...Chapter 14...
"Ayo Roland, kurasa sudah cukup untuk kita berada disini, dan kamu juga sudah mewarisi semua jurus yang ada di sini, aku sangat iri" Ucap Gabriel sambil berdiri.
"Hahaha kamu tenang saja, aku sudah mengingat semuanya, dan kau bisa belajar dengan ku di suatu hari nanti" Ucap santai Roland.
"Tetapi Roland, ini adalah kejadian langka di dunia Kultivator, belum ada orang yang mampu mengingat ribuan teknik. Coba aku tes kamu dulu, aku akan menyebutkan namanya, kamu lakukan teknik nya" Gabriel menantang Roland untuk mengulang teknik jurus yang dia warisi.
"Hmm Aku malah merasa yakin 60% walaupun tidak sempurna" Ucap Roland menerima tantangan Gabriel.
Gabriel melihat salah satu buku jurus secara acak, dan menyebutkan namanya
"Hmm Tehnik.. Bulan darah" Ucap Gabriel memberikan tantangan.
"Bulan darah adalah teknik yang bergantung kepada spirit element yin. Semakin banyak energi spirit yang digunakan, semakin kuat juga kekuatannya" Penjelasan Roland sebelum melakukan gerakan tehnik ini,
Roland melakukan gerakannya, dan meletakkan tangannya di lantai
"Dan jika sudah memahaminya.. aku hanya perlu mengaktifkan tehnik ini dengan energi yin" Whusss....
"10% gunakan" Bhomm.....
"Hahaha Roland.. ini sedikit lebih dahsyat dari tehnik tarian samurai ku, Baiklah. Kamu lulus tes" Ujar Gabriel sambil bertepuk tangan.
"Hahaha... Kamu tidak salah memilih teman kan! Hahaha aku memang berbakat" Ucap tawa Roland yang membuat moncong lele di sekita (-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩___-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩-̩̩̩)
"Hah.. ku akui.. ayo, orang di sekitar sudah tak tahan lagi" ucap Gabriel sambil berjalan menuju keluar.
Setelag mereka keluar....
mereka mengucapkan terima kasih kepada penjaga di pintu keluar sebelum pergi. Penjaga itu, yang telah melihat banyak orang masuk dan keluar sepanjang waktunya di situ, tampak bingung sejenak, heran kenapa mereka keluar begitu cepat. Dia lantas bertanya, "Apakah kalian telah mempelajari beberapa jurus, atau tidak ada satu pun kitab yang mengakui kalian?"
Roland, dengan wajah berseri-seri, menjawab, "Aku telah mempelajari semua kitab yang ada di dalam ruangan itu. Sekarang kami bermaksud pergi melihat senjata-senjata yang mungkin berguna bagi kami di perjalanan ke depan."
Penjaga itu tercengang mendengar jawaban Roland, merasa mungkin anak ini sedang berbohong. Memang, sulit baginya untuk mempercayai bahwa seseorang bisa mempelajari semua jurus dengan cepat.
Sementara itu, Gabriel melihat keberanian temannya dan tersenyum, merasa bangga dengan kemampuan Roland.
...----------------...
Lanjut lagi ke penjaga:
Penjaga itu tersenyum tipis dan menjawab, "Kamu tidak perlu membohongiku. Sudah ribuan tahun aku berjaga di sini, dan belum ada orang yang mampu diakui oleh semua kitab ini. Bahkan aku sendiri hanya mampu mempelajari beberapa tehnik saja." ucapnya dengan ketidak percayaannya.
Roland dan Gabriel saling pandang, lalu "Hahahah itu"
"hmm apa maksud kalian dengan tawa? apanya yang lucu?" sedikit kesal penjaga itu bertanya.
Roland menjawab dengan nada tenang, "Baiklah, jika Tuannya tidak mempercayaiku, kami tidak akan membahasnya lebih jauh."
Gabriel kemudian bertanya, "Kalau begitu, bisakah Anda memberitahu kami di mana tempat senjata-senjata peninggalan dewa itu?."
Penjaga itu pun menjawab pertanyaan Gabriel, "Kalian berada di bagian kiri reruntuhan Divine Citadel saat ini. Untuk menuju ruang senjata, kalian harus pergi ke bagian kanan reruntuhan citadel."
Gabriel dan Roland mengucapkan terima kasih atas informasi tersebut. Mereka pun beranjak menuju ruang senjata sambil mengagumi keindahan reruntuhan Divine Citadel yang megah. Lorong-lorong panjang dan arsitektur yang rumit membuat mereka tak henti-hentinya berkata "Wowww" "oh ya Gabriel... Apakah ukiran emas ini boleh di ambil? sedikit saja" ucap Roland dengan nada yang membajongkan.
"hah.. kamu tanya sendiri saja dengan penjaga di sana" Jawa Gabriel.
Mereka mulai berbicara tentang kemungkinan senjata apa yang akan mereka temukan di sana. Apakah itu pedang eksotis dengan kekuatan mistis atau tombak ajaib yang bisa membidik sasaran jauh? "apa kamu tau dewa Moskov Gabriel?" Tanya Roland
"Hahaha.. aku tau niat mu. Mungkin warisannya ada di sini, kamu bisa ambil kalau di warisi" ucap Gabriel.
"Hahaha.. ayo mungkin itu ruang senjata"
Kini Roland dan Gabriel telah sampai di depan pintu ruang senjata para dewa. Seperti biasa, ada penjaga yang bertugas membuka formasi pintu bagi mereka. Penjaga itu, seorang wanita paruh baya berwajah tegas, menjelaskan aturan sebelum mereka masuk.
"Ingatlah, jika senjata itu tidak mengakui tuannya, kalian akan terpental jauh. Kalian hanya boleh membawa senjata yang mengakui kalian sebagai tuannya. Jika tidak ada dari sekian banyak senjata, berarti kalian tidak beruntung dan dapat mencoba kembali di lain waktu. Di dalam ruangan ini, jumlah senjata sangat banyak dan bervariasi, mulai dari kualitas rendah, sedang, hingga tinggi."
Dengan rasa penasaran yang kian menggebu, mereka mengangguk dan melangkah memasuki ruang senjata sang dewa. Begitu pintu terbuka, mereka disambut oleh deretan senjata yang menjulang tinggi, seolah melambai kepada mereka. Dan tenyata sudah banyak orang-orang yang masuk ke dalam ruangan ini,
Di dalam ruangan yang penuh dengan cahaya redup, enam orang telah lebih dulu datang untuk mencoba mengambil senjata. Suasana sangat rius, dihiasi oleh bunyi gemerincing senjata yang sesekali terpental ketika seorang pemilih tidak diakui oleh senjata.
"Hah.. nampaknya aku tidak beruntung kali ini" ucap salah satu dari mereka.
"Kamu bisa coba lain kali saja, munkin akan ada dari salah satu senjata di sini"
Roland mencoba memegang salah satu senjata yang ada di ruang senjata, dan sesuai dugaan, dia tidak terpengaruh. Sementara itu, Gabriel juga memilih satu senjata dengan kualitas tinggi, namun ia terpental saat mencoba menyentuhnya.
"Huh Roland, Aku tidak seberuntung dirimu" Ucap Gabriel yang hilang semangat.
Tak lama kemudian, Roland menemukan sebuah samurai yang kelihatannya sangat istimewa, Tertulis di gagang besinya "Teratai Salju". Dia menyentuhnya dan tidak ada reaksi,
"Gabriel.. Ini samurainya bagus! apakah kamu mau mencobanya"
Seorang penjelajah yang melihat Roland memegang senjata itu pun merasa iri, karena dia sudah mencoba menyentuh Samurai Teratai Salju sebelumnya, tetapi tak diakui "huu kenapa langit berpihak kepadanya" (╥﹏╥)
Kembali: Gabriel tampak ragu menerimanya. "Senjata ini sudah mengakuimu, jadi kamulah yang seharusnya memilikinya," ujar Gabriel. Tetapi, Roland bersikeras bahwa dia tidak tertarik dengan pedang itu, dan agar Gabriel yang mengambilnya.
"Baiklah, jika kamu memaksa," ucap Gabriel sambil menerima Samurai Teratai Salju. Penjelajah yang tadinya merasa iri, kini semakin membara.
"Apa? Dia begitu mudah memberikannya kepada orang lain"
"Tunggu, belum tentu kan, senjata itu mengakui temanya!' Ujar salah satu rekanya.
Saat Gabriel menyentuh samurai itu, alangkah terkejutnya mereka semua ketika pedang itu tetap tenang dan tidak menunjukkan reaksi sedikit pun. Penjelajah yang tadinya iri kini semakin terpukul.
"Mama... aku ingin pulang. Dunia ini begitu kejam" ( ꈨຶ︵ꈨຶ)
"Bagus Gabriel. Dia lebih cocok dengan mu" Ucap Roland dengan serius.
"Ini senjata yang bagus. kenapa kamu tidak mengambilnya saja Roland, Aku memiliki banyak Samurai di kam.. ehmm tapi ini lumayan juga" Ucap Gabriel sedikit kecoplosan
"Hahaha.. jika mau ambil saja. Aku tidak suka" Tawa Roland, walaupun Roland menyadari ada hal yang di sembunyikan Gabriel.
"Hmm kau milih senjata apa Roland?" Tanya Gabriel
Di dalam ruang senjata, Roland tersenyum karena telah menemui senjata yang menarik baginya. "Hehehe, telah ku perhatikan, hanya ada satu yang membuat ku tertarik, itu ada di tangan patung Kaisar itu," ucapnya sambil tersenyum licik.
Gabriel, dengan rasa penasaran dan khawatir, bertanya, "Apakah kamu ingin mencoba peruntungan?"
Di saat yang bersamaan, seseorang baru memasuki ruang senjata sambil sombong. Ternyata, dia adalah Raja Serenity, seorang bangsawan yang diiringi beberapa pengawalnya.
Sebelumnya anaknya.. sekarang ayahnya.. Hadeh... lanjut.
Roland tidak mengetahui identitas raja tersebut. Raja Serenity melirik pedang Samurai Teratai Salju yang dipegang Gabriel dan terpesona olehnya.
Dengan nada meremehkan, Raja Serenity berkata kepada Gabriel,
"Kamu cukup hebat, bisa diakui oleh pedang ini. Bolehkah aku meminjamnya? Sepertinya itu tidak cocok untuk tubuh kecil seperti dirimu."
Gabriel, dengan sopan,
menjawab, "Jika tuan berkehendak, cobalah menguji keberuntungan. Siapa tahu pedang ini mengakuimu sebagai tuannya."
Raja Serenity tersenyum sambil berkata, "Hah, kamu menantangku?"
Ketika raja itu menyentuh pedang, ia langsung terpental dengan dahsyatnya. Penjelajah lain di ruangan tersebut berusaha menahan senyum melihat kejadian itu. Raja Serenity, walaupun merasa malu, berusaha menghindari cemooh dengan mengatakan,
"Baiklah, mungkin aku memang tidak beruntung kali ini."
Gabriel, dengan sopan, mengucapkan,
"Terima kasih atas kerendahan hati Tuan."
...TARUHAN...
Di saat yang sama, banyak penjelajah lain yang mencoba untuk menyentuh pedang yang ada di tangan patung Kaisar Dewa itu, namun hasilnya tetap sama, yaitu terpental.
Gabriel dengan penuh percaya diri menyuruh Roland untuk mengambil pedang itu. "Roland, aku yakin kamu dapat mengambil pedang itu," ucapnya. Raja Serenity dan pengawalnya tertawa mendengar apa yang dikatakan Gabriel. Raja itu sambil tertawa "hahahaha malah menyuruh salah satu teman kurusnya untuk mengangkat pedang itu, namun hasilnya tetap sama hahaha"
Gabriel menahan emosinya, sedangkan Roland tiba-tiba menyela dengan percaya diri. "Baiklah, bagaimana kalau kita bertaruh saja? Jika aku tidak diakui oleh pedang itu, aku akan merangkak keluar dan turun gunung dengan merangkak! Namun, jika aku menang dan diakui oleh pedang itu, Tuan Raja akan membayarku dengan 100 juta chip!"
Sengaja Roland mempertaruhkan jumlah yang besar, membuat situasi semakin menegangkan. Roland tidak menyadarinya bahwa dia sedang berbicara dengan raja, dan mustahil raja Serenity tidak mampu membayar 100 juta chip.
Raja Serenity tertawa, "Hahaha, sudah 13 tahun aku menjadi raja, tetapi baru kali ini aku ditantang anak ingusan seperti kamu! Bagiku, 100 juta chip bukanlah masalah besar! hahahaha" ucapnya sambil tertawa menghina.
Roland terkejut setelah menyadari bahwa dia baru saja menantang Seorang Raja. Sebelumnya, dia mengira bahwa Raja pasti akan menolak taruhan karena jumlah yang besar. Kini, Roland agak gelisah dan terus berpikir, "Bagaimana kalau benar aku tidak diakui?" ucap Roland di dalam hatinya.
Namun, masih ada Gabriel yang tetap percaya bahwa Roland akan bisa mengambil pedang itu. Gabriel memberikan semangat kepada Roland, , "Ayo, Roland! Coba aja dulu!"
Di hati Gabriel berkata "di ruang kitab. Semua tehnik mengakuinya, termasuk kitab terkuat ciptaan kaisar dewa. Aku yakin ini bukanlah kebetulan atau keberuntungan, tetapi ada yang aneh dengan Roland, dan aku harus menggalinya.
...(☞゚ヮ゚)☞NEXT CHAPTER 15...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments