Acara perpisahan pun berjalan dengan lancar, mereka saling berpelukan untuk berpisah ke jalannya masing-masing dalam menggapai cita-cita.
Arthur dan Jonathan tidak berpelukan karena memang mereka sudah berjanji untuk tidak berpisah dan terus bersama menjadi saudara selamanya.
Setelah acara selesai, Arthur langsung pulang dengan memesan ojek online karena takut merepotkan keluarga Jonathan.
Arthur sampai di rumah pukul 14.00, dia membuka pintu rumah lalu pergi ke kamar untuk ganti baju. Setelah ganti baju, Arthur duduk di ruang TV sambil menatap amplop pemberian Julian tadi.
[Bagaimana gambar ku bos? bagus tidak?]
"Gambar apa?" tanya Arthur bingung.
[Kau itu buta atau katarak bos?! sialan! sudah mandi, ganti baju, masih saja belum sadar!]
Arthur membuka kembali bajunya, alangkah terkejutnya dia melihat dadanya sudah ada tato baru. Kemudian dia berdiri lalu berkaca di cermin kamar mandi untuk melihat punggungnya.
(Punggung)
(Dada)
(Tengkuk)
"Gabut mu keren juga Zet." ucap Arthur senang.
[Jelass!]
Arthur memakai kembali bajunya lalu kembali duduk di ruang TV. Karena rasa penasaran yang tinggi, Arthur membuka amplop pemberian Julian dengan perlahan.
Matanya melotot saat membaca isi amplop yang ternyata adalah surat panggilan tes medis sekaligus pembuatan kartu guild The Devil's Crew.
"Modelnya langsungan gini ya." gumam Arthur masih merasa tidak percaya.
[Calon orang kaya nich!]
Arthur hanya terkekeh, dia senyum senyum sendiri karena tidak perlu susah payah melakukan tes untuk masuk ke dalam guild terkuat dan terbesar di Indonesia itu.
"Setel alarm hari Kamis jam 8 Zet! aku harus tepat waktu!" ucap Arthur.
[Beres bos! masih dua hari lagi!]
Entah mengapa jari Arthur spontan mengirim kabar pada Shinta tentang dirinya yang di rekrut masuk ke dalam Guild The Devil's Crew.
'Wahh! selamat ya! itu hasil kerja keras kamu!👍' jawaban dari Shinta yang membuat Arthur kaget.
"Loh! siapa yang kirim pesan ke bu Shinta?!" seru Arthur kaget.
'Maaf Bu, spontan hehehe...' Arthur kembali mengirim pesan ke Shinta.
'Jangan panggil bu ah! kita sudah bukan guru dan murid, panggil Shinta atau kak Shinta saja.' Shinta membalas dengan cepat.
'Gak papa, santai aja, lagipula usia kita tidak berpaut jauh.' balas Shinta.
"Jadi gerogi gini anjirr!" gumam Arthur kesal.
'Semangat tes medisnya ya! semoga bisa sukses seperti anggota guild lainnya!' Shinta kembali mengirimkan pesan pada Arthur.
'Iya bu.' balas Arthur canggung.
'Malam ini free?' tanya Shinta.
'Free, kenapa?' balas Arthur.
'Bosen nih, jalan yuk, mumpung aku juga lagi free.' ajak Shinta.
"Lolololololo! gimana nih?!" gumam Arthur panik.
[Gas bos! uang mu masih lumayan banyak! besok bisa kerja lagi!]
'Gak ada kendaraan.' Arthur membalas ajakan Shinta.
'Aku jemput deh, kita nongkrong di cafe aja.' beberapa detik kemudian Shinta kembali mengirimkan pesan.
'Ya udah deh, nanti kabari aja kalau udah otw.' balas Arthur.
'Okey, sampai nanti ya.' balas Shinta.
Arthur tersenyum lebar, jantungnya berdegup kencang, dia merasakan sebuah getaran di dalam hatinya seperti dulu saat melihat Anna pertama kalinya.
"Hihihihiyyy! anjinkkk!" teriak Arthur tertawa cekikikan seperti orang gila.
Saat sedang senang senangnya, ponsel Arthur pun berdering menunjukkan nomor Jonathan.
"Halo, napa?" tanya Arthur mengangkat telepon.
"Free gak ***?" tanya Jonathan.
"Gak, mau main aku nanti." jawab Arthur.
"Besok?" tanya Jonathan.
"Free, kenapa?" jawab Arthur.
"Ke sini ***, mau ngobrol bentar." ucap Jonathan.
"Telpon sini aja ***." ucap Arthur.
"Penting bro." ucap Jonathan.
"Ya udah, jam berapa besok?" tanya Arthur.
"Jam 10 an aja." jawab Jonathan.
"Oke." ucap Arthur lalu menutup telepon.
Setelah itu Arthur pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi, Arthur pergi ke kamarnya memilih baju untuk pergi malam ini.
Saat sedang memilih baju, ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk.
'Aku otw ya.' pesan dari Shinta yang membuat Arthur kaget karena hari masih sore.
"Anjink! masih jam 4 cokk!" ucap Arthur panik.
Dia segera menentukan pilihannya untuk memakai baju apa, setelah itu dia menyemprotkan parfum ke tubuhnya supaya wangi. Selesai berpakaian, Arthur pun pergi ke ruang TV untuk menunggu Shinta datang menjemput.
30 menit kemudian terdengar klakson mobil di depan rumah Arthur. Dengan cepat Arthur mematikan TV lalu pergi keluar rumah. Sebelum menghampiri mobil Shinta, tak lupa Arthur mengunci pintu rumahnya.
"Sorry ya agak lama, jalan agak ramai hari ini." ucap Shinta saat Arthur membuka pintu mobil.
"Hehe..iya." jawab Arthur kaku.
"Ke Cafe mana kita?" tanya Shinta melajukan mobilnya.
"Ke El Monte aja, suasananya adem." jawab Arthur.
"Kamu sering ke sana?" tanya Shinta sambil memperhatikan jalan.
"Belakangan ini sering sih, sekedar menghangatkan pikiran. Sekalian cari teman baru hehehe..." jawab Arthur gerogi.
"Sama jo?" tanya Shinta.
"Dia mah susah di ajak main, kalau dianya gak ngajak gak bakalan mau." jawab Arthur.
"Kalian sedekat itu kah?" tanya Shinta.
"Bisa di bilang iya bisa juga tidak." jawab Arthur.
"Kok gitu? kalau di Academy kalian itu kelihatan dekat banget loh." tanya Shinta heran.
"Ya soalnya kita jarang keluar main bareng, jadi kurang dekat secara teman main lah. Kalau soal partner atau teman belajar itu lebih dari dekat sih. Udah satu frekuensi." jawab Arthur.
"Ooo, jadi menurut kamu definisi teman itu yang selalu enak di ajak main dan sebagainya?" tanya Shinta.
"Iya, kalau enak di ajak ke sana-sini kan otomatis chemistry, frekuensi, dan lainnya bisa kebangun kan. Kalau cuma sekedar partner itu susah, bisa gampang slek kalau bahasa ku." jawab Arthur.
"Emang iya sih kalau di pikir-pikir." ucap Shinta setuju.
"Cuma ya yang kayak begitu gak mungkin aku omongin sama dia. Bisa ribut nanti, jadi masalah panjang." ucap Arthur.
"Coba aja si, kalau Jonathan nya tipe yang gampang nerima kritikan pasti dia bakalan berubah demi hubungan persahabatan kalian." ucap Shinta memberikan saran.
"Gak tau ah, pusing ngurusin orang introvert." ucap Arthur.
Selama perjalan menuju El Monte Cafe mereka berdua terus berbincang-bincang dan bercanda tawa. Sampai akhirnya mereka sampai di El Monte Cafe, setelah memarkirkan kendaraan mereka langsung masuk ke dalam dan memesan beberapa menu untuk pendamping obrolan mereka.
Keduanya duduk di lantai dua bagian outdoor karena Arthur bilang ingin merokok. Beberapa menit setelah mereka duduk dan ngobrol, minuman dan beberapa camilan datang.
"Oh iya, itu soal guild, kapan kamu tes medis?" tanya Shinta.
"Besok lusa, sekalian buat kartu member." jawab Arthur.
"Sama Jonathan?" tanya Shinta.
"Gak tau deh kalau jo, tapi kayaknya dia juga di rekrut. Soalnya kita berdua sama sama di kasih amplop tadi." jawab Arthur memakan kentang goreng yang dia pesan.
"Kayaknya memang guild The Devil's itu mau nambah beberapa tim deh. Soalnya belakangan ini mereka berkunjung ke banyak Academy untuk cari anak anak berbakat." ucap Shinta.
"Gak tau juga sih gosip itu." ucap Arthur menyulut rokoknya.
"Dari kapan kamu merokok?" tanya Shinta mengerutkan alis.
"Dari SMP deh kayaknya, jo yang ngajarin. Emang anjink anak itu!" jawab Arthur.
"Astagaa, nakal banget kalian ya." ucap Shinta menggelengkan kepala.
"Dari maling buah, jailin orang, sampai isengin guru semua kenakalan itu idenya. Pengaruh buruk di hidupku dia itu." ucap Arthur.
"Hahaha...emang dari kecil sudah rusuh kalian itu." ucap Shinta tertawa geli.
Keduanya berbincang-bincang asik tentang Academy, guild, kenakalan masa kecil, dan masih banyak lagi. Pukul 20.00 mereka pun pulang, di tengah perjalanan Shinta mengajak Arthur untuk makan malam bersama di sebuah warung pecel lele.
Selesai makan Arthur di antar sampai depan rumah, dia mengucapkan terimakasih pada Shinta karena sudah di traktir makan malam. Setelah itu Shinta pulang ke rumah karena sudah malam juga.
Arthur memasuki rumah, dia ganti baju dan langsung tidur dengan pulas.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments