1 bulan berlalu...
Saat akan sarapan, Aira tiba-tiba saja merasakan mual yang luar biasa, dan ia dengan terburu-buru berlarian menuju ke kamar mandi untuk memuntahkan apa yang ingin di keluarkan nya.
Howekk... Howekk...
Sarah yang baru saja menjemur pakaian di luar, kini gadis itu kembali memasuki kosan nya, dan ia mendengar Aira sedang muntah-muntah di kamar mandi.
Sarah yang merasa khawatir kepada sahabat nya, ia langsung bergegas ke kamar mandi untuk melihat Aira dengan membawakan air minum untuk sahabat nya itu.
"Kamu kenapa, Ra?" tanya Sarah ketika ia telah menghampiri Aira.
"Aku gak tau Rah, aku tadi tiba-tiba mual aja," terang Aira.
"Kamu kayak nya masuk angin, kan akhir-akhri ini kamu banyak lembur," tutur Sarah.
"Iya kayak nya," balas Aira.
"Yaudah, ayo kita keluar, kamu harus banyak makan, nanti biar aku kerokin," ujar Sarah.
Kini mereka kembali untuk sarapan, namun Aira tidak berselera untuk makan dan mencium bau nasi saja Aira sudah merasakan eneg.
"Kamu kenapa gak makan, Ra?"tanya Sarah.
"Kan aku udah tadi, sampa kenyang ini juga," jelas Aira dengan berbohong, karena tadi ia belum sempat memakan apa-apa.
"Tapi kan tadi kamu keluarin lagi, terus ini nasi nya kok masih utuh," timpal Sarah.
"Utuh dari mana, orang itu tadi banyak," balas Aira, yang memang hari ini ialah yang menanak nasi di rice cooker itu.
"Hmm... gitu," balas Sarah yang kembali memasukan nasi kedalam mulut nya.
Kini kedua gadis itu baru saja tiba di Hotel Krystal, dan saat mereka akan memasuki Hotel, terlihat Daren dan Erina turun dari mobil yang mereka tumpangi. Yang telah di parkirakan di parkiran khusus, yang berada tidak jauh dari depan Hotel itu.
Ketika pemilik Hotel berjalan, semua karyawan menyapa dengan ramah.
"Pagi Pak, pagi Bu," ucap Sarah ketika Daren dan Erina melewati nya, sedangkan Aira diam dan ia menundukan kepala nya enggak untuk melihat orang itu.
"Pagi," balas Erina dengan tersenyum ramah. Sedangkan Daren tidak memberikan respon apapun, lelaki itu berjalan dengan tegap dan terlihat angkuh.
Setelah pemilik Hotel masuk, Aira dan Sarah pun juga berjalan memasuki Hotel itu.
Aira dan Sarah, mereka langsung di perintahkan untuk segera bekerja, dan Aira di perintahkan untuk memberesihkan ruang kerja Daren.
Aira berjalan menuju ruangan kerja Daren, lalu ia mengetuk pintu nya.
"Masuk," ucap seorang wanita dari dalam, yang pastinya, itu adalah Erina.
Aira membuka pintu nya dan ia melihat sekilas ke arah Daren dan istri nya yang sedang duduk di sofa.
"Maaf Pak, Bu, saya kesini di perintahkan untuk membereskan ruangan ini," ujar Aira dengan tertunduk.
"Kamu rapihkan file-file yang aja di meja saya dulu, nanti baru sapu lantai nya," titah Daren.
"Baik, Pak," balas Aira yang kini berjalan menju meja Daren untuk membereskan file-file yang tersimpan tidak beraturan.
"Nama kamu siapa?" tanya Erina secara tiba-tiba kepada Aira.
"S-s-saya Aira, Bu," balas Aira dengan canggung dan juga gugup.
"Kamu masih sangat muda, kamu juga cantik. Kenapa gak ngelamar di bagaian resepsionis aja, lagian kan di bagian resepsionis emang lagi nyari 1 lagi," ujar Elena.
"Tidak Bu, saya lebih nyaman seperti ini. Kalau di bagian resepsionis pasti bosen, dan di bagian resepsionis pasti harus bener-bener bisa berbahasa inggris," terang Aira dengan tersenyum ramah kepada Erina.
"Jangan banyak di ajak ngobrol sayang, nanti dia gak kerja-kerja," ucap Daren kepada Erina.
"Enggak kok Mas, dia kan ngbrol nya sambil kerja. Iya kan Aira? " balas Erina kepada suami nya, lalu ia bertanya kepada Aira.
"Emh... Iya Bu," balas Aira yang sebenar nya tidak tau apa pembahasan mereka.
"Bu Erina baik banget, beda sama suami nya yang seenak nya dan terlihat angkuh," ucap Aira dalam batin nya.
"Seperti nya dia sudah benar-benar melupakan kejadian itu, tapi bagus juga lah," ucap Daren dalam batin nya.
"Pak, Bu. Saya ijin numpang ke kamar mandi, boleh?" tanya Aira kepada mereka, ketika ia tiba-tiba saja kembali merasakn mual yang luar biasa.
"Tentu boleh, silahkan," balas Erina, lalu Aira pun berlari kecil menuju ke kamar mandi, karena ia tak kuat lagi untuk menahan nya.
Howekk... Howekk...
Aira muntah hanya mengeluarkan cairan, karena ia belum memakan apa-apa.
"Kenapa aku jadi sering mual gini, ya," ucap Aira dalam batin nya.
Aira kini keluar dari kamar mandi, dan tiba-tiba saja ia pingsan di depan pintu kamar mandi itu.
"Mas, itu suara apa? Terus kenapa houskeeping yang tadi di toilet nya lama, apa jangan-jangan dia kenapa-napa, " ucap Erina ketika mendengar suara Aira saat terjatuh, karena pingsan.
Erina langsung menarik tangan suami nya yang enggan untuk melihat dan masih duduk di sofa, untuk melihat Aira. Saat mereka tiba di jalan yang menuju ke kamar mandi, mereka melihat Aira terkapar di sana.
"Mas, dia pingsan kayak nya, ayo bantu," ucap panik Erina, namun Daren masih mematung saja.
"Bentar biar aku suruh orang lain aja buat bawa nih karyawan," ujar Daren.
"Mas, kelamaan udah kamu aja," tutur Erina.
"Aku bantu nya gimana? Aku gak mau kalau harus gendong dia," terang Daren.
"Mas, tapi dia kasian loh. Terus aku gak kuat kalau bawa di sendiri," terang Erina.
"Udah Mas, ayo bantu. Dia kan karyawan kamu," sambung lagi Erina, lalu Daren pun dengan terpaksa menggendong Aira untuk di baringkan di sofa.
Erina memberikan minyak angin di dekat hidung Aira, dan Aira pun kini kembali sadarkan diri.
"Maaf Bu, kenapa saya bisa ada sini, ya?" tanya Aira yang langsung bangkit, namun ia masih meraskan pusing di kepala nya, dan tiba-tiba ia merasakan telinga nya berdengung.
"Aira sudah, kamu duduk dulu. Kamu baru saja siuman, kamu tadi pingsan," terang lembut Erina.
Aira kembali duduk, dan ia memegangi telinga nya.
"Kamu kenapa, Aira?" tanya Erina.
"Gak tau Bu, saya pusing terus telinga saya tiba-tiba berdengung," ucap Aira seadanya, dan dengan menundukkan kepala nya.
Daren yang berada di meja kerja, lelaki itu sedang gelisah karena takut jika Aira akan berbicara tentang kejadian waktu itu kepada Erina.
Howek...
Aira kembali ingin muntah, lalu ia pun dengan cepat berlari menuju kamar mandi, lalu di susul oleh Erina, karena ia merasa khawatir dengan karyawan suami nya itu.
Howekk... Howekk...
Erina yang berada di dekat pintu kamar mandi, ia mendengar Aira sedang muntah-muntah. Tak berselang lama kini Aira keluar, lalu Erina pun menyuruh Aira untuk membaluri perut dan pundak nya dengan mingak angin.
"Makasih, Bu," ucap Aira kepada Erina.
"Kamu seperti nya hamil deh," celetuk Erina.
Mendengar itu Aira menjadi takut, apalagi ia memang belum datang tamu bulanan, di bulan ini.
"Enggak mungkin, Bi. Saya kan belum menikah," balas Aira.
"Oh, maaf. Saya pikir kamu sudah menikah," timpal Erina.
"Yaudah, kamu pulang aja gak usah kerja. Kayak nya masuk angin, jadi kamu istrihat dulu aja," ujar Erina yang memang selalalu berbaik hati kepada siapapun itu.
"Tapi pekerjaan saya belum selesai, Bu," ucap Aira.
"Tidak apa-apa," jawan Erina.
Kini Aira dan Erina telah kembali ke ruangan Daren. Dan Erina berjalan menghampiri Daren, sedangkan Aira menunggu nya di sofa.
"Mas," panggil Erina.
"Iya sayang, ada apa?" tanya Daren.
"Aira hari ini pulang lebih awal gapapa, kan? Dia kasian loh, lagi gak enak badan. Nanti kamu telepon penanggung jawab bagian houskeeping, dan kasih tahu kalau Aira hari ini pulang lebih awal," ujar Erina.
"Sayang, kamu apa-apan sih. Kamu jangan asal percaya sama orang. Siapa tau dia bohong. Satu lagi, kamu jangan terlalu baik sama karyawan, nanti dia bisa besar kepala," terang Daren, dan Erina hanya bergeleng-geleng kepala, sedangkan Aira entah kenapa ia merasa sakit hati ketika Daren berbicara seperti itu.
Air mata jatuh di pipi Aira, dan Aira sendiri tidak tahu, kenapa ia bisa menjatuhkan air mata hanya karena hal seperti itu.
"Mas, kamu bicara apa, sih. Kalu dia kenapa-napa emang kamu mau bertanggung jawab," ujar Erina yang membuat Daren sedikit berpikir ke hal lain.
"Yaudah, suruh pulang aja. Tapi ingat, kamu jangan terlalu baik sama orang, apalagi sama karyawan," ujar Daren, lalu Erina pun berjalan menghampiri Aira.
"Aira, sekarang kamu boleh pulang. Istirahat yang cukup ya," ucap Erina dengan lembut.
"Baik, Bu, terimakasih. Kalau gitu saya permisi," balas Aira dengan ramah, dan langsung pergi dari sana.
Kini Erina kembali menghampiri suami nya dan ia langsung duduk di pangkuan Daren.
"Sayang, kamu tadi bicara nya gitu banget, kasian loh dia, pasti dia sakit hati sama omongan kamu tadi," ucap Erina.
"Udah lah sayang biarin. Lagian kalau dia sakit hati juga, gak ngaruh buat hidup kita," ujar Daren.
"Aku pikir tadi dia hamil, Mas. Karena dia pusing terus kata nya telinga berdengung. Satu lagi yang paling biasa ibu hamil alami, yaitu mual-mual. Jadi aku pikir tadi Aira hamil, tapi ternyata nikah aja belum," terang Erina yang membuat Daren menjadi terkejut dan menjadi gelisah, karena ia takut jika hal itu benar-benat terjadi kepada Aira.
"Gak, gak mungkin," ucap Daren dalam batin nya, menepis segala keresahan yang di pikirkan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments