RIBUT LAGI

Keesokan harinya, menjelang senja..

"Bu..bapak sudah pulang, bu", ujar Marni memberi tahu Davina yang sedang merapikan meja makan.

Hari ini sengaja ia pulang cepat dari tempat kateringnya agar saat suaminya tiba dari perjalanan dinas ia ada di rumah.

Terlihat Bambang sopir keluarga itu mengangkat koper Jodie. 

"Taruh saja di dekat tangga, biar nanti Nurma yang membawa ke atas", ucap Vina.

"Baik bu", jawab Bambang permisi keluar.

Sekilas Davina melirik Jodie yang baru saja masuk. Wajah laki-laki itu terlihat sangat lelah. 

"Sudah pulang mas?"

"Hem", jawab Jodie singkat.

"Aku capek, jangan ada yang menganggu ku", ketus Jodie menaiki tangga. Wajahnya dingin seperti beberapa hari belakangan.

Davina terdiam sambil menghembuskan nafas, menatap punggung suaminya menjauh, hingga hilang dari pandangan matanya. Raut wajah Vina berganti sendu. Dadanya pun terasa sesak. Jangankan berlaku manis, mengucap salam pun tidak.

"Kamu lanjutkan saja pekerjaan mu, Marni", perintah Davina seraya menaruh lap bersih di atas meja makan.

Davina menyusul Jodie ke atas.

Tiba di lantai atas, tepatnya kamar utama di rumah itu tak terlihat Jodie. Vina menggelengkan kepalanya ketika melihat pakaian suaminya berserakan di lantai depan kamar mandi yang terdapat di ruang walk in closed.

"Mas Jodie kebiasaan kalau mandi tidak menaruh pakaian di tempatnya".

Davina memungut satu persatu pakaian itu dan memeriksa saku.

Vina mengernyitkan dahi ketika jemari tangannya menyentuh kertas.

Davina diam terpaku, manik indah itu seketika berkabut.

"Ceklek..

Jodie keluar kamar mandi sambil mengucek rambut basah. Handuk berwarna putih melingkar menutupi area tubuh nya.

"Mas...A-pa ini?".

Vina memberanikan diri bertanya. Ia memperlihatkan nota pembayaran tas branded merk ternama dengan harga mahal.

Jodie tidak menggubrisnya, laki-laki itu melangkah melalui Davina yang masih berdiri ditempatnya semula.

"Mas. Jawab pertanyaan ku!"

"Apa kau tidak lihat, suami mu baru pulang malah di berondong tidak penting begitu".

Davina melototkan matanya. "Tidak penting kata mu? Kau membelikan siap tas mahal itu? Ini bukan yang pertama... minggu lalu aku menemukan nota cincin berlian di pakaian mu. Apa nya yang tidak penting?", ucap Vina dengan suara meninggi.

Jodie menatap istrinya dengan sorot tajam. Ia tidak suka di perlakukan seperti itu. "Sudah berani kamu berteriak pada ku hah? Siapa yang mengajari mu melawan suami mu, Vina", hardik Jodie kesal.

"Ohh... jangan-jangan keluarga mu sudah mencuci otak mu itu ya?! Kau semakin membuat ku muak saja!!!"

Jodie segera memakai pakaiannya. Tanpa memperdulikan istrinya, laki-laki itu pergi begitu saja seraya membanting pintu kamar mereka.

Davina terduduk di tempat tidur, menangis terisak. Dadanya begitu sesak di perlakukan seperti itu oleh suaminya sendiri. Bahkan ia belum bertanya mengenai wanita yang mengangkat telponnya semalam. Bertanya tentang nota belanja saja Jodie langsung marah.

*

"Shitt bagaimana mungkin aku lalai, malah menyimpan nota itu. Sial!"

Jodie mengumpat sambil mengendarai kendaraannya dengan kecepatan penuh.

Nota nota yang di lihat Vina itu memang benar milik nya. Sebagai hadiah untuk Lolita kekasih gelapnya yang kerap kali menuntut segera menikahi nya. Jodie kerap membelikan wanita itu barang-barang branded dengan harga mahal. Membuat Lolita bahagia, menerima semua pemberian Jodie.

"Aku akan segera menceraikan istri ku. Aku muak padanya, tidak bisa membahagiakan ku.."

...***...

Malam nanti Monica Luigi ya🙏

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***