Di keheningan malam ini terasa kelabu berkabut duka dalam jiwaku, dengan air mata menjadi saksi bisu di setiap kesendirianku.
Sejenak ku pandangi gambar yang terlihat gagah tampan seperti Toni adik bungsuku.
Ayah...maafkan anakmu ini, sepertinya cita-cita untuk menjadi seorang dokter telah kandas di telan kepahitan hidup.Aku harus bisa menjadi dokter yang bisa di andalkan dan di banggakan semua orang agar bisa mengobati orang sakit dengan ketulusan hati, tidak seperti dokter itu...!!!.
Ku tersorot akan pandangan masa lalu, tentang kejadian di masa lampau beberapa tahun silam dimana aku dan adik-adikku masih kecil-kecil yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ayah,karena terhambat ekonomi.Dan masa itu tidak punya jaminan kesehatan dokter menunda operasi karena ibu masih belum bisa membayar biaya administrasi.Ayah yang terkena tumor otak harus segera di operasi tapi,entah mengapa tak kunjung- kunjung di operasi dan akhirnya ayah sudah tak sanggup menahan sakitnya.Allah lebih menyayanginya hingga ayah dipanggil yang Maha Kuasa di usia belum genap 40 tahun meninggalkan ibu dan ketiga anak-anaknya yang masih kecil-kecil.
Sungguh kejam dan miris kehidupan ini yang penuh dengan ketandusan dan keserakahan andai rasa tulus tertanam di dalam hati semua manusia tanpa ada rasa karna materi pasti dunia sudah indah.
Kalau sudah seperti ini mau lari kemana? kalau bukan Sang Pencipta,dan saat itu pula ilmuNya yang ikhlas harus selalu ditanamkan di dalam hati.
Ayah.... Tania bingung yah,Tania belum mau menikah muda, Tania masih kepengin sekolah.... hiks...hiks....
To****k.... tok... Terdengar ketukan pintu menyadarkan dari tangisanku, segera ku usap air mata ini.
"Sholat isyak dulu nak"
"Iya buk" amarah menulikan telingaku hingga kumandang adzan tak terdengar oleh telingaku.
A**stagfirullahaladzim... Ku bergegas membersihkan sisa air mataku lagi dan meredakan emosiku yang sempat meluap-luap.
Ibu dan adik-adik telah menungguku di depan rumah untuk berangkat bersama sholat jamaah di mushola kecil yang tidak jauh dari rumah.Terasa tenang mengalir di sendi-sendi setelah ku tunaikan kewajibanku.Sepulang dari masjid ku kurung lagi diriku ke dalam kamar ya, untuk belajar sesaat mempersiapkan try out besok lusa.
To****k... tok...
"Tan, bolehkah ibu masuk? " suara panggilan ibu yang lembut membuatku menghentikan aktivitasku.
"Silahkan bu gak di kunci kok"
ibu masuk dengan menutup pintu tanpa suara dan duduk diranjangku, aku yang dari tadi duduk di kursi belajar langsung berdiri dan duduk di sebelahnya.
"Ada apa bu?"
" Tan,maafin ibu ya? "
"Maaf untuk apa ya bu? "
"Bukan makhsud ibu menghentikan langkahmu tapi, ibu terpaksa melakukan ini. Percayalah nak semua pasti ada hikmahnya"
"Makhsud ibu apa? "
" Sudahlah Tan, jangan kau sembunyikan tangisanmu. Ibu tau batinmu tersiksa dan terpukul atas keputusan pamanmu, percayalah makhsud pamanmu sangat baik, semua ini dia lakukan juga demi masa depanmu juga adik-adikmu. Tan? kamu sudah dewasa kamu harus bisa mandiri jangan ngrepotin pamanmu terus kasian dia, dia juga punya keluarga sendiri"
"Tapi bu? "
"Kamu tau kan sebentar lagi bibimu akan lahiran?dan itu akan menambah biaya yang banyak juga,pamanmu sudah tidak sanggup lagi jika harus menyekolahkan 3 orang sekaligus dan kamu tau kan Laili juga harus masuk ke SMA, ibu harap kamu bisa memahami keadaan ini"
" Bu? " ku genggam tangan ibu untuk menyakinkannya
" Tsania gak akan merepotkan paman lagi Tsania juga tidak akan meminta uang jajan dari ibu lagi, Tsania mau masuk kuliah dengan hasil uang kerja Tsania sendiri bu"
"Tan, ibu tau kamu bisa melakukan semua nya sendiri karena ibu tau kamu pekerja keras mirip dengan almarhum ayahmu, tapi bukan itu makhsud ibu,kamu wanita nak, sudah remaja kesana kesini berhura-hura dengan teman-temanmu iblis bisa memfitnahmu yang lebih pahit lagi"
"Tapi buk, Tsania bisa jaga diri baik-baik Tsania akan fokus kerja dan kuliah bu"
"Kamu wanita Tan bisa apa jika terjadi sesuatu dengan dirimu diluar sana"
"Allah akan selalu menjagaku bu percayalah"
"Tan.... "
"Bu, ibu tau kan Tsania dari kecil nggak pernah membantah perintah ibu, kali ini saja bu.Tsania ingin memilih jalan hidup Tsania sendiri.Tsania juga ingin menikah dengan lelaki yang Tsania cintai"
"Arnold? "
" Iya bu... "
"Tidak Tan... "
"Bu, bagaimana Tsania bisa mencintai kalau Tsania tak mengenalnya???Tsania hanya mencintai Arnold bu, dia lelaki baik bu"
"Tan, bukalah hatimu jangan termakan bujukan iblis karna belum tentu Arnold yang terbaik untukmu"
Aku hanya bisa diam dan meneteskan air mata.
Ibu , kumohon mengertilah .... jeritku.
Ibupun tak kuasa menahan air matanya dan memelukku.
"Maafin ibuk ya??? ini semua ibu lakukan demi masa depanmu, percayalah semua akan indah pada waktunya untuk kali ini ibu mohon kabulkan permintaan ibu,dan terimalah perjodohan ini dengan ikhlas"
Ku lihat raut wajah ibu penuh dengan harapan setelah melepas pelukannya
"Ibu? beri Tania waktu 3 hari ya??? setelah try out nanti Tania beri jawabannya"
"Iya terimakasih ya nak, ya sudah istirahatlah ini sudah malam jangan begadang,belajarnya besok lagi ya? "
"Iya bu"
Kulihat senyum tipis yang penuh bahagia dari bibirnya setelah mendengar jawabanku.Ibu berlalu keluar dari kamar setelah mencium keningku.Terasa sakit dan perih batin ini, kelu tenggorokanku menahan kepahitan semua ini
Ibu bukan makhsud hati ini untuk melawanmu tapi, setidaknya mengertilah selama ini Tania diam tapi bukan berarti semua artikan mau dan mengalah sudahlah.Tak ada gunanya juga aku menangis, terlalu cengeng.Ku istirahatkan ragaku tuk sejenak, tak lupa ku pergi ke kamar mandi mengambil air suci,kebiasaan yang di ajarkan ibu dari kecil wudlu sebelum tidur.
Semoga nanti Dia bangunkan ku di sepertiga malam,memohon petunjuk dan ketenangan hati ini.
B**ismika allahumma ahya wabismika aamut.. semoga Allah selalu menjaga tidurku,dan mempertemukanku dengan ayah di dalam mimpi nanti ,Aamiin...akan ku curahkan semua isi hatiku.. Harap ku.
bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments