Setelah membayar makanannya mereka langsung berjalan mencari meja kosong untuk makan siang.
"Kau ada referensi tato gak? kalau gak ada aku cariin." tanya Jonathan.
"Ada, kanan kiri gak apa?" tanya Arthur.
"Santai! uangku banyak broo!" jawab Jonathan.
(Kanan)
(Kiri)
"Ini." ucap Arthur.
"Boleh boleh selera mu." ucap Jonathan menganggukkan kepala.
"Sebenarnya dah lama pingin tato, cuma kehalang dana aja." ucap Arthur.
"Aku malah baru kepikiran anjir." ucap Jonathan.
"Payah." ucap Arthur.
"Eh, kau tau gak, tatapan Anna kek beda ***." ucap Jonathan.
"Biarin aja, orang tuanya aja dah beberapa kali ngajak ketemuan tapi aku tolak. Males aku urusan sama mereka." ucap Arthur.
"Baguslah kau kalau dah sadar." ucap Jonathan.
"Sadarlah anjink! di keroyok cok!" ucap Arthur.
Mereka berdua tertawa bersamaan lalu lanjut makan sambil berbincang-bincang santai. Saat jam istirahat selesai mereka kembali ke Aula praktek untuk lanjut pelajaran Djarot.
"Pak, ini bisa buat senjata?" tanya Jonathan.
"Bisa banget! coba! buat pedang atau senjata lainnya." jawab Djarot semangat.
"Cokk!" seru Arthur memperlihatkan tubuhnya yang di selimuti zirah perang berwarna emas dan memegang sepasang pedang emas.
"Woahhhhh! gimana *** caranya?!" tanya Jonathan takjub.
"Hebattt! baru sehari sudah bisa bikin zirah perang! tingkatkan terus!" ucap Djarot.
"Coba kau bayangin Zirah perang jo! ez banget anying!" ucap Arthur yang sudah menghilangkan zirah perangnya.
Jonathan memejamkan matanya lalu merapalkan sebuah mantra, benar saja tubuhnya di selimuti zirah perang berwarna biru terang dan dua pedang merah di tangannya.
"Wuhuuuuu!" seru Jonathan sangat bahagia.
"Anjassss! keren gini cok!" ucap Arthur kagum.
"Hahahahaha!" Jonathan tertawa puas setelah menghilangkan zirah nya.
"Tingkatkan lagi, kalau kalian paham tekniknya, pembuatan barang-barang tadi tidak akan menguras mana kalian." ucap Djarot.
"Siap pak!" jawab Arthur dan Jonathan.
"Oke! karena jam sudah menunjukkan pukul 14.30 ayo kita ke kelas! beres-beres lalu pulang ke rumah masing-masing!" ucap Djarot.
Siswa-siswi yang sedang fokus melatih energi Mana nya langsung bangkit dari duduknya dan pergi menuju kelas. Selesai beres-beres dan doa bersama, mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
Berbeda dengan Arthur dan Jonathan, mereka malah pergi ke tukang tato untuk mentato tubuhnya sesuai keinginan.
Saat sedang menahan sakit di tubuhnya karena jarum tato, tiba tiba terdengar suara sapaan di telinga Arthur.
[Selamat siang tuan! maaf saya terlambat! harusnya sejak anda usia 3 tahun saya sudah menemani!]
"Ha?" tanya Arthur pada mas mas tukang tato.
"Kenapa mas?" tanya tukang tato.
"Loh, mas gak ngomong ta?" tanya Arthur balik.
"Loh! masnya halu!" jawab tukang tato.
"Lanjut mas, wahh! ngantuk saya." ucap Arthur.
Mereka berdua selesai tato pukul 22.00 dari jam setengah 3. Mereka segera memakai bajunya lalu pulang ke rumah masing-masing.
Karena belum boleh terkena air, jadi Arthur langsung makan lalu tidur. Malam itu Arthur kembali mimpi buruk, dia bermimpi ada di luar sebuah penjara raksasa yang didalamnya terdapat sepasang mata raksasa yang bersinar terang.
Arthur juga mendengar geraman mengerikan dari dalam sana, geraman yang membuat tubuhnya lemas. Belum lagi aura dari dalam penjara itu sangat amat mengerikan.
Groahhhhhhhh.....
Auman yang terdengar sangat keras itu langsung membangunkan Arthur dari tidurnya. Arthur terbangun dengan baju basah kuyup karena keringatnya.
"Sial! mimpi itu lagi! arghhhh! sejak kematian ibu dan ayah mimpi itu terus datang setiap malam!" gumam Arthur mengusap wajahnya di depan wastafel kamar mandi.
[Tuan]
"Aaaaa! jam berapa ini?!" teriak Arthur dengan tubuh bergetar ketakutan.
[Tuan! aku ini sistem! bodoh!]
"Ha? kau? sistem? bukannya AI tidak memiliki jiwa ya? bukannya AI tidak bisa berkomunikasi dengan manusia?" tanya Arthur kebingungan, bukan ketakutan yang ada di otaknya.
[Aku ini sepesial! aku sebenarnya sudah di tugaskan untuk mendampingimu sejak kau usia 3 tahun, tapi aku harus menjalani tugas penting dulu]
"Bisa begitu ya." ucap Arthur aneh.
[Status
Nama: Arthur Dillingham
Usia: 18 tahun
Title: Pemilik Sistem
Job: Fighter, Assassin, Guardian, Alchemist
Kultivasi: -
Level Hunter: 66 (B)
STR: 200
AGI: 46
DEF: 12
VIT: 90
Poin Pengalaman: 0
Elemen: Api, Air, Angin, Tanah, Petir
Teknik:-
Skill:
-Sword of justice
-Devil's Steps
Beast Spirit:-
Titan:-
Mode:-
Roh Spiritual:-
Total persentase kekuatan: 100%
Kekayaan: Rp 1000
Inventori:
-Kitab Teknik Berpedang
\=>Shop
\=>Gacha]
"Payah sekali!" ucap Arthur spontan.
[Itu statistik milikmu]
"Wahhh! keren! ternyata aku sekuat itu ya!" ucap Arthur.
[Oh ya, namaku Zet, aku akan memanggilmu Bos mulai sekarang]
"Hahhhh! aku harus bagaimana?" tanya Arthur.
[Latihan, tidak ada yang bisa kau lakukan selain latihan bos. Tenang saja, aku akan membantumu menggapai cita-cita mu yang menembus langit itu]
"Memangnya harus menjatuhkan seperti itu dulu ya?" tanya Arthur kesal.
[Lolololo! itu kenyataan bos! tuan Ashura itu mustahil di samai, jadi sebaiknya turunkan beberapa kilometer cita citamu]
"Terserah!" ucap Arthur kesal.
[Daripada kau lanjut tidur, lebih baik kau baca kitab warisan orang tuamu. Hari masih pagi, ini masih jam 3 pagi]
"Baiklah." jawab Arthur nurut.
Arthur mencuci mukanya lalu pergi ke ruang TV untuk membaca kitab warisan orang tuanya. Arthur membaca kitabnya sambil beberapa kali mempraktikkan sesuai yang ada di dalam buku.
Sampai akhirnya matahari mulai menunjukkan wujudnya, dengan segera Arthur pergi ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya. Setelah selesai dia langsung memakai seragam Academy dan berangkat menuju academy dengan berjalan kaki seperti biasanya.
Sesampainya di Academy, Arthur langsung berjalan ke kantin untuk sarapan.
[Oh iya bos, kalau mau bicara denganku, kau bisa memakai batin mu, tidak perlu dengan mulut]
'Oke.' jawab Arthur.
[Nice!]
Tak lama, Jonathan pun datang menenteng kotak bekalnya lalu duduk di hadapan Arthur.
"Keren bat anjir! cocok *** sama perawakanmu!" ucap Jonathan memuji Arthur.
"Tau sendiri lah ya." ucap Arthur bangga.
"Tailah! nyesel aku muji!" ucap Jonathan kesal.
"Gimana? dah beli skill?" tanya Arthur.
"Udah, tinggal latihan aja." jawab Jonathan.
"Baguslah." ucap Arthur senang.
Selesai sarapan, mereka berdua segera pergi ke kelas karena jam pelajaran sudah mepet. Hari hari Arthur berjalan dengan lempeng, pagi sampai siang sekolah, sorenya sedikit latihan, lalu malamnya dia akan bekerja di cafe.
Sampai 5 bulan telah berlalu, sikap Arthur yang dulunya ceria dan suka bercanda ke semua orang kini berubah menjadi pendiam, dingin, dan cuek. Ekonominya juga mulai meningkatkan berkat menyelesaikan berbagai misi dari Sistem.
Anna yang biasanya selalu risih oleh kelakuan Arthur pun mulai merindukan kelakuan random dan usil dari pria bodoh itu. Dia yang biasanya marah marah karena terus diikuti oleh Arthur mulai kesepian.
Walaupun ada Dion yang selalu ada untuknya, tetap saja hubungan mereka tidak akan pernah di restui oleh ayah Anna. Anna merasa kalau hidupnya terasa hambar walaupun di kelilingi harta melimpah dan teman-teman yang selalu ada saat dia kesepian.
Berbeda dengan Arthur yang terlihat serba kekurangan malah lebih bahagia bersama sahabatnya yang jika bersatu terlihat sangat sangat konyol.
Apalagi Anna masih dihantui rasa bersalah karena pesta ulang tahunnya tiga bulan lalu. Dia sampai sekarang belum meminta maaf pada Arthur karena setiap Arthur di ajak ketemuan selalu menolak mentah-mentah.
(Telat makan aja sakit, apalagi telat menghargai wkwkwkwk)
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments