Aulia benar-benar tak bisa tidur semalaman. Memikirkan perkataan Aiden yang menurutnya tak masuk akal. Bagaimana bisa Aiden mengatakan tak pernah mencintainya, sementara selama berpacaran pria itu selalu memaksanya untuk menerima lamarannya. Aiden tak sabar ingin segera menikah, membangun rumah tangga bersamanya. Dan malam tadi pria itu dengan mudahnya mengatakan itu semua.
"mas..aku butuh penjelasan." Aulia berdiri di samping Aiden yang tengah duduk santai di teras depan.
Aiden meletakkan ponselnya keatas meja. Pria itu menatap Aulia dengan tatapan begitu dingin. Dapat Aulia rasakan jika saat ini Aiden memang telah berubah banyak. Sorotnya begitu penuh amarah.
"Aku rasa dulu aku keliru soal perasaanku ini. Aku tak benar-benar mencintaimu. Aku hanya..."
"cukup mas. Aku tak mau mendengarkan omong kosong." Sela Aulia cepat. Hatinya belum siap mendapatkan rasa sakit yang lebih banyak lagi.
Wanita itu mengusap airmatanya dengan kasar.
"Aku hanya ingin tahu kenapa kamu berubah? Apa ada wanita lain?" Tuduh Aulia pada akhirnya.
Bukan tanpa sebab dia mengatakan itu semuanya. Karena sudah hampir tiga kali dia memergoki Aiden tengah bermesraan dengan seorang wanita di luar rumah. Hanya saja Aulia mencoba menutup mata, berpura-pura tak pernah tahu akan hal itu. Tapi saat ini dia tak akan lagi pura-pura buta.
Tangan Aiden terkepal erat mendapatkan tuduhan seperti itu. Mungkin memang dia pernah pergi berkencan dengan wanita lain selama pernikahannya ini, tapi dia tak pernah selingkuh. Hanya ingin membuang rasa jenuh nya, mencoba dekat dengan wanita lain. Tapi nyatanya itu sulit, karena di hatinya selalu ada Amora. Tak akan pernah terganti oleh wanita manapun termasuk Aulia.
"Jaga mulutmu." Desis Aiden dingin. Dia berdiri dengan sekali hentak sehingga kursi plastik yang di dudukinya terjungkal.
"mas..." Pekik Aulia begitu Aiden pergi meninggalkannya.
Aiden masuk kedalam mobil lalu pergi tak memperdulikan Aulia yang kini menangis. Pria itu merasa kepalanya akan pecah.
Mobil putih itu melaju dengan sangat cepat. Hatinya butuh ketenangan saat ini.
Aulia menangis keras. Sungguh tak mengira akan seperti ini jalan rumah tangganya. Apa yang harus dia katakan pada ayahnya nanti, jika tahu suaminya memperlakukan dirinya begitu buruk.
"kakak..." Isaknya teringat akan Amora.
Disaat hatinya tengah terluka, Aulia selalu menemui Amora. Mencurahkan segalanya pada sang kakak. Setelah mendapatkan nasihatnya maka Aulia akan merasa tenang. Tapi, sekarang Amora tak bisa lagi menenangkan dirinya. Aulia semakin terhanyut dalam kepedihan.
Ciiit...
Suara gesekan ban mobil dan aspal terdengar begitu nyaring. Aulia mendongak, berharap Aiden kembali. Tapi, harapannya kosong. Bukan Aiden yang kembali melainkan Tiger, sahabat sang suami yang datang.
Tiger keluar dari mobil. Raut wajahnya nampak khawatir begitu melihat Aulia yang terduduk di lantai.
"Aulia, apa yang terjadi?" Dengan cepat membantu Aulia berdiri.
Bibir itu hanya diam tak bisa bersuara. Airmatanya semakin mengalir deras. Tiger pun menjadi bingung. Dengan refleks pria itu menarik tubuh Aulia lalu memeluknya.
"hei...ada apa? Dimana Aiden?"
Aulia menggelengkan kepalanya. Semakin terisak di dalam pelukan Tiger. Helaan nafas panjang terdengar. Pria itu melepaskan pelukannya menyentuh kedua pundak Aulia.
"Apa yang terjadi? Apa Aiden menyakiti mu?" Pertanyaan Tiger justru membuat Aulia kembali meraung. Wanita itu menangis sesenggukan membuat Tiger yakin pasti memang Aiden penyebabnya.
...******************...
"apa yang harus aku lakukan Mora?" Aiden mengusap batu nisan di depannya dengan hati bergetar hebat.
Dia begitu merindukan Amora. Sosok gadis manis yang berhati lembut.
