Sisi Dewangga

Sisi Dewangga

Membangkang

"Mohon maaf semuanya, saya mengganggu makan malam ini sebentar." Sisilia berdiri dari duduknya. Bola matanya bergetar gugup lantaran beberapa pasang mata kini memandangi dirinya.

Mereka tak lain adalah suaminya sendiri, Dewangga Mahendra. Lalu ada papa mertuanya, Pak Mahendra, ibu mertuanya Rosita dan adik iparnya yang hampir seumuran dengan Dewangga, Denis Mahendra.

Sisilia berdiri di depan mereka karena ia harus mengatakan sesuatu yang sangat penting. Sesuatu yang sudah ia sepakati dengan Dewangga semalam. Hanya saja, ia sedikit mengingkarinya, dan Dewangga tidak tahu itu. Maka bersiaplah dimarahi setelah makan malam nanti.

"Ada apa Kakak ipar? Wajahmu tegang sekali. Apa ada hal penting yang mau kau bicarakan dengan kami sampai mengundang kami datang kemari dihari kedua pernikahanmu dengan kakakku?" tanya Denis.

"Anu," Sisilia mengambil napas dalam. "Iya, ada yang penting yang kemarin belum sempat saya katakan saat kita berkumpul. Emm, saya mau mengatakan bahwa saya sangat senang bisa menjadi bagian dari keluarga ini," Sisilia melirik sedikit pada Dewa yang terus memandangnya. "Saya berjanji akan menjadi istri yang baik untuk mas Dewa mulai hari ini dan selamanya."

Dewa membulatkan matanya mengetahui apa yang dikatakan Sisilia tidak sama dengan yang mereka berdua janjikan kemarin. 'Apa yang kau katakan?' tanyanya dalam hati.

"Astaga, jadi karena ini kau mengundang kami?" Denis tersenyum lembut. "Iya, Kakak ipar, aku tahu kau wanita yang sangat baik dan aku percaya kau akan menjaga dan merawat kakakku ini dengan penuh kasih sayang selamanya."

Sisilia mengangguk sembari mengulum senyumnya.

"Iya Sisilia, kami percaya kepadamu." Ujar pak Hendra.

Denis memukul dahinya tiba-tiba membuat semua orang menoleh kepadanya. "Aku lupa dengan hadiah pernikahan kalian berdua. Aku ambil sebentar di mobil-"

"Tidak!" pak Mahendra menghentikan Denis. "Selesaikan makanmu, satu jam lagi papa ada urusan, jadi kita akan segera pulang."

"Oh, baiklah. Hadiahnya akan aku berikan nanti saja." Denis kembali duduk dan meneruskan makan.

Sisi tersenyum sembari melirik Dewa yang menatapnya dengan tatapan menghunus. Sampai-sampai Sisi kesulitan meneguk ludahnya sendiri karena takut.

Selesai makan malam, keluarga Dewa pamit pulang. Dewa dan Sisi mengantar mereka sampai ke depan rumah sambil memondong hadiah pemberian Denis. Hingga mobil mereka tak terlihat, barulah mereka melangkajkan kaki ke dalam rumah yang baru mereka tinggali satu malam.

Buru-buru Sisi berjalan menjauhi Dewa, tapi Dewa menghentikan langkahnya dengan suara yang lantang.

Sisi membuang napasnya, bersiap mendengarkan amarah sang suami.

"Apa yang kau katakan tadi jauh berbeda dengan yang kita diskusikan semalam. Mau membangkang?

"Maaf Mas Dewa, tapi saya punya banyak alasan untuk tidak bercerai dari Mas Dewa. Posisi saya sulit, tolong dimengerti!"

"Tinggal bilang kau mau pisah denganku di depan keluargaku saja kau tidak bisa. Posisi sulit apa yang kau maksud, hah?"

Sisi menaruh kotak kado biru miliknya di atas meja ruang tamu. Ia berbalik seraya menundukkan kepala.

"Pernikahan ini melibatkan kita berdua. Saya menerima pernikahan ini karena balas budi atas kebaikan ayah yang telah membesarkan saya dan almarhum kakek Anda yang sudah sering membantu keluarga saya. Tolong, mengertilah Mas Dewa. Jangan batalkan pernikahan ini." Meski sebenarnya takut, Sisi tetaplah Sisi, yang selalu berkata jujur apa adanya dan menerima konsekuensi atas perbuatannya.

"Lalu, apa kau juga tidak memikirkan aku. Aku tertekan dengan pernikahan ini. Kau harus tahu, membalas budi tidak hanya dengan cara seperti ini. Ada banyak cara yang bisa kau lakukan untuk membalas budi pada ayahmu atau pada kakekku."

Sisi menundukkan kepala semakin dalam. "Aku tidak memiliki apa-apa, jadi tidak ada cara lain selain ini. Maaf."

Sisi meraih kotak kadonya lalu perlahan meninggalkan Dewa.

"Berapa uang yang kau butuhkan. Aku tahu kalian selalu ada di samping keluargaku karena uang kan? Berapa?!"

Sisi berusaha tidak mempedulikan ucapan Dewa meski sebenarnya ia tersinggung dengan kalimat yang keluar dari mulut Dewa. Sisi dan ayahnya bukanlah keluarga matre, dan Dewa jelas tidak memahami arti balas budi yang dimaksudkan Sisi tadi.

Dewangga dan Sisi. Dua insan yang kini telah terikat ke dalam hubungan pernikahan. Mereka belum pernah bertemu sebelumnya karena Dewangga belajar di Jerman dan baru satu tahun ini ia berada di Indonesia. Sementara Sisi baru saja lulus SMA tahun ini. Usianya baru menginjak 19, terpaut 8 tahun dengan Dewangga.

Karena perjodohan ayah Sisi dan kakek Dewangga itulah yang membuat mereka menikah.

Pernikahan mereka tertutup, hanya dihadiri oleh keluarga dekat mereka saja dan tidak diumumkan ke publik meski keluarga Mahendra adalah salah satu keluarga terkaya di kota mereka.

Dan hari ini adalah hari kedua pernikahan mereka. Dewangga telah merencanakan makan malam ini agar keluarganya mendengar pengakuan Sisilia yang ingin bercerai dan mengakhiri hubungan palsu mereka. Namun rencananya sepertinya gagal gara-gara Sisi yang merubah alur. Dan sepertinya pertemuan malam ini malah semakin mengikat erat hubungan pernikahan mereka.

Terpopuler

Comments

✰͜͡ᴠ᭄⸙ᵍᵏ_ɴuт_Kᵝ⃟ᴸ🦎𒈒⃟ʟʙᴄ

✰͜͡ᴠ᭄⸙ᵍᵏ_ɴuт_Kᵝ⃟ᴸ🦎𒈒⃟ʟʙᴄ

jejakndulubtann

2023-11-21

1

IbuNaGara

IbuNaGara

tingglkn jejak

2023-11-17

0

Ney Maniez𖤍ᴹᴿ᭄ᴰᵁᴼʙᷣʏͧᴛᷤᴀͧᴀͪ☠

Ney Maniez𖤍ᴹᴿ᭄ᴰᵁᴼʙᷣʏͧᴛᷤᴀͧᴀͪ☠

aku mampir

2023-11-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!