Hari ini sengaja pulang ke Indonesia mengambil cuti kuliah 3 bulan ya alasannya pertama ingin menghadiri pernikahan pak Irul , yang ke dua ingin merayakan syukuran ulang tahun pak Irul, merayakan kelulusan Tsania, mengajak umroh pak Irul dan istrinya,Tsania dan Ibunya dan terakhir melamarnya saat berada di tanah suci Mekah dan tepatnya saat berkunjung ke Jabal Rahmah bukit dimana tempat bertemunya Adam dan Hawa dan di situlah di depan ibunya dan pak Irul aku ingin melamarnya betapa bahagianya nanti.
Jadwal penerbangan yang memakan waktu sangat lama yaitu 13 jam dan membuatku harus menjaga stamina karena kelamaan di pesawat bisa membuatku bosan.Dan akhirnya perjalanan yang begitu panjang telah usai kini aku sudah tiba di jakarta dan disana sudah ada ayah bunda yang menjemputku.
"Assalamualaikum ayah bunda... " ku ucapkan salam kepada mereka meski kita beda keyakinan tapi ayah bunda selalu menghargai dan selalu menjawab salamku ya meski di hati mereka sangat kecewa dan sangat tidak setuju dengan keputusanku tapi tetap saja akhirnya luluh.
"Waalaikumussalam" sahut mereka.
"Udah lama yah bun?" ku kecup satu persatu tangan mereka dan tak lupa ku peluk sebentar melepas rindu.
"Nggak kok baru aja " jawab Bunda
"Laper nggak? " tanya Ayah
"Iya yah"
"Makan di tempat cepat saji aja ya? "
"Ok meluncur " sahutku.
Ya karena makanan yang di pesawat tadi menurutku kurang enak jadinya aku makan sedikit dan membuat perutku keroncongan. Ya meski ini sudah jam 9 malam tak apalah karena besok jam 6 sudah harus berangkat lagi ke Semarang menghadiri pernikahan Pak Irul dan istrinya.Setelah makan malam selesai ayah segera melajukan mobilnya untuk segera pulang karena badan ini rasanya seperti orang di pukuli dan ingin rasanya segera pulang mandi air hangat dan tidur di atas kasur yang empuk.
"Duh enak nya..... " ucapku
"Hah??? " sahut ayah bunda memandangku dari kursi depan bebarengan.
"Apanya yang enak? "
"Mandi pakai air hangat terus tidur yah bun"
"Hahahaha..... Kamu itu gak berubah yah Tian lucu" ucap bunda dengan panggilan kesayangannya.
Perjalanan yang memakan waktu sekitar 45 menit dari bandara yang memakan waktu cukup lama dan membuatku tertidur dengan memandang foto Tsania kesayangnku.Berharap besok aku bisa sukses memberikan kejutan padanya sebelum aku mendatangi acara akad pak Irul aku ingin kerumahnya menjemputnya dan dateng bareng ke ijab pak Irul.
"Tian...? Tian sayang, bangun nak" belai bunda membangunkanku.
" Iyah bun kenapa?" jawabku dengan menggeliatkan badanku, ku toleh bunda sudah duduk di sampingku.
"Sudah sampek ayo turun"
"Bunda....??? " jawabku yang malah tidur di pundak bunda dan memeluknya dengan manja.Dan bunda mengelus kepalaku dengan lembut dan menciumnya.
"Wanita yang seperti apa sih yang bisa meluluhkan hati anak bunda yang super manja ini" goda bunda.
"Ih bunda apaan sih Tian tu lelaki gentle bukan lelaki manja" jawabku yang segera keluar mobil meninggalkan bunda di dalam.
"Hahahaha.... " bunda malahan tergelak dengan bahagia.Karena itu lah yang sering di lakukan bunda jikalau aku susah bangun ya karena aku paling anti di sebut manja.
Aku membawa koperku masuk ke dalam dan langsung naik ke lantai atas menuju kamarku.Ya,kepinginnya sih mandi langsung tidur. Tapi melihat arah jendela yang belum di tutup tirainya membuatku penasaran akan pemandangan lampu kota di malam hari.Ku melangkahkan kaki menuju balkon dan melihat kelap kelip lampu jalanan yang tak pernah sepi.Indah memang dan sangat nyaman sekali hidup di negeri sendiri ya meski kadang negeri orang lebih menggiyurkan untuk di tinggali.
Sudah lama sekali aku tak kerumah ini rumah ayah dan bunda yang asli kalau di kampung ma rumah eyang.Sengaja aku tak pernah mau di ajak kesini karena rumah ini membuatku rindu akan sosok gadis cilik yang menggemaskan yang selalu menemaniku di sepanjang malam yaitu Erika adik perempuanku satu-satunya.Melihat halaman rumah yang sangat luas dan bangunan rumah yang sebesar ini kadang membuatku merasa sedih dan sepi disini hanya ada ayah dan bunda sedangkan aku sejak lulus SD gak mau lagi tinggal di kota maunya tinggal di kampung tempat eyang meski eyang sudah meninggal semua tapi kampung membuatku nyaman untuk di tinggali.Aku tau hati ayah bunda yang kesepian selama ini, sejak Erika adik kesayanganku meninggal karena kecelakaan pas pulang sekolah bersamaku waktu SD dulu dan saat itu aku dan Erika pulang sendiri tanpa di jemput karena aku ngotot kepengen jalan kaki pulangnya ya karena deket 5 menit sampek tapi pas nyebrang jalan aku dan Erika tertabrak bus kota yang ugal-ugalan.Dan Erika kritis akhirnya meninggal dunia sedangkan aku koma sebulan dan itu salah satu alasan yang membuatku trauma tinggal di kota besar ini.
"Tian? " sapa bunda yang tiba-tiba sudah di sampingku.
" Udah malam lho kenapa belum tidur? "
"Iya bun bentar lagi"
"Ada apa? bunda mau kok jadi pendengar setia udah lama ya sejak masuk SMA sampai sekarang kamu gak pernah curhat sama bunda lagi,bunda kangen tau... " ucap bunda yang menatap lampu jalanan dengan tatapan kosong dan di sertai air mata yang menetes.
"Bunda? " sahutku sembari memelukknya.
"Bunda kangen kamu Tian, kangen Erika juga.Selama ini ayah bunda sudah berusaha menghibur diri dan berharap segera di beri momongan lagi sama Tuhan tapi kenyataannya udah 7 tahun ayah bunda menanti tapi,masih nihil.Bunda kesepian sayang apalagi sekarang kamu pergi jauh " Rengek bunda yang selalu manja padaku jikalau rindu Erika.
"Maafin Tian ya bun, Tian belum bisa jadi anak yang baik belum bisa membahagiakan ayah bunda, maaf bun" Ku peluk dengan erat bunda yang sudah terisak tangis.
Ku ajak bunda masuk kedalam kamar lagi dan duduk di atas kasur. Ku pandangi wajahnya yang masih muda dan cantik.Wanita yang berumur 40 tahun ini yang sudah melahirkanku 19 tahun yang lalu tampak lesu dan sedih. Kulitnya yang putih bersih mata sipit karena bunda masih ada keturunan chines hingga dulu aku bercita-cita ingin memiliki istri secantik bunda tapi sebentar lagi kesampaian kok Tsania kan juga gak kalah cantik, putih dan agak sipit meski sedikit.
"Bun? "
"Iya? "
"Boleh gak Tian nikah muda? "
"Hah? "
"Tanya aja kok bun kalau bunda gak setuju gak pa-pa Tian juga gak maksa kok" jelasku dengan penuh berdebar.Karena aku takut bunda marah mengingat umurku masih 19 tahun sebulan lagi.
"Hahahhah..... serius apa bercanda ini? " tanya bunda dengan gelak tawa.
"Serius bun, tapi gak pa-pa kok bun Tian nanya aja siapa tau boleh " jawabku dengan nada yang penuh rasa takut.
"Tau nggak ayahmu nikah umur berapa? "
"25 mungkin"
"20 sayang"
"Hah? yang bener bun? pantesan masih gagah tampan makanya kalau di sekolah pas ambil raport sering di bilang abangku.Lho emang bunda sama ayah seumuran? "
"Iya, temen sekelas sayang"
"Owh, gitu ya? "
"Ehem... . " tiba-tiba ayah sudah di depan pintu dengan muka masamnya.Aku dan bunda menoleh bebarengan.
"Besok lagi sekarang bunda kembaliin ke ayah dulu" goda ayah padaku
"Iya ayahku sayang.. . ? " ku peluk bunda dan kutuntun ku serahkan ke ayah.Dan ayah langsung memeluknya dengan manja.
"Tidur ya sayang udah malem besok pagi udah harus berangkat lagi" ucap bunda dengan mengusap rambutku meski sekarang bunda sudah di pelukan ayah.
" Udah ah ayo" sahut ayah menyela percakapanku dengan bunda.
"Ayah... !? " rengekku saat bunda sudah di bawa pergi dari kamarku.
Melihat mereka masih mesra sama seperti dulu membuatku terasa tenang dan nyaman.
"Sudah ah besok bangun pagi".
Tak lupa mandi air hangat, sholat Isyak bubug manis dan semoga aja Allah mempertemukanku dengan Tsania di dalam mimpi. Aamiin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments