Bab 5

"Saya masih belum terbiasa pak pakai celana di luar rumah" kata Nara yang tau kalau sebenarnya memang salah

"Ini sekolah negeri bukan pondok pesantren, jadi kamu tau kan kalau sekolah negeri ada pelajaran Olahraga. Kalau olahraga harus memakai seragam olahraga yang lengkap dengan celana training, jadi kamu harus ikuti aturan sekolah"

"Sekali lagi saya minta maaf, Pak" kata Nara kembali menunduk

"Kamu keluar barisan, tidak usah ikut mata pelajaran saya. Terserah kamu mau ngapain, kamu tidak menghargai mata pelajaran saya" ujar Pak Galang

Dengan berat hati Nara keluar dari mata pelajaran Olahraga, benar kata Erika tadi tak ada toleransi apa-apa dari Pak Galang, semuanya menatap ke arah Nara saat Nara menepi dari lapangan olahraga.

Nara hanya memperhatikan semua teman satu kelasnya yang mulai melakukan pemanasan, sesekali Erika menoleh ke arah Nara terlihat wajah Erika sedih karena Nara tak boleh ikut pelajaran Olahraga.

"Nara, besok-besok pakai mukena aja olahraganya" kata Putri sembari tertawa mengejek

"Hahahaha, huuuuuu......"

Semua ikut menertawakan Nara bahkan juga bersorak mengejek Nara, Nara hanya diam sembari mengepalkan tangan dan dalam hati Nara menggerutu kesal dengan kelakuan semua teman satu kelasnya itu.

Nara masih berdiri di lapangan olahraga sembari memperhatikan teman-teman satu kelasnya yang tengah melakukan pengambilan nilai hari ini, bermain bola voli yang di bagi menjadi dua tim.

"Nara, jangan berdiri di sana nanti kamu kena bola" kata Pak Galang dengan ketus

Nara berpindah menjauh dari lapangan bola, Nara sedih karena tidak dapat nilai olahraga hari ini. Nara memilih duduk sedikit jauh dari lapangan, cukup lama permainan bola voli berlangsung.

Pak Galang menyuruh semuanya berkumpul kembali, Nara segera berlari kecil ikut ke dalam barisan namun ternyata Pak Galang masih tidak mengizinkan Nara untuk masuk ke dalam barisan sampai pelajaran Olahraga selesai.

"Sabar ya, Nara" kata Erika yang menghampiri Nara saat pelajaran Olahraga selesai

"Gak apa-apa kok, Er. Aku memang salah, nilaiku jadi nol"

"Kita ke kantor yuk sebelum pulang, minta maaf terus minta tugas dengan Pak Galang untuk nilai kamu yang gak dapat hari ini" saran Erika tersenyum

"Baiklah, terima kasih ya Er"

Keduanya segera berjalan menuju kantor ingin menemui Pak Galang, Nara berharap Pak Galang tidak marah lagi dengannya agar Nara bisa mendapatkan nilai, Nara dan Erika berdiri di hadapan Pak Galang.

Nara dan Erika begitu gugup berhadapan dengan Pak Galang, apalagi Pak Galang tengah mengobrol dengan guru lain membuat Nara tak mau untuk memotong obrolan beliau karena itu termasuk kurang beradab.

Erika terus menyenggol lengan Nara pertanda meminta Nara untuk ngomong namun Nara hanya menjawab dengan gelengan, Nara memilih menunggu Pak Galang selesai ngobrol meskipun lama.

"Mau apa?" tanya Pak Galang akhirnya bertanya pada Nara dan Erika

"Saya minta maaf, Pak. Jika Bapak berkenan saya ingin minta tugas untuk bisa mendapatkan nilai di mata pelajaran pertama Bapak" kata Nara ragu-ragu

"Baiklah, minggu depan bawa tanaman untuk sekolah" kata Pak Galang sembari merapikan buku di atas mejanya

"Bebas Pak?" tanya Erika

"Iya bebas, kalau bagus dapat nilai yang sama dengan yang lain"

"Terima kasih, Pak" ucap Nara begitu senang

"Nara, ukuran seragam olahraga yang kamu dapat ukuran berapa?"

"XL Pak"

"Ini ada seragam sekolah ukuran XXL buat kamu, yang kamu pakai sekarang di cuci bersih dan di kembalikan. Paling pinggang celananya kamu kecilkan saja, jadi minggu depan bisa kamu pakai dan saya tidak mau terima dengan alasan lain lagi. Saya paham kamu ingin menjaga aurat kamu, itu sifat yang bagus tapi jangan bikin aturan sendiri tapi kita cari solusi sama-sama"

"Baik Pak, terima kasih kalau begitu kita pamit pulang" ucap Nara dengan tulus

Nara dan Erika segera keluar dari kantor, keduanya langsung berjalan ke arah gerbang sekolah tampak koridor sekolah sudah mulai lengang karena sebagian murid sudah pada pulang ke rumah masing-masing.

Erika lebih dulu pulang dari Nara karena ayahnya sudah ada, sedangkan Nara yang baru saja hendak berjalan sedikit jauh dari sekolahnya tertahan saat kedua lengannya di pegang seseorang.

"Kakak, kalian mau ngapain?" tanya Nara yang di seret oleh teman-teman Selina

"Ikut kita, sekarang"

Nara juga tak bisa memberontak karena kedua tangannya di pegang begitu erat oleh Sofia dan Salwa, Nara di bawa ke belakang sekolah yang ternyata disana sudah ada Selina yang menunggu.

"Happy Birthday, Selina. Ini kita bawa hadiah buat loe"

"Thank you, kalian memang besty gue. Hadiahnya sangat berkesan buat gue" ucap Selina sembari tersenyum licik menatap ke arah Nara

"Loe suka, Selin?"

"Gue suka banget, mana tepung dengan telur yang sudah kalian siapkan tadi. Gue pengen lempar hadiah gue" kata Selina tak sabar

Salwa segera memberikan satu bungkus tepung dan beberapa telur pada Selina, tanpa menunggu Selina langsung melemparkan tepung dan telur pada Nara, Nara yang tak siap dengan kejutan ini tentu kaget.

Di balik wajahnya penuh dengan tepung dan telur, dendam begitu membara di dalam hatinya bahkan Nara mengepalkan tangannya saking geram dengan perlakuan Selina yang terus-menerus mem-bully-nya.

Posisi sekolah sudah sepi, tentu tak ada satu pun orang yang bisa menolongnya saat ini. Selina juga mengabdikan momen ini di HP-nya, Selina begitu menyukai penampilan Nara yang penuh dengan tepung dan telur.

"Kalian semua puas sekarang, bisa gak sih gak usah gangguin aku" teriak Nara sembari menatap tajam Selina dan geng-nya

"Berani loe sama gue, ini hari ulang tahun gue. Sebagai hadiahnya, gue akan potret loe sepuasnya tapi tanpa seragam" bisik Selina dengan senyum liciknya

Nara yang begitu menjaga auratnya tak mau sampai yang bukan mahramnya melihat tubuhnya, Sofia dan Salwa kembali memegang lengan Nara namun Nara langsung mendorong kedua teman Selina.

Nara berhasil melepaskan diri, Nara berlari secepat mungkin keluar dari sekolah dan menuju jalan raya. Tujuan sekarang agar secepatnya sampai di warkop tempat Mang Udin yang selalu menunggu disana.

Nara yakin saat ini Mang Udin tengah gelisah menunggunya yang tak kunjung keluar dari sekolah hampir satu jam, tiba di warkop Nara langsung masuk ke dalam mobil dan memerintah Mang Udin untuk segera pergi.

"Non, kenapa? Kok bisa kotor begitu?" tanya Mang Udin saat mobil telah melaju meninggalkan sekolah

"Ada murid yang mengerjai saya, Mang. Tolong Mamang jangan kasih tau Abi dan Umi, ya. Saya bisa mengatasi mereka"

Terpopuler

Comments

Reni Ajja Dech

Reni Ajja Dech

kaya nih si othor lupa kali ye.Yang tadi sekolah punya kake si Nara sekara Uda Negri.Suka suka mulah thorr

2024-10-25

0

Karunia Ajjadeh

Karunia Ajjadeh

di awal bilang sekolah milik kakeknya nara....kok di bab ini tiba2 jd sekolah negeri ?

2024-10-06

0

Tamirah

Tamirah

Emang dibuat sedemikian rupa ceritanya sama author tdk ada perlawanan biar yg baca semakin penasaran toh nnt diakhir cerita happy ending

2024-09-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!