Tepat pukul 4 sore setelah asar aku,pak Zan dan beserta keluarga datang ke hotel santika pusat kota untuk mengadakan resepsi nanti malam pukul 7.Tamu yang hadir kebanyakan dari keluarga dan teman-teman kerja bapak mertua dan ibu mertua.Karena bapak mertua seorang dokter specialis mata dan ibu seorang bidan dan sungguh kehormatan sekali untuk keluarga ku bisa masuk di hotel bintang 5 yang mewah ini.Karena di lihat memang keluarga pak Zan keluarga yang berada tapi alhamdulillah semua nya tak memandang sebelah mata.
Di kamar hotel ini aku dan pak Zan hanya berdua menunggu untuk di rias persiapan nanti jam 7.Sementara itu keluarga lainnya berada di kamar hotel masing-masing yang sudah di siapkan.
"Tsania sayang? " ucap pak Zan lembut mengagetkanku yang sedari tadi melamun.
"Eh iya pak ada apa? "
"Ngalamun ya??? "
"Heheheh.... "
"Kakak mau ketemu keluarga kakak bentar ya? ada keluarga dari Kalimantan baru dateng mau ikut gak? "
"Nggak usah ya pak?nanti Fulan mau kesini soalnya"
"Iya gak apa-apa" jawab nya singkat dengan senyum tipisnya.
"Oh iya Tan? Kakak mohon meski agak sulit tolong di biasakan manggil kakak ya? soalnya kakak takut keluarga dari Kalimantan nanti pada berpikiran yang aneh-aneh"
"Iya " jawabku dengan agak sedikit takut.
"Ya udah ya kakak keluar dulu"
"Iya pak eh kak"
Setelah pak Zan keluar kamar hatiku sedikit lega karena mengingat kejadian tadi siang rasanya sulit sekali untuk bernafas.Karena pak Zan telah mengambil kesucian bibir ini ya, memang itu sudah haknya sih tapi aku rasa hatiku masih mengganjal mungkin Allah bisa saja marah padaku.Dalam bayanganku tadi hanyalah Arnold yang sedang memelukku dan menciumku.Sampai aku malu dengan sendirinya saat aku kehabisan nafas karena tersadar dari lamunan bahwa yang sedang di depanku bukanlah Arnold melainkan Pak Zan.
Ting tong.... Ting tong...
Bel berbunyi aku segera membuka pintu dan ternyata dugaanku benar Fulan Sari teman terbaik ku yang mengetahui segala rahasiaku.
"Fulan....!!! "
"Eh... Hust... " Fulan menutup mulutku dan agak mendorongku ke dalam kamar dan segera menutup pintu.
"Kamu ngapain sih teriak-teriak kalau ada yang keluar gimana? "
Aku hanya bisa memeluknya disaat dia terus mengoceh memakiku.
"Maaf..... aku khilaf.... aku takut Lan" bisikku dalam pelukannya
"Pak Zs2an mana? "
"Lagi keluar ada keluarga dari Kalimantan yang dateng "
"Terus kenapa? "
"Nanti malam gimana? "
"Udah tenang aja kan kamu nanti di make up jadi Arnold gak bakalan ngenalin kamu. Nanti pura-pura aja gak kenal kan? udah 3qqsimple"
"Tapi mana mungkin bisa gitu aja"
"Udah gak.... "
Kriettt...
Suara pintu terbuka membuat aku dan Fulan menghentikan perdebatan.
"Eh Fulan udah dateng.Yuk sekalian sholat mahgrib bareng,nanti sekalian kamu di make up di sini aja ya Lan? "
"Ok siap pak"
"Ya udah bapak wudlu dulu ya? "
Aku hanya membalas senyuman yang penuh ragu ini.
"Udah di buat enjoy aja,Ini kan hari kebahagiaanmu.Anggap aja pak Zan adalah Arnold.Kamu boleh membayangkan wajahnya Arnold ok? " bisik Fulan di telingaku
"Eh mana boleh begitu"
"Hust udah ngikut aja" sahut Fulan sembari meletakkan ujung jarinya di bibirku.
"Yuk sholat dulu"
"Ok " jawabku dan Fulan kompak. Aku dan Fulan masuk kamar mandi bebarengan seperti anak kembar yang kemanapun harus bareng ya maklum aja aku dan Fulan udah lama banget bersahabat jadi apapun yang terjadi aku harus bersamanya.
Setelah usai sholat mahgrib seorang perias professional wanita muda dan seorang lelaki yang agak kewanitaan datang dan segera meriasku,pak Zan dan Fulan.Tepat jam 7 sudah selesai di rias aku memakai gaun biru muda dan jilbab yang begitu indah dan mewah dan pak Zan memakai kemeja putih dasi biru dongker dan jas biru dongker terlihat gagah nan tampan.
Kurang apa sih pak Zan? gagah,tampan idola semua wanita cerdas sholeh romantis.Sudah Tsania ini saatnya kamu melepaskan Arnold kamu berhak bahagia kamu berhak mendapat kan cinta sejati. Semangat Tsania. Bisik hatiku.
Kini aku dan pak Zan berjalan dari pintu depan hotel menuju ballroom.Di mana resepsi di gelar begitu mewah yang sebelumnya belum pernah aku impikan bahkan memikirkannya saja aku tak berani.Aku bagaikan bidadari yang begitu cantik dan anggun ya bener-bener percaya diri sekali aku karena itu harus.Ya bukan karena sombong tapi percaya diri untuk bangga tak masalah kan?. Semua mata tertuju padaku tamu undangan yang begitu berwibawa dan tampak berpenampilan elegan tak kalah anggun dan gagah tertuju padaku. Ya kadang ada perasaan minder menyelimuti tapi tatapan bola mata pak Zan yang penuh cinta membuatku kembali percaya diri.
Sebelum pesta di mulai aku dan pak Zan melakukan sungkeman.Di pandu oleh host yang handal memimpin acara karena tadi pagi acara sungkeman gagal di lakukan.Di karenakan aku yang pingsan.Kini di lakukan malam ini yang pertama,sungkeman tertuju pada orang tuaku yang berada di sampingku sudah duduk ibuk dan paman. Aku dan pak Zan bersimpuh di depan orang tuaku pertama pak Zan bersimpuh di hadapan ibuk dan kudengar dengan lirih ibuk berpesan pada pak Zan.
"Nak Irul, Ibuk titip Tsania ya??? jaga diri baik-baik jangan sakiti dia ya? "
"Iya buk insyaAllah"
Dan kini gantian aku bersimpuh dengan ibuk. Ku peluk dengan erat dan penuh banjir air mata.
"Ibuk? terima kasih ya, sudah menjaga Tsania dengan baik doain Tsania bisa menjadi istri yang taat dan sholehah"
"Iya nak, jaga diri baik-baik ya? maafin ibuk yang belum bisa memberikan terbaik untukmu.Maafin ibuk ya?? belum bisa membahagiakanmu semoga setelah ini kamu akan selalu bahagia"
"Aamiin....Justru Tsania yang harus minta maaf buk"
"Sudah jangan bersedih lagi ini hari bahagiamu" ibuk melepas pelukanku dan mengusap air mata ini.
Ya meski paman tanpa memberi sepatah katapun aku tau apa yang di rasakan paman. Aku tau di balik sosoknya yang tegas itu dia selalu menangis di kala sendiri karena dia betul-betul pengganti ayahku yang begitu menyayangiku dan adik-adikku dengan tulus.Dan sekarang berganti dengan sungkeman ke orang tua pak Zan dan saat aku di hadapan papa beliaupun tanpa mengucap kata hanya mengelus kepalaku dengan lembut dan mamah pun tanpa memberi kata sepatahpun pada pak Zan. Beliau hanya memeluk pak Zan dan menangis sesunggukan.Dan kini gantian aku yang bersungkem ke mamah.
"Nak Tsania? terima kasih ya sudah mau menerima mas Irul ibuk harap kamu bisa membalas cinta nya dengan tulus"
"Iya buk insyaAllah"
di peluknya aku dan di kecup kening dan pipi kanan kiri.
Setelah acara sungkeman selesai acara pesta pun di mulai dengan meriah.Meski agak sedikit membosankan karena kebanyakan tamu hanyalah bapak-bapak dan ibuk-ibuk. Teman-teman kerja mertua dan bahkan pak Zan beserta adiknya pun tak mengundang satupun temannya untuk menghadiri pesta hingga terlihat tak ada tamu yang muda.Setelah acara berfoto selesai aku dan pak Zan hanya duduk di singgasana melihat para orang tua bernyanyi dan berdansa bermusikkan alunan lagu keroncong.Dan aku hanya duduk bersandar merasa jenuh dan bosan.Tanpa ku sadari kepala ini ku sandarkan di pundak pak Zan dan pak Zan mengelus kepalaku dengan lembut.
"Membosankan ya?"
"Nggak kok seru juga" jawabku dengan lembut
"Aku tau kok ini sangat membosankan, memang ini acara khusus untuk orang tua. Kamu tenang aja minggu depan tepat di ulang tahun bapak nanti akan ada acara resepsi lagi jadi kamu boleh mengundang semua teman-teman kamu dan nanti bapak juga akan mengundang guru-guru di sekolahan"
"Wuah seru juga ya pak sekalian ini di buat pesta perpisahan aja pak" jawabku antusias dan bangun dari sandaran pundak pak Zan.
"Jangan donk kan kalau perpisahan nanti akan ada wisudanan juga"
"Oh iya lupa aku " jawabku dengan cengar cengir
"Bapak seneng deh akhirnya bapak bisa mengahalalkanmu"
"Katanya suruh manggil kakak? tapi pak Zan sendiri gak ngajari manggil kakak" ucapku dengan cemberut.
"Iya dedek Tsania sayang" jawab pak Zan dengan mencubit hidungku.
"Aduh sakit tau " aku pun membalasnya dengan mencubit pinggangnya dan pak Zan membalas menggelitiku.
"Udah kak... udah kak geli... " gelakku menahan geli
"Hahahah...Lucu juga ya,kamu manggil kakak gak pantes,pantesan manggil bapak aja "
"Hahahaha.... pak Zan tuh ya gemesin juga" dan ku cubit pipinya yang agak tembem itu.
"Duh mulai usil ya sekarang" pak Zan dengan jailnya menggelitiku dan aku terus bencanda dengan pak Zan menebar kebahagiaan pengantin baru tanpa memikirkan sekitarku yang seakan dunia milik berdua.
"Kak? "
"Eh iya Lel? " tiba-tiba Laili mengagetkanku dan menghentikan aksiku dengan pak Zan.
Lho bukannya itu Arnold? duh mati aku kenapa gak kepikiran kalau dia bakalan datang, kenapa dia sama Laili?. Batinku.
"Eh murid kesayangan bapak" dengan penuh kasih pak Zan memeluk Arnold.
Semoga aja dia gak ngenalin aku. Aamiin. Bisikku
"Kak kenalin ini Arnold teman ngajiku" ucap Laili
"Oh jadi kamu juga ikut kajian di pengajian rutin sebulan sekali itu ya Lel? "
"Hehhehe iya kak baru sekali ikutnya di ajak sama temen dan di kenalin sama temen kalau ketua panitianya kak Arnold dan alhamdulillah jadi deket"
"Oh ini toh calonmu? " ceplos pak Zan.
Aku bahkan tak bisa berkedip sedikitpun dari pandangan matanya di saat pak Zan asik mengobrol dengan Laili. Aku terus menatap bola matanya yang selalu ku rindukan tatapanku yang di balas dengan tatapan tajamnya.Dadaku terasa sesak merasakan apa yang dia rasakan bahkan butiran air mata hampir tertetes dengan cekatan dia segera menghapusnya.
"Tan?"
"Iya kak? "
"Kenalin dia Arnold murid kesayangan kakak" ucap pak Zan membuyarkan lamunanku.
"Arnold" dia mengulurkan tangannya dan kembali dengan senyum cerianya yang menutupi hatinya yang remuk.
"Tsania... " ku terima ulur tangannya dan untuk pertama dan terakhir kalinya aku menyentuh tangannya.
Dadaku semakin sesak menahan air mata,bahkan rasanya oksigen di kepalaku sudah tidak ada lagi rasanya sulit sekali untuk bernafas.
Astagfirullahhaladzim..... Ya Allah tolong hambaMu.... Tangis batinku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments