Mobil hitam lekat itu nampak tak asing, Arini yang tadinya ingin masuk ke dalam rumah jadi diam di tempatnya, ketika pria berpakaian abu abu pekat berlari ke arahnya.
"Syukurlah dapat info alamat mbak Arini juga, saya di suruh den Theo untuk cari alamat mbak Arini. Katanya Mbak Arini cepat kembali, jangan lama lama cutinya!"
Ah .. Saat interview kerja Arini memang mencantumkan alamat tempat tinggalnya, yang membuat Arini tidak banyak tanya lagi.
Arini pun melihat ponselnya yang memang mati, sedari kemarin malam sejak jadi pengantin dadakan memang belum sempat ia cas daya baterainya. Hingga Arini senyum dan mencoba menolak halus untuk saat itu.
"Begini pak Rojak, sepertinya saya belum bisa. Karena ada beberapa hal yang harus saya urus, saya minta maaf!"
"Beneran ga bisa ya mbak Arini, saya harus bilang apa sama den Theo. Kalau soal anak anak mah jangan diambil hati mbak, saya tahu kinerja mbak Arini, bahkan bibi juga jelasin sama juragan Theo, tapi saya harap sih mbak Arini bisa datang dan berubah pikiran besok. Den Theo minta mbak Arini datang soalnya dan temui den Theo!"
Deg ..
"Terimakasih atas infonya ya pa Rojak. Saya permisi dulu kalau begitu!"
Rojak terdiam, menatap ibu warung yang hampir kepo. Dimana kembali ke mobilnya dan pergi dengan tangan hampa, sementara Arini ia duduk di belakang pintu dengan menangis, ada rasa sakit ketika ia kembali ke mansion tersebut, meski ia sangat butuh. Tapi pikirannya kali ini sedang tidak ingin apa apa selain kondisi adiknya yang harus ia jaga, kondisi adiknya yang harus ia rawat dengan baik.
'Ardan lebih penting, untuk apa aku bekerja. Tapi kelak nanti Ardan juga akan berobat jalan di rumah, ini mustahil jika aku kembali bekerja, sementara nanti Ardan akan terlantar.'
***
Dan di tempat lain, Theo yang kerap kali menunggu di pintu gerbang. Ia melihat Rojak sudah kembali, dimana mata nya tajam, menoleh ke arah supirnya itu tanpa ada pengasuhnya yang kembali.
"Den .. Maafkan saya! Tapi mbak Arini menolak, dia bilang untuk saat ini tidak bisa, katanya sedang ada urusan yang harus ia lakukan, tidak bisa kembali dalam waktu dekat."
"Hah .. Hanya pengasuh bodoh yang menolak tawaran ini! Apa dia sibuk seperti orang kantoran, kalau dia banyak uang tidak mungkin melamar kerja jadi pengasuh." kesal Theo yang marah dan ingin masuk.
'Apa dia sengaja menghindar, selain kerjaan dia itu pengasuh, udah jelas dia sah dan harus urus keperluan gue juga. Apa dia bodoh atau gimana, atau sengaja bikin gue marah.' batin Theo.
"Lo mau kemana?" tanya Wisnu.
"Menarik pengasuh, dia harus tahu cara balas budi yang sesungguhnya!"
Hah ..
Wisnu pun mengekor, dimana menahan Theo untuk jaga sikapnya yang masih seperti ini.
"Theo, dia mungkin bukan pebisnis dan kaya menghasilkan banyak uang seperti Lo, tapi lihatlah satu sisi yang harusnya lo pahami! Kata kata lo ini bikin orang sakit hati, rendahkan orang bikin orang enggak untuk kembali, biar gue bujuk Arini. Gue yang pergi minta Arini balik kesini!"
'Eh .. Apa apan dia udah jadi istri gue, mau disamperin Wisnu?' tak percaya.
"Wisnu .. Gue aja yang ke rumah petaknya, tolong jaga anak anak. Gue janji bakal berkata lebih sopan lagi!" teriak Theo membuat langkahnya berhenti.
"Lo yakin ga bersikap kasar sama Arini?"
"Cch .. iya, gue bakal bujuk dia. Besok harus ke monaco, ga ada cara lain buat dia sekarang datang ke mansion ini. Lo masih ga percaya hah ..?"
"Hah .. Ya udah, cuma heran aja. Ini pertamakalinya lo samperin pengasuh, lo ga sembunyikan sesuatu kan dari gue?" teriaknya tapi tak di gubris.
Ck ..
Lagi lagi Wisnu menahan geram, apalagi sikap gengsinya kembali di tampilkan. Apalagi saat anak anak ikut keluar membawa mainan, membuat Wisnu lembut untuk membawa masuk anak anak ke dalam dan tak jadi mencari alamatnya Arini, karena sudah oleh Theo.
Sementara di tempat lain, Arini malam ini masih sibuk membuat kue, dimana setelah adonan matang, ia mencoba memotong sedikit sedikit untuk ia bagi ke beberapa warung. Namun saat itu matanya melirik ke arah pintu, yang mana ia yakin bukan ketukan pintunya.
Tok ..
Tok ..
"Malam malam begini siapa yang datang, apa pak Rojak kembali lagi?"
Terpaksa Arini melepas sarung tangan, masih mode celemek dengan ikatan rambut yang membulat di kepalanya setelah mematikan oven dari kompor.
"Ya ada a-ap a..?" terdiam mata Arini, saat pria di depannya berdiri.
"Pak Theo .. Eh .. Maaf Tuan .. Ada apa ya?"
"Hah .." ingin marah, emosi Theo benar benar membendung, jika bukan karena ia butuh sudah pasti ingin memaki pengasuh tidak tahu diri ini, karena ini pertama kalinya ia memohon pada seorang pembantu untuk kembali bekerja.
"Rojak sudah beritahu kan?"
"Eh soal itu, maaf jika saya tidak sopan. Tapi keadaannya saya harus lebih lama di rumah sampai waktu yang tidak tentu, sebab .."
"Apa seperti ini tugasmu setelah lunas uang kemarin, kau lupa kau berhutang apa padaku saat ini?"
"Eh .. Berhutang apa?"
"Kau istriku, meski belum banyak yang tahu. Kau harus lakukan tugasmu, kembali ke mansion. Urus keperluan anak anak, dan aku!"
Deg ..
"Eh .. Apa maksudnya?"
"Pak .. Eum .. Theo, maksud saya .. kita hanya .. Kemarin itu ..?" gugup Arini.
"Tiga bulan, kamu bisa bebas jika situasi benar benar tidak baik. Keperluan anak anak dan diriku, sekarang tugasmu! Jadi kembalilah sebelum saya tarik malam ini!"
Hah ..
Arini terdiam, sebab jika ia terima lalu bagaimana Ardan, artinya ia tidak bisa menjenguk Ardan setiap hari. Lalu bagaimana kedepannya jika ia tidak muncul Ardan akan mencarinya pasti, apalagi selama tiga bulan. Bagaimana bisa Ardan hidup sendiri?!
"Diam .. Artinya tidak setuju, atau .. Ingat ini pertama kali saya menginjak kaki, karena kandidat seperti mu istimewa saya beri kesempatan. Itu karena kau sudah jadi bagian istimewa .. Istriku!" bisik Theo, membuat Arini merinding.
Eh .. Mata Arini beringsut tak percaya, memang omongan majikan selalu membuat sakit meski mereka tak sadar.
"Apa bisa tidak malam ini?"
Arini mundur ingin masuk ke rumah namun pintu ditarik, Arini terpaksa ingin masuk ditahan oleh lengan Theo, dimana terjadi tarik menarik dan Theo melepas membuat Arini jatuh.
Brugh ..
Aw ..
Mata Theo terbuka lebar, melupakan Arini yang jatuh, dimana kontrakan petak itu ia melihat sebuah box kue berserakan, dan kue yang sudah jadi yang membuat Arini terdiam, apalagi tak enak seisi rumahnya berantakan.
Jadi karena ini .. ?! tanya Theo, membuat Arini diam.
BERSAMBUNG ..
💥 Happy Reading All ..💥
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussabsr
2024-04-05
2
obiz
takut kehilangan disangka resign kali atau merasa dah nikahin kudu di sampingnya mulu😔
2023-11-20
1
Usi gonzales
batin teo udah akuin arini istri gue kagak mau disabet wisnu🤭🤭
2023-11-19
0