudah melakukan pembelaan, tapi tetap saja tidak bisa. Dia pendatang, meski dedikasinya terhadap desa ini cukup besar, tapi mau tidak mau dia memang harus menuruti aturan yang berlaku.
Untuk sekarang itu dia lakukan agar nama baiknya sebagai dokter relawan tidak tercoreng. Dan nanti akan dia pikirkan bagaimana kelanjutannya. Bukankah hanya menikah siri?
Benar saja, ketika pagi menjelang semua warga desa yang berada di dekat daerah itu langsung berkumpul untuk melihat ijab kabul Dokter Rayyan dan Nada. Banyak yang menyayangkan dokter Rayyan menikahi Nada. Apalagi mereka tahu jika Nada hanyalah gadis yatim piatu. Tapi ada juga yang mendukung.
Pak Darso, paman Nada sekaligus ayah Dandi yang menjadi wali hakim. Dia yang menikahkan Nada dengan Dokter Rayyan. Hingga akhirnya pernikahan itu terjadi begitu cepat. Ijab kabul terucap dan akhirnya mereka sudah sah menjadi sepasang suami istri.
Sedih sekali rasanya ketika harus menikah seperti ini. Tanpa orang tua dan tanpa pesta yang indah. Mereka malah menikah karena di gebrek. Astaga. Benar-benar memalukan.
"Senang kan, udah jadi istri Dokter Rayyan. Jangan senang dulu kamu, aku yakin dua hari kemudian pasti langsung diceraikan tuh sama dokter ganteng," ucap Anita setelah acara ijab kabul itu selesai. Dia terlihat kesal, karena dia yang menginginkan Dokter Rayyan, tapi malah Nada yang menjadi istrinya.
Nada hanya diam, dia menoleh dan memandang dokter Rayyan yang tengah berbicara dengan pamannya dan juga tetua adat.
Hingga tidak lama setelah acara selesai dan dia mendapatkan banyak sekali cacian, akhirnya semua orang langsung meninggalkan tempat itu.
Begitu pula dengan dokter Rayyan yang langsung mendekat ke arah Nada.
"Kamu harus istirahat, kamu masih terlihat lemah sekali," ujarnya.
Nada memandang dokter Rayyan sejenak, namun setelah itu dia hanya bisa mengangguk lirih.
Mereka pulang dengan menggunakan motor yang dipinjami oleh Pak Darso. Karena mobil Dokter Rayyan tidak bisa lewat sebab jalanan yang tertutup longsor.
Sepanjang jalan menuju ke rumah, tidak ada yang saling membuka mulut. Dokter Rayyan hanya bertanya dimana rumah Nada.
Sebuah rumah kecil berdinding papan berwarna hijau dengan halaman yang nampak asri langsung menyambut kedatangan mereka. Nada turun dari atas motor, begitu pula dengan Dokter Rayyan.
Mereka saling pandang, dan terlihat canggung. Karena sungguh, ini benar-benar seperti mimpi.
"Boleh saya masuk?" tanya Dokter Rayyan.
Nada mengangguk pelan. Dia tidak mungkin menolak, karena sekarang Dokter Rayyan sudah menjadi suaminya. Apa jadinya jika dia mengusir Dokter Rayyan.
Rasanya aneh dan benar-benar risih sekali, dua orang asing yang baru pertama kali bertemu tapi sudah harus menikah. Bukankah itu lucu? Dokter Rayyan berjalan mengikuti Nada masuk ke dalam rumah, rumah kecil dan tidak terlalu besar. Tapi cukup rapi dan nyaman.
Mereka duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu. Lagi-lagi mereka saling pandang, namun sedetik kemudian Nada yang tertunduk malu.
Dokter Rayyan tersenyum simpul memandang Nada. Gadis cantik nan imut yang kini menjadi istrinya. Ah ini benar-benar gila.
"Saya tahu ini sulit, dan saya minta maaf karena saya tidak bisa menolak permintaan mereka untuk menikahkan kita," ucap Dokter Rayyan.
Nada menghela nafas dan mengangguk pelan. "Nggak apa-apa, dokter. Mau seperti apapun kita membela diri. Mereka gak akan pernah percaya," jawab Nada.
"Sekarang, kita sudah menjadi suami istri. Dan tidak mungkin kita tinggal terpisah," Dokter Rayyan berucap begitu serius. Dan ucapannya itu membuat Nada semakin canggung.
"Maksud dokter, apa kita tinggal serumah dan … dan," perkataannya terhenti karena dia begitu malu untuk mengucapkan hal itu.
Dokter Rayyan kembali tersenyum, "saya tidak akan memaksa kamu untuk menjalani pernikahan ini seperti pasangan suami istri yang lainnya. Tapi kamu tahu kan, kalau saya sudah mengucapkan ijab kabul dan itu artinya kamu tanggung jawab saya sekarang," kata dokter Rayyan.
Nada masih terdiam.
"Kita jalani saja hari-hari kita seperti biasa. Hanya saja kita tinggal satu rumah sekarang. Kamu bisa pilih, tinggal di rumah tugas saya, atau di rumah ini," ucap Dokter Rayyan.
"Saya tidak bisa meninggalkan rumah ini, bolehkan tetap tinggal disini saja," pinta Nada.
"Boleh, tidak masalah. Apa ada kamar lain?" tanya Dokter Rayyan.
Nada langsung tersenyum dan mengangguk cepat. Dia sudah sangat takut jika harus tidur bersamaan tadinya.
"Ada, dokter bisa tidur di kamar bekas orang tua saya. Kamarnya bersih kok, beda dengan kamar saya," jawab Nada langsung.
Dokter Rayyan yang memang ramah langsung tertawa mendengar itu. Sepertinya Nada memang sangat takut jika mereka harus tidur berdua. Benar-benar menggemaskan.
Hari itu, tidak ada yang mereka lakukan selain menyadarkan hati mereka masing-masing jika sekarang status mereka sudah berubah. Setelah berbicara sebentar Dokter Rayyan pergi ke klinik dan juga ke rumah tugas untuk mengambil pakaiannya. Juga untuk mengurus mobilnya. Sedangkan Nada tetap di rumah untuk beristirahat. Dia juga menyempatkan untuk membersihkan kamar yang akan dipakai oleh Dokter Rayyan nanti.
Kehidupan yang terasa aneh tapi tetap harus mereka jalani. Dokter Rayyan tidak berani mengambil keputusan untuk kembali ke ibukota dan meninggalkan Nada. Keadaan Nada dan juga semua tentang Nada membuatnya penasaran hingga membuat Dokter Rayyan memilih untuk bertahan. Setidaknya sampai masa tugasnya selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Deswita
🙏🙏
2024-12-21
0
Inasitinurhasanah
hmmm novel nya baguss meski mengandung bawang😭😭😭😭😭
2023-11-29
1
Farida Wahyuni
kalau udah selesai masa tugasnya, bawa juga nada kembali bersama2 kamu dokter, kasian kalau dia ditinggal di desa itu, orang2 di desa itu benci sama nada. ah jadi ingat zura deh, zura kan juga sangat dibenci di desanya.
2023-11-15
2