Sudah satu jam Aiden berada di pemakaman umum ini. Menghabiskan waktunya di depan makam sang kekasih. Mencurahkan segala rasanya meski tahu tak akan ada yang merespon.
Sungguh pria itu tak ingin kembali untuk saat ini. Berada di sini membuat hatinya sedikit lebih tenang. Aiden menghela nafas panjang lalu duduk di samping makam. Kepala di sandarkan pada nisan, matanya terpejam.
Sementara di rumah, Aulia masih saja menangis. Tak peduli jika saat ini sahabat suaminya melihat betapa buruknya penampilan dirinya. Wajah yang kusut dan mata bengkak.
Tiger menyodorkan segelas air putih pada Aulia. Pria itu merasa kasihan padanya.
"Merasa lebih baik?" Tanya Tiger pada Aulia yang kini telah menghabiskan segelas air putih.
Aulia menganggukkan kepalanya pelan.
"maaf, seharusnya kamu tak melihat ini semua mas." Lirih Aulia merasa malu.
"tak masalah." Jawab Tiger.
"mas, apa kamu tahu sesuatu tentang mas Aid? Aku rasa ada yang aneh dengannya." Tanya Aulia sambil menatap Tiger dengan tatapan sendu.
"Maafkan aku Lia. aku tak tahu apapun." Jawab Tiger seraya membuang pandangannya. Rasanya berbohong terus pada Aulia membuat hatinya tak enak.
Tiger hanya tak ingin ikut campur dalam rumah tangga Aiden dan Aulia. Meski mengetahui semuanya, ia tak mungkin mengatakannya pada Aulia saat ini jika Aiden saja belum mengatakannya.
"apa mas yakin? Mas selalu bersama mas Aid." Lirih Aulia kecewa mendengar jawaban Tiger.
Setidaknya dia butuh petunjuk. Untuk mengetahui apa penyebab Aiden berubah.
Tiger menghela nafas, jujur saja melihat Aulia yang begitu terpuruk membuatnya tak tega. Pria tinggi itu mengulas senyum, menatap Aulia dengan pandangan lembut. Hatinya merasa bergetar hanya dengan melihat wajah sayu wanita di hadapannya.
"Kemana Aiden pergi?" Tanya Tiger akhirnya karena tak juga melihat keberadaannya.
Aulia menggeleng kecil. Dia pun tak tahu kemana suaminya pergi.
"Apa mas bisa membantuku mencari mas Aid? Aku takut mas Aid kenapa-kenapa karena pergi dalam keadaan marah." Pinta Aulia.
"Baiklah, aku akan mencarinya. kamu tenang saja dan istirahatlah." Jawab Tiger dengan bersungguh-sungguh.
Meski dia sendiri pun tak yakin bisa menemukan Aiden secepatnya. Tapi, melihat tatapan Aulia yang memohon membuatnya tak tega untuk menolak. Lagipula Aulia adalah istri sahabatnya, sudah seharusnya dia menolongnya bukan. Setidaknya begitulah yang Tiger pikirkan.
Pria lajang itu menghembuskan nafas kasar. Entah kenapa setiap berhadapan dengan Aulia seperti ini membuat jantungnya berdetak kencang. Sekuat mungkin dia menepisnya. Bagaimana pun Aulia adalah istri Aiden. Dia tak boleh memiliki rasa apapun selain rasa persaudaraan.
Tiger pun segera pergi untuk mencari Aiden. Dan Aulia masuk kedalam kamarnya. Berharap Tiger bisa secepatnya menemukan Aiden.
Trak...
Kunci mobil yang di gantung pada pintu kamar terjatuh saat Aulia menutupnya. Memandangnya sekilas lalu mengambilnya. Tiba-tiba saja dia ingin pergi ke pemakaman. Maka dengan cepat Aulia mengambil jaket lalu bergegas pergi.
Tak butuh waktu lama Aulia pun tiba di pemakaman umum yang di tuju nya.
"Kakak..aku ingin sekali memelukmu di saat seperti ini." Keluhnya sambil keluar dari mobil.
"bukankah ini mobil mas Aid?" Aulia menyentuh mobil putih yang terparkir tepat di samping mobilnya.
Matanya mengedar melihat sekeliling makam. Hingga tepat pada makam sang kakak, ia melihat seseorang tengah duduk sambil memeluk batu nisannya.
Jantungnya berdebar keras. Kakinya melangkah dengan cepat.
"Mas Aid?" Panggil Aulia dengan suara bergetar saat melihatnya dengan jelas.
Aiden mengangkat kepalanya. Matanya melebar melihat Aulia yang berdiri di depannya. Keduanya saling menatap dengan tatapan yang sulit di artikan.
...**********************...
TBC.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments