SD 5
"Mama bawakan buah, jangan lupa dimakan biar kamu segera sembuh!" Rosita menaruh buah-buahan yang dibelinya di atas meja dekat tempat tidur Sisi yang berbaring.
"Terima kasih, Mama. Mama jadi repot datang kemari."
"Ya, sekalian cek Dewa bohong atau tidak," mata Rosita melirik sinis Dewa yang berdiri tak jauh dari dirinya. "Ternyata kau benar-benar demam."
"Maaf, jadi membatalkan rencana papa tiba-tiba, Ma. Saya sangat bersalah," sebenarnya Sisi tak enak hati harus membohongi mama Rosita demi meredam kemarahan Dewa dan menuntaskan kegundahan hati Dewa karena rencana papa Mahendra mempertemukan dirinya dengan teman sekaligus rekan kerja papanya itu.
Apalagi mama Rosita adalah mama mertua yang sangat baik dan begitu perhatian padanya. Semoga saja kedepannya Sisi tidak melakukan kebohongan lagi seperti sekarang.
"Tapi, kau tidak pura-pura sakit karena disuruh Dewa kan?"
Mata Sisi membulat terkejut, lalu ia tersedak oleh ludahnya sendiri membuat mama Rosita mengambilkan minuman untuknya.
"Kenapa bisa tersedak sih, ini minum airnya cepat!"
Sisi menerima gelas berisi air putih pemberian Rosita dan meneguknya hingga tak bersisa.
"Sudah membaik?"
Sisi mengangguk mengembalikan gelas itu kembali.
"Si, jangan mau disuruh bohong sama Dewa. Kalau dia macam-macam padamu, katakan sama mama."
"Iya Ma," Sisi tersenyum kecut. Bilang iya tapi sekarang pun ia berbohong. 'Astaghfirullah Sisi, sebesar apa dosamu ini?'
Rosita bersiap untuk kembali ke kantor, sementara Dewa tidak diizinkan meninggalkan rumah dan bertugas menjaga Sisi hingga dia sembuh.
Dewa mendekati Sisi ketika Rosita sudah tak lagi berada di rumah tersebut.
"Apa?" Tanya Sisi sedikit curiga dengan pandangan Dewa yang ditujukan padanya.
Dewa memandangi sekeliling mencari sesuatu. Ia juga mengitari kasur yang Sisi gunakan untuk duduk saat ini.
"Apa yang Anda cari?"
Tapi pertanyaan Sisi itu tak dijawab oleh Dewa. Ia masih sibuk mencari-cari sesuatu di atas meja, di bawah kasur, di lemari dan yang terakhir ia menaiki kasur Sisi membuat Sisi panik.
"Ah, jadi ini." Dewa mengangkat tinggi sebuah botol berisi air hangat yang ia temukan di bawah bantal.
"A-anu, i itu,"
"Ternyata kau sungguh berbohong. Kau tidak benar-benar sedang sakit. Hemmm,"
Dewa menaruh botol itu di atas meja. Ia kembali ke samping kasur Sisi dengan kedua tangannya bersembunyi di kedua saku celananya.
"Kerja bagus." Dewa mengusap kepala Sisi dibubuhi dengan senyum tulus yang belum pernah Sisi terima sebelumnya. "Kau bisa diandalkan juga."
Tanpa Sisi sadari kedua pipinya merona, kepalanya sampai tertunduk malu dengan perlakuan dari Dewa.
"Kalau begitu, aku akan keluar dulu untuk menemui seseorang."
Senyum lembut di wajah yang sejak tadi disembunyikan Sisi kini nampak memudar.
'Seseorang?' ia jadi teringat semalam ketika Dewa menerima telepon dari seseorang yang Dewa panggil 'Sayang'.
"Kau suka apa, nanti aku bawakan. Anggap itu sebagai hadiah karena kau menyelamatkanku hari ini. Yah, walau aku tidak tahu tujuanmu apa berbohong dan berpura-pura sakit." Dewa mendekatkan dirinya pada Sisi. "Kalau boleh aku menebak, kau mencari perhatian dariku kan? Haha, tidak apa-apa. Kali ini aku maafkan karena secara tidak langsung kau telah membantuku."
Sisi masih menunduk dengan kedua mata bergetar. Jemarinya tak berhenti saling bertautan demi mengurangi gundah dalam hatinya.
"Hei, kau suka apa?" Pertanyaan Dewa kembali terulang sampai Sisi merespon dirinya.
"Es krim." Jawab Sisi.
"Baiklah, aku akan belikan banyak untukmu nanti. Aku pergi dulu!"
