14 idiot

Setelah hilangnya mobil Ken dari pandangannya, perhatian Laras teralihkan oleh berbagai jenis bunga yang bermekaran di sekeliling lapangan yang berbentuk bundar depan rumah mewah ini.

Lalu Laras pergi ke salah satu sudut lapangan itu untuk memperhatikan kecantikan setiap pesona bunga dihadapannya.

"apa ada kursi di sekitaran sini?"Tanya Laras kepada duo pelayan.

"mohon nyonya muda untuk menunggu, saya akan segera mengambilkannya." ujar Yulia yang segera pergi ke belakang.

"sekalian ambil gunting ya, aku mau gunting bunga mawar yang berwarna hitam dan putih ini, unik sekali rasanya."ujar Laras.

"baik nyonya muda."ujar Yulia.

Selang beberapa saat, Tibalah Yulia dengan kursi dan gunting yang dipesan Laras, bersama Ibunya Laras dan dua pembantu pria yang membawa nampan berisi sarapan pagi.

...

Di Kantor perusahaan.

Arta masuk ke ruangan Ken, hanya untuk memastikan sesuatu.

Arta duduk di meja kerjanya Ken yang sedang sibuk dengan laptop dan Hpnya.

Kemudian Arta menghela nafas panjang, melihat poto wanita yang selalu dipajang di mejanya Ken sudah tidak ada.

Seperti Dugaan Arta sebelumnya,Ken tidak akan menyukai atau menyimpan, bahkan memiliki sesuatu barang bekas orang lain.

Rasa bersalah dalam diri Arta selalu membelenggu pikirannya.

Yang lebih Arta sesalkan adalah sikap Ken yang sama sekali tidak mempermasalahkan sedikitpun tentang kejadian itu.

mungkin Arta akan sedikit merasa senang jika Ken membalaskan dendam kepadanya, atau meluapkan emosi dengan memukulnya hingga babak belur, atau mengadu kepada kedua orangtuanya Arta kemudian minta kompensasi dan sebagainya.

tapi nyatanya Arta hanya bisa kecewa karena Ken tidak melakukan semua itu.

Arta hendak pergi keluar, dia berharap Ken menganggapnya tidak ada, dengan begitu, mungkin Arta akan merasa sedikit lega karena dihukum oleh Ken dengan tidak mempedulikan bos brengseknya itu.

Namun Arta harus kembali kecewa karena 2 langkah lagi sebelum sampai di pintu, Ken bertanya kepada bosnya itu.

"Ada yang bisa saya bantu Tuan muda?"tanya Ken dengan nada seperti biasanya.

"brengsek!"batin Arta.

kemudian Arta pun berbalik.

"ya, bisakah kau memukulku Ken?"ujar Arta.

"Tidak bisa."Jawab Ken santai.

"Aku tidak bertanya padamu bisa atau tidak, aku menyuruhmu untuk memukulku, ini perintah!" seru Arta merasa memiliki sedikit kesempatan.

Lalu Ken menghentikan ketikan jari di keyboardnya dan beralih memandang bosnya.

"ayo pukul aku! cepat pukul!."batin Arta.

setelah beberapa lama Ken menatap bosnya, dia lalu mengucapkan satu kata.

"idiot! " ledek Ken kepada tuannya itu, lalu kembali sibuk dengan kerjaannya.

mata Arta seketika memelototi sekertarisnya itu karena kaget.

"kau bilang apa? beraninya kau mengatakan itu kepada bosmu, gila kau, sebagai hukuman, kau traktir aku siang ini, mengerti?" cerca Arta merasa sedikit beban dalam hatinya sedikit berkurang.

"baik, tuan muda."

...

Jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam, Laras sedang duduk di depan TV ditemani oleh kedua pelayannya, sedangkan ibunya sudah kembali ke kamarnya untuk tidur duluan.

Dengan kepala terkantuk-kantuk sesekali Laras menutup mulutnya yang sedang menguap.

Hingga akhirnya kesadaran Laras hilang sepenuhnya dan terlelap sambil duduk membungkuk.

Diatas karpet berbulu tebal itu, Yulia membenarkan posisi majikannya hingga berbaring terlentang dan memberikannya bantal.

Sedangkan dari tadi Angelina iseng merekam majikannya itu dan mengirim video tersebut kepada Ken.

Membuat Ken yang berada jauh di sebrang sana, yang sedang mengetik pesan untuk pengurus Pabrik hp kepercayaannya tiba-tiba terhenti karena melihat pesan masuk tentang istrinya.

kemudian tanpa sadar Ken tersenyum hangat dihadapan Arta, membuat bosnya terkaget-kaget dan penasaran.

...

di dalam kamar Ken .

Ken yang meletakkan Laras di atas ranjang mengelus pipinya Laras.

"kau sudah berusaha keras." ujar Ken kemudian mencium kening Laras sebelum pergi mandi dan kemudian tidur bersama istrinya.

...

esok paginya.

"menyebalkan! aku ketiduran lagi! sial."Gerutu Laras memukulkan bantal ke arah Ken yang baru saja membangunkannya dengan keadaan pakaian yang sudah rapi, bersiap untuk berangkat kerja.

"tidak apa-apa, jangan terlalu memaksakan diri." ujar Ken santai.

"Aku tidak bisa terima, pokoknya nanti aku akan minum lebih banyak kopi biar bisa begadang."ujar Laras yang kini berada di gendongan Ken, untuk mengantar kepergian suaminya berangkat kerja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!