Sassy masih mengenakan pakaian serba putih yang menunjukkan bahwa dia sedang berduka. Karena Sassy telah menikah dengan Dewa, dia ikut pulang bersama dengan Luna dan Dewa setelah selesai pemakaman Tuti. Sejak masuk ke dalam mobil, tangan Sassy selalu digenggam oleh Luna untuk menghibur menantunya itu.
"Sayang, ini rumah mama. Dan sekarang juga rumah kamu. Mulai sekarang kamu akan tinggal di sini bersama kami ya." Ucap Luna hangat begitu mereka sampai di rumah.
"Iya ma. Terima kasih." Jawab Sassy pelan. Ia bersyukur mama mertuanya memperlakukannya dengan sangat baik.
Sassy mendongak untuk memperhatikan rumah besar di depannya. Rumah dengan gaya modern itu didominasi dengan cat berwarna putih. Membuat penampilan rumah itu tampak semakin megah dan agung.
Saat ketiga orang itu masuk, beberapa pelayan menyambut di sisi kiri dan kanan pintu. Mereka sudah diberitahu jika tuan muda mereka akan membawa pulang istrinya dan mereka harus menyambut nyonya mereka secara resmi.
"Selamat datang kembali tuan muda, nyonya, nyonya muda." Sapa semua pelayan dengan hormat.
"Hem. Ini adalah Sassy. Mulai hari ini dia adalah nyonya di rumah ini. Kalian harus memperlakukan nya dengan baik seperti kalian memperlakukan kami. Aku tidak akan menerima keluhan apapun mengenai kalian. Apa kalian paham?" Luna berkata dengan tegas dan berwibawa.
"Kami mengerti nyonya."
"Bagus." Luna mengangguk puas. "Dewa, bawa istrimu beristirahat di kamar. Sassy pasti lelah saat ini. Biarkan dia istirahat dengan baik." Ucap Luna sambil menyerahkan tangan Sassy padanya.
"Tentu saja ma." Tanpa berbicara, Dewa menarik tangan Sassy dan membawanya naik ke lantai dua. Masuk ke dalam kamarnya.
Begitu kamar dibuka. Aroma khas parfum Gucci yang lembut segera menyambutnya. Aroma itu sama dengan parfum yang digunakan oleh Dewa selama ini. Sama seperti gaya di luar, konsep di dalam kamar Dewa juga bernuansa putih. Namun dibandingkan dengan di dalam rumah yang memiliki banyak hiasan mewah, kamar Dewa lebih sepi. Di dalam kamar yang luas itu hanya selain ranjang berukuran besar di tengah dengan dua nakas di sampingnya, hanya ada sofa dan meja di salah satu sisi. Juga sebuah rak buku besar yang ada di samping sofa. Selain itu, ruangan itu hanyalah ruangan yang kosong.
"Yah. Ini adalah kamarku. Kamar mandi ada di sana. Yang itu ruang ganti dan yang satunya lagi ruang kerjaku. Karena kita sudah menikah, ini adalah kamar kita." Ucap Dewa setelah mereka masuk ke dalam kamar. Menunjukkan tata letak ruangan itu pada Sassy.
"Tuan Dewa, ada sesuatu yang harus saya bicarakan dengan anda." Ucap Sassy formal.
"Ada masalah apa, bicarakan nanti saja. Sekarang kamu lebih baik istirahat. Aku masih ada sesuatu yang harus aku kerjakan." Dewa sedikit tidak sabar. Mendengar Sassy memanggilnya dengan formal membuatnya tidak bahagia. Melihat wajah suram Sassy sejak kemarin sudah membuatnya tertekan. Saat ini Sassy masih memasang wajah tertekan di depannya. Membuatnya sungguh frustasi!
"Baiklah kalau begitu." Sassy menundukkan kepalanya.
Dewa menatap Sassy yang menundukkan kepalanya tanpa daya sebelum ia pergi keluar kamar.