"Apa menemui wanita itu?" Pertanyaan Sisi membuat Dewa menghentikan langkahnya yang hendak keluar dari kamar. "Yang semalam Anda panggil sayang. Saya mendengar percakapan Anda dengan seseorang semalam."
"Iya. Asal kau tahu, aku sudah memiliki dia sebelum menikah denganmu." Dewa tersenyum membalas senyum yang diberikan Sisi padanya. "Aku akan kembali sore nanti."
"Iya. Hati-hati."
**
Dewa merasa dirinya bebas sekarang. Tanpa ia sadari ia tersenyum sembari fokus pada jalanan yang cukup padat siang ini.
"Gadis itu, dia mengizinkanku pergi dengan Zaskia. Ternyata mudah juga menjalankan kehidupan dengannya. Lalu kenapa kemarin aku repot-repot kesal padanya," Dewa tertawa mengingat dirinya yang beberapa hari ini sering marah-marah tak jelas.
Derrrttt
Dering ponsel terdengar di atas dasbor. Dewa memasang headset di kedua telinganya lalu menerima telepon yang masuk.
"Kia, kau sudah keluar?"
Dewa mendengarkan jawaban dari Zaskia di seberang sana. "Baiklah, aku hampir sampai. Tunggu sebentar di sana. Hemm," Dewa memutus sambungan teleponnya.
Kedua tangannya membelokkan setir mobil ke arah kiri dimana jalanan itu menuju ke kantor tempat Zaskia bekerja.
Sampai di tempat tujuan, Zaskia naik ke mobil dan mencium pipi Dewa.
"Kau tidak kerja hari ini?"
"Tidak, aku dapat cuti dari mama. Kita berangkat?"
Zaskia mengangguk.
Mobil Dewa kembali melaju menuju ke sebuah restoran chicken untuk makan siang.
Dua porsi hot chicken kini terhidang di hadapan mereka. Juga dua gelas jus segar dengan irisan lemon di tepi gelas kaki.
"Siap menikmati makanan pedas ini?" Zaskia mengangkat garpu dan sendoknya ke atas.
"Ayo, kau akan kepedasan nanti."
"Kau atau aku?" Zaskia tertawa.
Keduanya memiliki hobi yang sama, yaitu memakan makanan pedas. Namun pernah Zaskia mengakui bahwa ia kalah dengan Dewa. Lelaki itu sangat suka pedas walau ia pernah sakit perut karena makanan pedas yang sering ia konsumsi.
Kini mereka berdua menikmati makanan pedas mereka disela perbincangan mesra keduanya. Jika dilihat mereka berdua seperti orang yang tengah kasmaran.
"Bibirmu sampai merah!" Telunjuk Dewa menunjuk bibir Zaskia.
"Kau juga. Tapi ini nikmat sekali. Kapan terakhir kita makan pedas bersama?"
"Emmm," Dewa tengah mengingat-ingat. "Mungkin 5 bulan lalu. Aku lupa."
"Sudah lama. Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan sebulan ini? Kau jarang menghubungiku. Apa ada masalah?"
Sebulan kemarin Dewa menikah dengan Sisi. Jadi, Dewa sibuk perang dengan hatinya sendiri hingga ia tidak menghubungi Zaskia sama sekali.
"Sibuk dengan pekerjaan. Melelahkan, jadi aku lupa menghubungimu," elaknya.
"Makanya, kemarin kau terlihat kangen sekali denganku. Aku sampai lupa menanyakan kesibukanmu sebulan ini."
"Jangan bahas itu lagi, yang penting sekarang kita sudah bersama." Dewa menggenggam jemari lentik Zaskia. "Kita hanya perlu saling percaya. Benar kan?"
Zaskia mengangguk membenarkan. "Aku percaya padamu Dewa. Apapun yang kau ucapkan, pasti semua adalah benar. Kau pun juga harus percaya kepadaku."
"Tentu."
**
Selesai mengantar Zaskia pulang, Dewa mampir di sebuah supermarket untuk membeli es krim.
"Dia suka es krim apa?" Ucapnya sembari memandang puluhan jenis es krim dalam sebuah freezer besar di hadapannya. "Mungkin coklat, atau strawberry?"
Pada akhirnya ia membeli es krim dengan jumlah yang banyak.
Saat ia keluar dari supermarket, ia dikejutkan dengan kedatangan temannya.
"Oy Dewa. Kau belanja es krim?"
"Satria. Ya, untuk persediaan." Dewa mengunggingkan senyumnya.
Temannya yang bernama Satria itu mengerutkan keningnya. "Bukankah kau-"
"Sat, sampai ketemu besok. Aku harus segera pulang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments