Bab 5. Welcome To Paris

Perjalanan ke Paris hampir menghabiskan waktu tujuh belas jam. Jadi saat Sassy terbangun satu jam kemudian, mereka masih berada di atas pesawat. Namun dibandingkan dengan kepanikannya yang menyadari bahwa dia masih berada di atas pesawat, Sassy lebih terkejut lagi saat kepalanya bersandar pada pundak Dewa. Padahal dia ingat betul jika ia membaringkan kepalanya di atas kursi. Dia juga bukan orang yang memiliki postur tidur yang jelek. Jadi bagaimana dia bisa berakhir di pundak Dewa?

Sassy dengan hati-hati menarik kembali kepalanya saat ia mendongak dan melihat jika Dewa juga sedang tidur. Sassy berpikir jika Dia masih selamat. Jika Dewa tidur, itu artinya tidak ada yang akan menyadari perilakunya atau dia akan sangat malu. Yang dia tidak tahu adalah bahwa sebenarnya Dewa tidak tidur sama sekali. Dia hanya berakting saat menyadari jika Sassy akan segera bangun.

Sassy mengelus dadanya saat ia menghela napas lega. Dia beruntung kali ini. Namun lain kali dia harus berjaga-jaga. Jangan sampai dia melakukan hal yang memalukan seperti ini di depan Dewa!

Tak lama setelah itu Dewa menggeliatkan tubuhnya seakan dia bangun tidur. Dia harus memastikan jika Sassy baik-baik saja. Siapa tahu jika gadis itu mungkin akan mulai ketakutan lagi setelah bangun tidur. Tapi setelah melihat ekspresi Sassy yang canggung saat melihatnya, dari mana saja dia melihat nya, Sassy lebih terlihat menahan malu dari pada takut. Ini bangus untuknya.

"Apa ada yang kamu butuhkan?" Tanya Dewa.

"Tidak ada."

"Kalau kamu memerlukan sesuatu, jangan ragu untuk mengatakannya padaku."

"Uh... Sebenarnya ada yang ingin saya bicarakan." Ucap Sassy ragu-ragu. Semakin ke sini semakin ia merasa jika dunianya dan dunia Dewa sangatlah berbeda. Mereka seperti berasal dari dua dunia yang jauh yang tidak mungkin dapat bersatu karena jauhnya jarak tersebut.

"Apa?" Dewa mengernyitkan alisnya. Melihat ekspresi suram yang ditunjukkan oleh Sassy memberinya firasat yang tidak baik.

"Ini... Bisakah pernikahan ini dirahasiakan?" Ucap Sassy setelah diam beberapa saat.

"Kenapa? Apa kamu malu jika kamu menikah denganku? Apa menurutmu aku tidak layak bagimu?" Sinis Dewa tidak senang. Bagaimana gadis ini sepertinya menjauhinya dengan jijik.

"Tidak. Tidak. Hanya saja..."

"Tidak apa? Katakan dengan jelas!"

"Tentu saja anda tidak tidak layak. Tetapi justru sayalah yang merasa tidak layak. Tu..."

"Ehem!"

"Mas bisa melihatnya sendiri jika saya benar-benar tidak pantas. Bahkan untuk naik pesawat saja saya sudah ketakutan."

"Kamu bukan takut untuk naik pesawat. Tetapi kamu takut ketinggian kan?" Tebal Dewa tepat membuat Sassy mendongak.

"Kamu dengarkan aku. Aku tidak tahu bagaimana cara memberitahumu. Namun kamu harus mengingat kata-kataku bahwa kamu adalah istriku, aku adalah suamimu. Berhenti memikirkan hal lain apalagi memikirkan perceraian. Seperti yang aku katakan terakhir kali. Bahwa kamu hanya akan menjadi istriku. Apa kamu dengar?"

Sassy hanya mendengar perkataan Dewa. Tidak berani menjawab.

"Sassy, apa kamu ingin melihat pemandangan yang indah?" Tanya Dewa setelah ia melirik sekilas keluar jendela.

"Hah?" Sassy tidak mengerti kenapa Dewa tiba-tiba saja mengubah topik pembicaraan mereka.

"Kesinilah." Dewa menarik tangan Sassy dengan keras memaksa Sassy untuk duduk di atas pangkuannya yang seketika membuat Sassy merasa tidak nyaman. Gadis itu mulai memberontak.

"Lihatlah ke luar." Mengabaikan Sassy, Dewa melingkarkan tangannya di pinggang ramping gadis itu dan menahan dagunya di atas pundak Sassy untuk memaksa gadis itu melihat ke luar.

Sassy yang tiba-tiba dipaksa untuk melihat ke luar jendela terpukau oleh pemandangan indah di luar jendela. Tanpa sadar melepas tangannya yang sedang berusaha untuk menahan tangan Dewa dan meletakkannya pada permukaan jendela. Dia tidak pernah menyangka jika pemandangan dari atas sini bisa seindah itu.

"Indah bukan?" Tanya Dewa tepat di telinga Sassy. Namun Sassy fokus pada pemandangan di depannya sehingga ia lupa untuk bereaksi. Dia dengan tanpa sadar menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Sama seperti kamu tidak pernah tahu jika pemandangan dari atas sini sangat indah karena kamu tidak pernah mencobanya. Begitu juga dengan kamu. Aku tahu kamu pasti masih belum bisa menerima semuanya ini sekaligus. Kamu juga belum tahu apakah kamu layak atau tidak. Kamu belum mencobanya." Ucap Dewa panjang lebar mencoba menenangkan Sassy. Perjalanan akan panjang. Jika Sassy terus merasa takut, perjalanan tidak akan menyenangkan untuknya.

***

Setelah melalui perjalanan yang sangat panjang, Sassy akhirnya untuk pertama kalinya menapakkan kakinya di luar negeri. Dan itu berada di Paris. Tempat yang diimpikan oleh para gadis dapat berlibur di sana. Setelah turun dari pesawat, Sassy mengikuti Dewa yang langsung keluar dari bandara dan menemukan mobil yang menjemput mereka dengan cepat.

Setengah jam berikutnya, mereka telah sampai di sebuah hotel bintang lima yang tidak jauh dari menara Eiffel. Sassy masih mengikuti Dewa masuk ke dalam presidential suite dan tidur setelah mereka mandi.

Pada saat bangun, rasa lelah yang dirasakan Sassy telah berkurang banyak. Ia duduk dengan linlung di atas ranjang.

"Kamu sudah bangun? Stylist yang dipesan mama sudah datang. Kamu bersiaplah. Setelah ini aku akan membawamu makan." Dewa yang awalnya membaca dokumen di ponselnya mendongak melihat Sassy yang telah bangun.

"Baik mas." Sassy berdiri dan masuk ke kamar mandi. Setelah ia keluar dari kamar mandi, Dewa sudah tidak berada di dalam ruangan. Dan seorang wanita muda asing duduk di sofa dengan sebuah koper besar di atas meja.

"Wow! Kecantikan yang sempurna." Ucap wanita muda itu dengan bahasa Indonesia yang kaku.

"Terima kasih banyak." Ucap Sassy tersipu.

"Oke. Sebelum mengerjakan pekerjaan saya, izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Danielle. Panggil saja Miss Danielle. Untuk acara malam ini serahkan semuanya padaku. Saya akan membuat suamimu terpana melihatmu nanti." Wanita asing bernama Danielle itu bergerak dengan cepat. Mengeluarkan perlengkapan dari dalam tasnya.

Satu jam kemudian, Sassy seperti berubah menjadi orang yang lain. Gaun biru muda dengan bahu miring yang memperlihatkan sebelah bahunya membuatnya tampak elegan dan berkelas. Rambutnya disanggul dengan indah. Riasan wajahnya cantik natural dan juga tidak berlebihan. Setiap sapuan kuas yang diaplikasikan menonjolkan setiap kelebihan dan kelemahan di wajah Sassy yang sudah cantik. Malam ini penampilan Sassy hanya dapat dikatakan dengan satu kata, sempurna.

Berdiri di depan Dewa dengan malu-malu, membuat Dewa hampir menjatuhkan ponsel yang menempel di telinganya. Membuat seseorang yang berada jauh di seberang sana memanggil Dewa berulang kali untuk membuatnya menanggapinya. Hanya setelah beberapa kali suara keras Luna yang memekakkan telinga itu, Dewa baru tersadar dan memalingkan wajahnya untuk menghindari kehilangan kendalinya lagi.

"Iya ma jangan khawatir."

"Entah kenapa jika kamu yang bilang, aku merasa tidak percaya. Huh! Kali ini aku memaafkanmu. Jika kamu berani macam-macam awas saja kamu! Tut Tut Tut." Luna menutup teleponnya dengan kasar.

"Nah tuan, apakah pekerjaan saya memuaskan?" Miss Danielle bertanya dengan antusia. Meminta sebuah pujian.

"Bagus. Istriku terlihat cantik. Miss Danielle memang berbakat." Puji Dewa tulus. Dia seperti sedang memuji keterampilan Daniele, namun matanya tidak lepas dari Sassy barang sebentar saja.

"Uh! Tuan terlalu memuji. Sebenarnya penampilan yang sempurna ini karena memang wajah nyonya yang sudah cantik alami. Jadi dengan sedikit aplikasi saja penampilan nyonya sudah sangat memukau." Tiba-tiba Danielle tidak merasa nyaman dipuji oleh Dewa karena seperti yang dikatakannya, dia hanya me-make over sedikit saja. Hampir keseluruhan karena wajah alami Sassy yang membuatnya bekerja dengan sangat mudah.

"Bagaimana pun terima kasih karena Miss Danielle telah bekerja keras."

"Oh oke. Sama-sama. Kalau begitu karena pekerjaan saya sudah selesai, saya akan pamit. Jika tuan dan nyonya memerlukan bantuan saya di masa depan, jangan sungkan-sungkan. Karena saya sangat mengharapkan kerja sama yang lain. Hehe..." Setelah berbicara, Danielle segera keluar dari ruangan itu. Ia tidak mau menjadi obat nyamuk lebih lama lagi.

Setelah hanya tinggal mereka berdua di dalam ruangan. Dewa memandang Sassy dengan ragu. Dengan kecantikan Sassy malam ini, ia tidak ingin membagi kecantikan istrinya untuk dilihat oleh orang lain. Namun mereka belum makan setelah turun dari pesawat, istri kecilnya pasti sangat lapar saat ini.

Aih. Baiklah. Sekarang yang lebih penting adalah memberi makan istrinya sampai kenyang. Setelah itu giliran dia yang akan makan sampai kenyang.

Memikirkan hal baik ini, Dewa menarik sudut bibirnya.

*

*

🍀Bos, Sekretaris Anda Melanggar Aturan_6🍀

...Terima kasih sudah mampir 😘...

...Jangan lupa Like, vote dan komen ya...👍...

...Follow juga akun Author nya....

...☘️Queen_OK☘️...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!