PT. NUGRAHA GROUP
Sebuah mobil mercy berwarna berhenti di loby perusahaan Nugraha. Rava Tristian Nugraha, seorang Ceo yang masih muda tapi kepintarannya dalam melanjutkan bisnis yang di bangun oleh papanya dari nol tidak di ragukan lagi, berkat kepemimpinannya saat ini perusahaannya bisa berkembang pesat.
Dia berjalan masuk dengan santai.
"Selamat pagi Tuan Rava". begitulah sapaan para karyawan, Rava hanya membalasnya dengan senyuman tipis hampir tak terlihat.
Tok.. tok.. tok..
"ya, masuk..". jawab Rava
ceklek.. suara pintu terbuka . Ternyata sang asisten Rava .. dia bernama Aldo..
"Tuan, anda sudah di tunggu di ruang meeting ". Ucap Aldo dengan sopannya .
"hem.. baiklah kita langsung saja menuju kesana" .
"maaf semua saya hampir telat, baiklah mari kita mulai meeting hari ini." ucap Rava dengan seriusnya .
Rava memimpin jalannya meeting dengan lancar. Akhirnya meeting berjalan lancar.
Rava kembali ke ruangannya .
****
Di sebuah cafe terlihat seorang wanita yang saat ini tengah sibuk mengecek laporan bulanan dengan seriusnya, bahkan waktu sudah hampir menunjukkan jam makan siang , namun dia belom beranjak dari tempat duduknya. Ya dia Luna Aura Olivia karna berkat kerja kerasnya saat ini dia sudah di percaya menjabat sebagai manager di cafe tersebut.
Drrt..drrrt..
Tiba- tiba bunyi suara hp bergetar. Terlihat nama Rava di layar hp segaralah dia memencet tombol hijau.
"ya hallo." jawab Luna
"hallo sayang lagi sibuk ya dari tadi tidak ada kabar?".tanya Rava
"hemm ya beginilah sayang, kau tau bukan bagaimana pekerjaanku kalau tiap akhir bulan".
"aku tentu tau sayang. oh ya apakah kamu makan siang? ini sudah waktunya makan siang bukan? jangan bilang kamu mau melewatkan makan siangmu?" tanya Rava
"sepertinya begitu aku hampir lupa makan siang, nanti sajalah tunggu ini semua selesai".
" Ya ampun. Tidak ada kata nanti. Aku akan segera datang kesitu. Kita makan siang bareng kebetulan aku belom makan siang" ucap Rava
"eh sayang tidak usah, bukankah kamu sibuk?" tanya Luna
"aku tidak suka penolakan" jawab Rava dengan tegas.
tut.. tut.. bunyi panggilan telah berakhir.
"hemm bagaimana aku tidak jatuh hati padanya coba dia begitu manis" batin Luna dengan senyum manisnya.
****
dret..dret.. bunyi suara hp bergetar.
"sayang, aku sudah di luar. Kita makan siang di luar saja ya" . ucap Rava
"baiklah, tunggu sebentar" jawab Luna sambil mematikan telponnya. Lalu dia membereskan berkas- berkasnya . Dan berjalan keluar menemui kekasihnya .
"hay sayang, yuk masuk" ajak Rava sembari membukakan pintu mobil untuk Luna.
"kita mau makan siang di mana, jangan jauh- jauh sayang. Pekerjaanku belom selesai"
"kita makan siang di restauran dekat- dekat sini saja"
"hem baiklah". jawab Luna dengan pasrah
sampailah di sebuah restoran yang memang banyak di gemari para kaum muda.
Luna dan Rava segera duduk . Dan memanggil seorang pelayan.
"selamat datang di restoran kami. Boleh di lihat menunya. Silahkan mau pesan apa Tuan dan Nona?"tanya pelayan dengan ramah
"hem aku samain aja lah sama kamu sayang" ucap Luna
"oke.. saya pesen nasi dan ayam saus mentega 2 porsi lalu minumannya jus jeruk s
aja juga 2 ya, baiklah itu saja" jawab Rava
"baiklah tunggu sebentar pesanan anda akan segara kami antar". ucap pelayan
" hem oh ya va kau tau restoran di sini dari siapa? aku bahkan tidak tau kalo di sebelah restoran yang suasana seperti ini, nyaman sekali." tanya Luna dengan senyumnya
"sebenarnya ini restoran favoritku dan Dinda, kau tau bukan dia itu badan kecil tapi makannya banyak. Dia mana cukup kalo makan hanya satu menu. Dia itu lucu sekali, bahkan kadang sampai- sampai punyaku dia makan."ucap Rava dengan mengingat kelakuan Dinda kalau lagi makan
" ohh begitu.."jawab Luna
pembicaraan mereka terhenti karena seorang pelayan datang mengantarkan makanan yang mereka pesan. Lalu mereka mulai menikmati makanannya.
****
Di depan sebuah kampus terlihat seorang gadis sedang menunggu taksi.
"Din,kau menunggu siapa". tanya Alisa sahabat Dinda satu jurusan.
"nunggu abang-abang taksi lah. Rese ni kakakku gak bisa jemput masih sibuk. Si mang Asep kan lagi pulkam saudaranya ada yang ninggal. Aku gak di bolehin bawa mobil sendiri kan repot jadinya".sewot Dinda
"kalo gitu gimana kalo kau nebeng aku saja Din. Tapi kita cari makan siang dulu ya. Aku laper banget..."
"oke...aku juga laper banget. Aku ada restoran favorit di sana makanannya enak- enak banget kamu pasti bakal ketagihan" ucap Dinda sambil membayangkan menu makan siang hari ini.
"ya udah kalo gitu buru kamu masuk"
*****
sampailah mereka di restoran yang mereka tuju.
"akhirnya sampai juga cacingku udah pada demo ni" ucap Dinda
"emang cacing bisa demo ya Din?"tanya Alisa dengan polosnya
"Ih ngomong sama kamu mah nanti gak ada ujungnya . Susah jelasinnya? lebih baik kita langsung saja pesan makanannya."jawab Dinda
langsung saja mereka pesan makanan Dinda memesan makanan sampai tiga porsi.
tiba.. tiba dia cekikikan..
"Apa kau waras.."tanya Alisa
"ampun deh nie anak, kau fikir aku gila apa?" jawab Dinda
"habisnya kau ketawa- tawa sendiri ku fikir ada sesuatu yang konslet di tubuhmu"
"emm aku hanya teringat seseorang kalo ada dia aku pesan makanan sebanyak ini . Dia pasti sudah heboh sendiri"jawab Dinda
"ohh begitu.. kelihatannya dia begitu spesial untukmu. sudahlah kita makan saja dulu. Nanti kita ngbrol lagi..
Mereka mulai menyantap makan siangnya.
"Aduh Alisa aku ke toilet dulu ya . Aku kebelet banget."
"perlu ku antar"
"ah tidak perlu, aku sendiri saja. Kau lanjutkan saja makannya." jawab Dinda sambil berlalu pergi ke toilet
****
"ah leganya" ucap Dinda setelah dari toilet
dia kembali berjalan menuju meja dimana Alisa berada. Tiba dia melihat sepasang seorang kekasih yang sedang bercanda, terlihat raut wajah bahagia di antara mereka. bahkan seorang tengah mengusap bibir sang wanita, mungkin habis membersihkan sisa saos yang menempel.
"kak Rava dan Luna mereka makan siang di sini. Ku fikir restoran ini akan menjadi menjadi tempat makan favoritku dengan kak Rava. ih berfikir apa sih aku ini. Bukankah Luna lebih berhak segalanya dari kak Rava. Aku ini siapa? Bodoh kau Dinda . Kau terlalu memimpikan sesuatu yang tak mungkin bisa kau gapai. Mereka terlihat begitu serasi bukan. Yang satu begitu tampan yang satu begitu manis. Aku terlalu iri sama Luna, andai saja aku bisa menjadi Luna. Ya Tuhan ini sungguh menyakitkan, aku harus segera pulang."batin Dinda berkaca - kaca matanya menahan sesuatu yang mungkin sebentar lagi keluar sambil berlalu pergi
"Alisa kita pulang aja yuk, aku tiba-tiba teringat sesuatu di rumah aku harus bantuin mamaku, kebetulan hari ini mau ada tamu." ucap Dinda sambil mengambil tas dengam tergesa-gesa.
"tapikan makananmu belom habis Din.?"
"aku sudah kenyang. kalau kamu masih ingin di sini aku pulang pake taksi saja" ucap Dinda sambil berlalu pergi
"ehh tunggu Dinda. aku juga mau pulang koq". jawab Alisa
bersambung...
maaf ya tulisannya masih acak2an..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Widia sari🐣
seru banget aku ampe kasihan ke si dinda
2024-11-01
0
viuttt
sumpahhh kaya liat diri sendiri
2024-12-25
0
Welda Arsy❤
aku mampir thorrr di novel mu😘
2023-03-17
0