Mobil pun berhenti di depan sebuah rumah yang sangat megah dan mewah. Yang bercatkan serba putih, dengan taman dan halaman yang tertata rapi.
Aku diam terpaku saat mataku melihat bagunan putih nan mewah yang ada di hadapanku saat ini. Bagaimana tidak, ini bukan yang pertama kalinya aku datang kerumah mewah ini.
Aku sudah berkali-kali bertamu kerumah mewah ini. Tentunya, hanya sebagai tamu dan bukan sebagai orang yang akan menetap.
Tapi kali ini, suasananya sangat amat berbeda. Aku datang sebagai penghuni baru yang akan menetap di rumah ini.
"Kaila, ayo masuk! Jangan bengong di sini aja dong," kata Adya membuat aku tersadar dari lamunan masalalu yang kini hanya akan jadi kenagan pahit saja.
"Oh iya, ayo!" ucapku dengan nada lemah tanpa semangat.
Aku mengikuti langkah kaki Adya untuk masuk kedalam rumah mewah ini.
"Selamat datang di tempat tinggal baru kamu sayang. Mama harap, kamu bisa nyaman tinggal di sini ya," ucap mama dengan sangat ramah menyambut aku masuk kedalam rumah.
"Terima kasih banyak, tante."
"Lho, kok tante sih Kaila. Sekarang, kamu itu tidak boleh panggil tante lagi. Kamu harus panggil mama sekarang."
"Eh, iya ma. Maafkan Kaila," ucapku dengan rasa bersalah.
"Mama, Kaila kan butuh penyesuian diri juga. Jadi, mama jangan paksa dia yah," kata Adya dengan lembut sambil memegang kedua belah bahu mamanya.
"Iya, mama tahu. Mamakan hanya memberitahukan Kaila, apa yang harus dirubah."
"Iya, mama Adya juga tahu lho."
"Ih, kamu ini. Selalu saja begitu sama mama, tidak mau mengalah dengan mama sendiri," ucap mama dengan manja.
Di sini, aku melihat satu hal yang sangat berbeda antara mas Adya dengan Bram. Padahal, yang aku tahu, Bram adalah anak kesayangan keluarga ini. Tapi mama dan Bram, tidak sedekat dan sehangat apa yang mama lakukan dengan Adya.
Mama dengan Bram tidak pernah bercanda dan bermanja seperti saat ini. Bram tidak pernah menunjukkan sikap hangatnya pada mama.
"Hayo ... melamun lagi kamu ya ...." kata Adya menyentuh hidungku dengan sangat nakal.
"Ya ampuuun, kenapa kamu berani sekali di depan mama mas," ucapku dengan sangat kaget.
"Lah, apa salahnya kalau aku berani di depan mama. Dia adalah mama aku," kata Adya dengan bangga.
"Mama gak liat kok Kaila, kamu tenang aja," ucap mama sambil tersenyum menggoda aku.
Ya ampun, aku tidak bisa berkata apa-apa. Selain tersenyum sambil menahan rasa malu yang sangat kuat.
"Wajah kamu kok merona ya Kaila," kata Adya menganggu aku lagi.
"Ng ... ngak kok," ucapku gelagapan.
"Sudah Adya, jangan ganggu Kaila lagi. Ayo bawa Kaila kekamar kalian," kata mama sambil terus tersenyum.
Aku benar-benar malu saat ini. Kenapa Adya bisa berubah menjadi sangat aneh saat berada di depan mamanya. Kenapa ia tidak seperti saat kami berdua saja.
"Kaila, ayo ikut aku kekamar. Jangan melamun lagi, tidak baik," kata Adya sambil berjalan mendahului aku.
Ya ampun, itu laki-laki benar-benar bikin aku malu dan kesal malam ini. Bisa-bisanya ia bilang seperti itu padaku saat berada di depan mamanya.
"Ma, Kaila pamit kekamar dulu ya."
"Iya nak, istirahatlah di kamar ya."
"Iya ma."
Aku meninggalkan mama di sana. Mama terus tersenyum saat melihat aku berjalan di belakang Adya.
Entah apa yang mama pikirkan saat ini, aku juga tidak tahu. Karna mama terlihat lebih bahagia saat aku dengan Adya, dibandingkan saat aku datang dengan Bram sebelumnya.
"Kaila, ini kamar kita," ucap Adya saat kami berada di sebuah kamar yang lumayan besar dan lengkap dengan isinya.
"Kamar kita?"
"Iya, kamar kita. Kenapa?"
"Tidak, tidak ada apa-apa."
"Kaila, kita tidak mungkin tinggal di kamar yang berbeda. Karna di rumah ini, tidak hanya dihuni oleh kamu dan aku."
"Iya, aku tahu soal itu."
Aku pun melihat sekeliling kamar yang luar itu. Ada dua kemari dan hanya ada satu kasur di sini. Bagaimana aku bisa tidur satu kasur yang sama dengan Adya.
"Kamu bisa susun semua barang kamu di lemari itu," ucao Adya sambil menunjuk salah satu lemari.
"Apakah hanya ada satu ranjang saja di kamar ini mas?"
Adya tersenyum saat aku bertanya soal ranjang yang hanya ada satu.
"Kaila, mau berapa ranjang dalam satu kamar. Jelas saja hanya akan ada satu ranjang saja," ucap Adya sambik terus tersenyum.
"Baiklah, aku akan tidur di bawah saja kalau begitu."
"Tidak perlu tidur di bawah Kaila. Kita bisa tidur satu ranjang berdua. Dengan istilah, kita akan berbagi ranjang untuk tidur."
Aku kaget dengan usul yang Adya katakan. Aku tidak yakin untuk tidur satu ranjang dengan laki-laki.
"Aku tidak setuju dengan rencana berbagi ranjang itu mas. Kedengarannya, tidak menarik."
"Jangan pikirkan menarik atau tidak. Kita tidak mungkin tidur terpisah kamarkan? Lagian, tidak ada salahnya kalau kita berbagi ranjang. Kita akan membuat batasan, agar tidak saling bersentuhan."
Walau berat hati, tapi aku tetap menerima rencana berbagi ranjang yang mas Adya katakan. Aku pikir, tidak ada salahnya kalau aku dan mas Adya tidur satu ranjang yang sama. Toh, kami akan membuat batasan, agar kami tidak saling bersentuhan.
Lagian, aku akan terlalu egois, kalau membuat ia mengalah nantinya. Mungkin ia tidak akan membiarkan aku tidur di bawah. Karna, setiap laki-laki pasti akan mengalah pada perempuan. Itu laki-laki yang punya hati sih, kalau yang tidak mengalah itu, yah tahu sendirilah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
KAYLA SOSOK PILIHAN ORTU BRAM/ADYA ,UDAH PASTI KAYLA DI TERIMA BAIK DLM KELUARGA INI,TERUS GIMANA DENGAN NASIB NYA MAYA..🤔🤔
2025-01-18
0
Qaisaa Nazarudin
Moga aja Adya benaran baek ya sama Kayla..
2025-01-18
0
🍓🍓🍓
ntar pas tau kaila adya bahagia si bram menyesal krna pilihanya gak sesuai ekspetasinya😆 kebanyakan cerita novel mah gitu bucin ama batu krikil rela membuang berlian😆
2022-04-08
2