Kelas Raiden dan Nada baru selesai, mereka berdua berjalan di koridor kampus.
"Nad kita kerjain laporannya barengan aja yuk" ucap Raiden. Meraka disuruh membuat laporan bulanan oleh dosen.
"Kapan?" tanya Nada.
"Bulan depan!" ucap Raiden kesal " Ya sekarang Maemunah, Pumpung kita pulangnya cepet."
"Lo taukan kalau nulis laporan tu super, duper, ribet. Mana siap satu hari den".
"Gak siap hari ini, lanjut besok. Lagian tugasnya di kumpul hari senin"
"Ya uda, gue nelpon Om Saga dulu, entar dia nyariin lagi. Kalau gue gak ngomong"
Raiden memutar bola matanya malas mendengar nama Saga "iya deh"
Belum di angkat, berkali-kali Nada menghubungi, tapi tak kunjung di angkat oleh Saga.
Saga yang sedang melatih para prajurit baru di kesatuan pun menatap ponselnya yang terus berdering.
Mendapat panggilan dari Nada. Wajahnya menjadi kaku, menatap layar ponsel. Lagi-lagi mimpi itu terngiang di kepalanya. Padahal Nada juga tidak tau akan mimpi itu dan juga mimpi itu bukan salahnya, bukan maunya. Semua pria juga pernah mimpi basah dan itu normal. Tapi Saga terlalu malu mengingat itu semua.
Ia menolak panggilan tersebut dan memasukkannya ke dalam saku celananya.
Jujur Nada sedikit kesal karena Saga menolaknya. Nada akhirnya mengetik pesan WhatsApp pada Saga, lalu mengirimnya.
Ting!
Notif WhatsApp dari ponsel Saga berbunyi. Pesan dari Nada.
Assalamualaikum, Om kayaknya aku pulang nanti sedikit larut, aku mau ngerjain tugas laporan dari dosen bareng Raiden.
Istri cantikku❤
Saga mengerutkan keningnya membaca pesan dari Nada.
^^^Berdua aja sama Raiden?^^^
^^^Saga^^^
Saga membalasnya dengan secepat kilat.
Iya
Istri cantikku❤
Saga membulatkan matanya, membaca pesan itu. Istrinya akan berdua-duaan dengan pria lain. Oh no! Enak saja berdua-duaan dengan cowok lain, apapun alasannya Saga tidak akan membiarkan mereka hanya berdua.
"Dirga lanjut memimpin latihan, saya ada urusan sebentar" ucap Saga pada salah seorang lettingnya.
"Siap, laksanakan!" ucap Dirga tegas.
Saga pun langsung meninggalkan lapangan, menghubungi Nada. Segera Saga membuang jauh-jauh rasa malunya tadi.
"Ehm, assalamualaikum" salam Saga.
"Waalaikumsalam"
"Kamu mau ngerjain tugas berdua aja sama Raiden?" tanya Saga to the point.
"Iya"
"Gak boleh!" tegasnya.
"Lah, kenapa?"
"Bukan muhrim"
"Astaga" Nada menyibakkan rambutnya yang tergerai ke belakang merasa frustasi dengan penuturan Saga. "Aku mau ngerjain tugas loh Om! Gak usah bilang bukan muhrim deh, toh aku kenal Raiden, dia anaknya baik"
"Apa kamu tau? Semua pria di dunia ini itu seperti singa termasuk saya dan Raiden. Mau kamu mengenal seperti apapun dia, dia tetap liar. Sekali kamu lengah, dia bakalan nerkam kamu"
"Om kali yang singa, galak!"
"Nada!" pekik Saga geram merasa kesal dengan Nada, giginya bahkan beradu menimbulkan bunyi sangking geramnya. "Gak usah ngeyel di bilangin" final Saga.
"Iya deh iya, kita bakalan ngerjain tugasnya di kafe deket kampus aku aja, yang rame. Supaya gak di terkam!" ucap Nada penuh penekanan dengan kata terkam.
"Iya, minta temenin Tasya kalau perlu, supaya gak berdua-duaan"
"Iya Om" patuh Nada dengan ogah-ogahan.
"Satu lagi, saya beri waktu maksimal jam 10 malam, kalau lewat 1 detik aja. Kamu tidur di luar!"
"Gak bisa gitu dong Om, dikira ngerjain laporan itu gampang!" emosi Nada kian tak terbendung. Apa-apaan dah masak sampai jam 10. Hello, demi masa depan loh ini?!
"Gak ada alasan"
Nada berpikir sejenak, "ya uda, nanti aku nginep di rumah Tasya aja" ucap Nada, menemukan jalan keluar.
"Gak saya izinkan" ucap Saga penuh penekanan.
Nada memegang kedua pelipisnya frustasi, bisa-bisa darah tingginya naik saat itu. "Maunya Om Saga itu apa si? Aku pulang malem gak boleh, aku mau nginep di rumah Tasya juga gak boleh. Om pikir ngerjain tugas laporan itu gampang?" sungguh kepalanya sudah mendidih sekarang.
"Kalau belum selesai, nanti saya bantu selesaikan tugas kamu di rumah"
"Emang Om ngerti soal kedokteran?"
"Makannya belajar biar ngerti"
"Halah, Om mana bisa" Nada malah meremehkan sang suami.
"Nada!!" bentak Saga di sebrang sana sudah benar-benar geram.
Nada pun terkejut. Ia langsung terdiam saat Mendengar bentakan dari Saga yang seperti Auman singa. Karena kalau Saga marah itu menyeramkan.
"Saya sudah bolehin kamu ngerjain tugas dengan pria lain, tapi tidak boleh berdua-duaan, saya izinin kamu ngerjain tugas, tapi harus ingat waktu. Kalau kamu gak bisa nyelesaikannya, nanti saya bantu di rumah. Patuhi suami!"
"Iya" Nada yang masih syok, hanya mengiyakan perkataan Saga.
" Ya sudah, saya tutup, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Otak Nada masih ngebleng gara-gara bentakan Saga yang seperti Auman singa.
Raiden yang melihat Nada sudah menjauhkan ponsel dari telinganya pun menghampiri Nada.
"Uda siap izinnya ibu negara?"
Nada hanya mengangguk.
"Dikasih?"
Nada masih mengangguk.
"Izin buat nulis laporan aja segitu panjangnya ya Nad prosesnya, lebih panjang dari ngurus SIM" ledek Raiden.
"Bisa diem gak, entar gue sumpel tu mulut sama tai"
"Diih jorok!"
"Kita ngerjain laporannya di kafe aja ya den"
"Lah kenapa? Di rumah gue aja Nad, supaya tenang"
"Bukan muhrim!"
"Astaga! Lo kira gue bakalan macem-macem sama lo?"
"Kan mana tau, hati manusia gak ada yang tau den"
"Ya ampun, seudzon aja lo sama gue"
Nada menggidikkan bahunya. "Sekalian kita kumpul bareng Dimas sama Tasya. Supaya rame"
"Ya namanya bukan ngerjain tugas dong Nadadodol, tapi nongkrong"
"Nurut aja napa si den, susah amat"
"Iya deh iya. Ribet banget dah bini orang" Raiden pun pasrah.
Akhirnya mereka mengerjakan tugas di sebuah kafe dekat kampus. Di sana juga ada Dimas dan Tasya.
"Otak lo berdua gak pusing apa belajar beginian? Kok gue mah, udah bumpet. Ngerjain laporan yang begini modelnya" ucap Tasya melihat kalimat demi kalimat yang di ketik oleh kedua manusia yang otaknya satu spesies tapi beda gender itu.
"Kalau lo mah goblok sya, pinternya cuma apa?" Dimas.
"Mabok" jawab Tasya sekenanya.
"Ha itu, otak lo gak bisa disamakan sama otak ni bocah bedua" Dimas.
"Bisa diem gak?" Raiden melirik Dimas dan Tasya dengan lirikan maut. Ia sudah pusing akan tugas yang di berikan dosennya, malah di tambah bikin pusing oleh 2 human tolol di hadapannya ini.
"Lah, tadi kita disuruh kesini, ya jadi ribut deh kita" Tasya menjawab.
"Iya mulut kalian berdua itu kayak ember rompeng" ledek Raiden.
"Bangsat! Kayak mulut lu bener aja!" balas Dimas sambil melempar sedotan ke arah Raiden.
Nada masih diam, ia masih berkutat dengan laptopnya.
"Gak bisa konsentrasi gue karena kalian ribut!" omel Raiden.
"Ya uda deh, kita pergi aja, yuk Dim" Tasya pun bangkit menarik Dimas yang kini beralih sibuk ngunyah.
"Tasya!" panggil Nada yang sejak tadi diam, Tasya pun berbalik. "Duduk" lanjutnya menyuruh Tasya duduk. "Gue butuh lo disini! Entar suami gue marah kalau cuma berdua sama Raiden"
Tasya pun duduk kembali di kursinya.
"Posesif amat laki lo. Lagian dia juga gak akan tau kalau lo berdua sama Raiden" timpal Dimas.
Nada menggidikkan bahunya dan kembali mengerjakan tugas laporannya.
Benar saja, tidak terasa waktu semakin larut. Sudah hampir jam 10 malam.
Dret! dert!
Ponsel Nada berbunyi. Saga menghubunginya.
"Assalamualaikum, Kamu dimana? Nada pulang sekarang! Atau malam ini kamu tidur di luar, awas aja kalau nginep! Gak saya kasih ampun kamu" ucap manusia super disiplin di seberang sana, ia bahkan tidak memberikan jeda untuk Nada menjawab salamnya.
Sepontan Nada melihat layar setelah mendengar perkataan Saga, ponselnya sudah menunjukkan pukul 21:45 malam. Seketika matanya membulat sempurna.
"Waalaikumsalam, iya Om aku pulang sekarang!" pekik Nada panik.
Nada langsung memutuskan panggilan tersebut tiba-tiba. Ia pun mengemas semua buku dan laptopnya ke dalam tas.
"Sya, anter gue pulang" ucap Nada.
"Lah, Nad tugas laporan kita belum selesai loh ini" kesal Raiden.
"Suami gue sebentar lagi tanduknya bakalan keluar, kalau gue sampai pulang telat! Ayo sya, sebentar lagi jam 10 ni"
"Nginep aja Nad di rumah gue entar"
"Lo mau ngancurin rumah tangga gue! cepat anterin gue yuk, besok gue traktir deh makan. Terserah lo mau makan apa" Nada menarik paksa Tasya.
"Oke, beneran ya awas aja kalau lo bohong" ancam Tasya.
"Iya sya, iya. Udah ayo buruan entar gue gak di kasih pintu".
Mereka akhirnya meninggalkan Dimas dan Raiden di kafe tersebut.
Hari ini jalanan sedang padat oleh kendaraan.
"Astaga, buruan sya, tinggal 10 menit lagi ni waktu yang tersisa" pekik Nada yang khawatir.
"Kayak ikutan kuis aja lo, sisa 10 menit" ledek Tasya. "Lo gak liat tu, jalanannya padet, mobil mana kayak motor Nad, bisa sat set, sat set"
"Ha, tu uda sepi, buruan salip sya!" pekik Nada sambil menunjuk Cela di depan mereka.
"Jangan buru-buru Nada, entar kita bahaya" ucap Tasya.
"Ck, gue gorok mau lo? Gue yang entar dalam bahaya sya"
"Kenapa?"
"Di suruh tidur di luar entar"
"Serem banget suami lo"
"Ha itu, makanannya buruan"
Tasya pun menginjak pedal gas, kecepatan mobil itu pun seperti peluru.
Sampai di depan kesatuan mereka malah menabrak pengendara kereta.
