Turin Italia, Colloseum tempat Keira rehearsal
"Kita menunggu Signora Wyatt disini, Signor?" tanya Joe ke Savero.
"Tidak. Kita ke hotel. Apakah kamu sudah minta jalan masuk tersembunyi? Supaya paparazi tidak ada yang tahu?" Savero menoleh ke arah asistennya.
"Semua siap, Signor."
***
Principi de Piemonte Hotel Turin
"Miss Vevina mau kemana?" tanya Gwen saat melihat Vevina memegang gagang pintu kamar hotel dengan sedikit berjinjit.
"Veve bosan di Kamal. Pengen jalan-jalan tapi nggak tulun kok. Cuma di lantai sini saja..." pinta Vevina dengan wajah memelas.
"Yuk sama aunty Gwen tapi aunty ambil card-nya dulu." Gwen lalu mengambil card dan selendangnya, dan membuka pintu kamar hotel mereka. Vevina biasa berjalan-jalan di lorong lantai kamarnya setiap menginap di hotel.
"Mau lihat apa Miss Vevina?" tanya Gwen sambil mengikuti nona kecilnya.
"Lihat pemandangan dari sini..." Vevina naik ke atas sofa dan melihat pemandangan kota Turin dari jendela lorong lantai hotel.
"Memangnya di kamar nggak terlihat?" goda Gwen.
"Nggak telalu kelihatan... Ini bagus. Veve bisa gambal nih. Aunty Gwen, yuk ambil buku gambal dan klayon dulu ..." Vevina menarik tangan pengasuh nya yang hanya tersenyum mengikuti kemauan gadis cilik itu.
Disaat Vevina dan Gwen berbelok menuju kamar mereka, suara lift tiba di lantai itu terdengar dan Savero keluar bersama dengan Joe. Sekilas pria itu melihat sekelebat bayangan gadis cilik yang berjalan dengan seorang wanita.
Vevina.
Savero berjalan cepat untuk melihat bayangan itu tapi hanya suara pintu tertutup yang terdengar.
"Signor...?" Joe menatap Bossnya bingung.
"Kamu... Tidak melihat ada anak kecil lewat?" Savero menoleh ke arah Joe.
"Maaf Signor, aku tidak melihatnya..." jawab Joe.
Savero mengusap dagunya. "Mungkin hanya perasaan aku saja."
"Mari kita ke kamar, Signor." Joe berjalan di depan Savero menuju kamar yang akan ditempati mereka berdua.
***
Savero baru saja menyelesaikan mandinya saat mendengar suara ponselnya. Pria berwajah dingin itu mengangkat panggilannya sambil memandang pemandangan malam kota Turin. Savero yang hanya mengenakan bathrobe dan celana panjang training, hanya menggumam saat lawan bicaranya berkata macam-macam.
"Darimana kamu dapatkan sertifikat kelahiran Vevina?" tanya Savero ke informannya yang dia utus di New York. "Jadi nama ayah adalah aku?" Pria itu tersenyum senang karena Keira tetap mengakui bahwa dirinya ayah Vevina. Berarti Keira adalah tipe wanita setia, hanya aku saja yang bersamanya.
"Tapi kenapa di paspor tertulis O'Leary, kenapa bukan Wyatt?" tanya Savero lagi. Pria itu mengangguk lagi. "Jadi O'Leary nama belakang Ayah Keira tapi Kei tetap memakai nama gadisnya di Paspor... Oke. Kirim datanya padaku. Thanks informasinya."
Savero meletakkan ponselnya diatas meja kopi. Mata biru kehijauannya tampak melamun di depan jendela kamarnya. Sejujurnya, Savero tidak tahu apa perasaannya sekarang. Bahagia? Sedih? Marah? Kesal? Rindu? Sungguh Savero tidak tahu. Kenyataannya dalam waktu kurang dari 24 jam dia memiliki seorang putri, benar-benar membuatnya shock.
Suara notifikasi iPadnya, membuat Savero menoleh dan melihat email yang baru saja dikirimkan padanya.Pria itu tersenyum saat membaca email yang datang.
Ternyata benar-benar Vevina adalah putri kita, Keira.
Savero semakin bertekad untuk mendapatkan hak asuh Vevina dari Keira. Bagaimana pun, dia ayahnya dan Vevina berhak mendapatkan nama belakang Victor, bukan O'Leary.
Savero membuka pintu kaca yang menutup balkon kamarnya lalu mengambil sebuah rokok dan menyalakannya. Savero menghisap batang putih itu lalu menghembuskan asapnya ke udara malam.
Jika aku harus berhadapan dengan Keira di pengadilan, dia pasti kalah tapi aku tidak mau kami harus berseteru di depan hakim. Savero menghisap rokoknya dalam-dalam lalu mengeluarkan asapnya dari mulut dan lubang hidungnya yang mancung.
Akan aku bawa Keira dan Vevina ke depan Nonna agar tidak ribut. Toh aku sudah mau 35 tahun dan sudah memiliki anak. Tinggal membawa Keira ke depan altar... Tapi tampaknya, aku harus bisa meyakinkan Keira ... Dekati Vevina dan kamu akan mendapatkan Keira. Savero tersenyum smirk.
Aku akan pindah ke New York.
***
Keira tiba di kamar hotelnya menjelang jam sembilan malam dan melihat Vevina sudah terlelap di atas tempat tidurnya. Mata coklat Keira tertegun melihat corat-coret putrinya yang menggambar pemandangan kota Turin. Meskipun baru berusia lima tahun, tapi Keira mengakui putrinya sangat cerdas apalagi tentang prespektif pemandangan dan bangunan.
Keira tidak heran jika suatu hari nanti Vevina akan menjadi seorang arsitek atau desain interior seperti Omanya, Kimberly, atau mungkin malah seniman seperti dirinya.
"Gwen..." panggil Keira.
"Ya nyonya?" Gwen pun menghampiri Keira.
"Tolong simpan gambar karya Veve. Sesampainya di New York, kita pigura dan dipasang di ruang piano" jawab Keira sambil menyerahkan gambar Vevina ke Nanny nya.
"Baik nyonya. Gambar Miss Vevina makin hari makin bagus... Apakah nyonya jadi memasukkan Miss Vevina ke kelas seni anak-anak besok?" Gwen sempat mendengar Keira membicarakan rencana memasukkan Vevina ke kelas seni untuk anak-anak sebagai kegiatannya diluar sekolah formal bersama dengan Doogie dan Kimberly.
"Maybe. Tapi semua kan tergantung Veve. Anak satu ini kan moodyan..." senyum Keira sambil mengusap rambut merah Vevina.
"Saya tidak heran jika Miss Vevina punya jiwa seni yang tinggi karena anda juga seniman, Nyonya..." senyum Gwen.
"Kamu benar, Gwen ..." jawab Keira sambil duduk di pinggir tempat tidur menatap wajah putrinya.
Mungkin jiwa senimu warisan dari Daddymu, Ve...
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
amilia amel
bener banget bang savero... deketin anaknya nanti mommynya ngikutin..
good job
2023-11-04
4
Elsa Fanie
aq dukung savero 💪💪💪😊,buat KK Hana 🙏🙏🙏 makasih 😊😊
2023-11-03
2
ꍏꋪꀤ_💜❄
awas aja sampe ngajak debat di pengadilan....
minta di sleding beneran berarti
2023-11-03
2