Gubrak!
"Astaga Nad, mati deh tu orang"
Tasya dan Nada buru-buru turun dari dalam mobil. Para tentara yang berjaga di pos pun menghampiri mereka.
"Ada yang luka pak?" Tutur Nada lembut, melihat pengendara motor itu yang duduk di atas aspal.
"Lecet-lecet doang neng" jawab pengendara motor tersebut.
Sementara Tasya hanya diam di belakang Nada. Ia sedikit ketakutan.
Salah satu tentara menelepon Saga, mengatakan kalau Nada sedang mengalami kecelakaan di depan kesatuan.
Saga pun buru-buru lari keluar rumah, menuju pos jaga.
Ia melihat istrinya yang sedang mengobati luka pengendara motor tersebut. Saga hanya diam berdiri sambil mengamati, tanpa memanggil Nada.
Nada yang begitu telaten mengobati pengendara motor itu pun akhirnya selesai. "Maafkan kami ya pak sebelumnya, kita bakalan ganti rugi deh, atas kerusakan motornya"
"Iya neng gak papa kok. Lain kali naik mobilnya jangan kebut-kebutan ya, bahayain orang" ucap pengendara motor itu menasehati.
Nada pun berdiri dari jongkoknya. Melihat ke belakang ternyata Saga sudah berdiri disana.
"Ayo pulang sekarang" titah Saga.
"Aku pulang duluan ya sya" Nada pun mengikuti langkah kaki Saga.
Mereka pun sampai di depan rumah.
"Ngapain juga naik mobil kebut-kebutan ?" tanya Saga.
"Kamu nanyak?" ala Alif cepmek. "Mas kan yang nyuruh aku pulangnya Jangan telat, ngancem bakalan tidur di luar, nanyak lagi kenapa aku ngebut?" Nada berbicara dengan nada pelan.
"Suruh siapa pulang telat!" ucap Saga dengan galaknya sambil membuka pintu rumah.
Nada hanya diam berdiri diteras rumah, sementara Saga sudah masuk dan sedang berada di ambang pintu.
"Ngapain masih berdiri disana? cepat masuk!"
"Tapi tadi mas bilang, kalau aku pulang telat, bakalan tidur diluar?"
Saga mengerjapkan matanya melihat kelakuan Nada. "Jangan konyol, cepat masuk!"
Nada menuruti perkataan Saga, entah apa yang akan di lakukan pria itu malam ini padanya karena Nada sudah pulang telat.
Nada dan Saga masuk ke dalam kamar, Nada duduk di atas ranjang, sementara Saga masih berdiri menatapnya.
"Kamu tau kenapa saya larang kamu nginep atau membatasi jam malam kamu?" tanya Saga.
Nada menggelengkan kepalanya.
Saga menaikkan sebelah alisnya. "kamu bukan anak gadis lagi, kamu sudah punya suami, kamu itu sudah berumah tangga Nada. Tidak seperti teman-temanmu"
"Jadi Om mau batasin kebebasan ku gitu?" tanya Nada kesal.
Saga menggaruk kepalanya frustasi "Bukan begitu maksud saya"
"Lah itu tadi Om ngomongnya gitu".
" Nada, kamu masih ingat kejadian waktu itu, saat kamu mau di perkosa? Saya gak mau kamu kenapa-kenapa. Saya mengkhawatirkan kamu. Jika kamu sampai kenapa-kenapa, gak ada gunanya saya jadi tentara, saya bahkan gak bisa jaga istri saya sendiri, bagaimana saya bisa jaga negeri ini?"
Deg!
Jantung Nada seketika berdebar mendengar ucapan Saga. Tapi pria ini benar-benar pintar tarik ulur perasaan seseorang membuat Nada kesal.
"Om khawatirin aku, tapi gak kwatir sama perasaanku"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
👍👍👍 NAD
2023-12-09
1
Ita Mariyanti
🤣🤣🤣👍👍👍👍 wong istri cm d anggurin ae jg
2023-12-09
1