Setelah Dewa keluar dari kamar, Sassy menarik kopernya ke dalam ruang ganti dan terkejut melihat isinya.
Ruangan yang disebut ruang ganti ini sepertinya lebih mirip dengan toko pakaian. Puluhan jas digantung dengan rapi di dalam lemari kaca. Lengkap dengan puluhan sepatu yang semuanya berwarna hitam di dalam satu rak. Selain deretan jas, dua buah lemari besar berdiri megah di satu sisi. Dasi-dasi dengan berbagai macam corak dan warna juga tertata rapi di sebuah etalase. Lalu deretan jam tangan bermerek juga terlihat mewah di balik lemari kaca.
Namun yang membuat Sassy semakin kaget adalah bahwa di sisi yang lain adalah deretan gaun pesta yang indah, gaun malam, serta gaun rumahan yang juga tidak kalah indah. Selain itu masih ada pakaian formal yang tertata rapi memenuhi rak. Lalu tas dan sepatu mewah dengan berbagai macam warna dan model juga tertata dengan rapi di sebuah rak. Di samping rak tas, etalase kaca memperlihatkan puluhan aksesoris yang semuanya tampak indah dan menawan.
Melihat isi ruangan itu, ia melirik koper kecil miliknya. Ia tampak tertekan. Mereka memang berada di dua dunia yang berbeda.
Pada akhirnya, Sassy tidak mengeluarkan barangnya. Lagipula ia sudah memutuskan bahwa dia tidak akan tinggal lama di sana. Dia akan berbicara pada Dewa mengenai perceraian. Lagipula pernikahan ini tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik. Sassy meletakkan kopernya di pojokan dan keluar ruangan.
Setelah keluar dari ruang ganti, Sassy sangat lelah. Kemarin adalah hari terlelah dalam hidupnya. Dia tidak sempat istirahat dengan baik setelah semua yang terjadi. Namun melihat ranjang besar yang tampak bersih itu, Sassy merasa tidak nyaman. Ranjang itu milik Dewa. Dan dia tidak pantas tidur di sana. Jadi Sassy memilih untuk tidur di sofa. Meringkuk di sofa panjang dengan menekuk kakinya. Karena lelah, meskipun posisinya sangat tidak nyaman, ia masih segera tidur beberapa menit setelah ia mencoba memejamkan matanya dan tidur lagi setelah makan malam di malam hari.
Karena kemarin dan hari ini Dewa mengambil cuti tiba-tiba, banyak pekerjaan yang memerlukan dirinya. Apalagi setelah ini dia akan mengajak Sassy untuk berbulan madu, jadi banyak hal yang perlu ia selesaikan. Dan saat Dewa masuk ke dalam kamarnya pada malam hari setelah ia pulang dari kantor, ia mendapati istri kecilnya meringkuk di atas sofa.
Melihat wajah damai Sassy, Dewa tidak ingin mengganggunya. Dan dia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Klek...
Mendengar pintu terbuka, Sassy yang tertidur terbangun dengan tiba-tiba dan menoleh ke arah kamar mandi. Seketika, mata mengantuknya menghilang setelah melihat pemandangan indah di depannya.
Dewa keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk putih yang melilit pinggangnya. Air masih menetes dari rambut hitamnya yang dipotong rapi. Lalu otot-otot di perut dan pinggang laki-laki itu terlihat seperti pahatan indah karya seni yang hanya bisa dia lihat dari jauh.
"Kenapa? Ingin menyentuh?" Dewa menaikkan alisnya percaya diri.
"Tidak. Maaf saya tidak sengaja." Sassy segera menutup wajahnya dengan tangan. Melihat tingkah Sassy, Dewa menarik sudut bibirnya. Melangkah mendekat dan berdiri tepat di depan Sassy.
"Sengaja juga tidak apa-apa. Bukankah kita adalah pasangan suami istri yang sah? Semua yang ada padaku adalah milikmu. Kamu bebas melihatnya. Mau menyentuhnya juga boleh." Ucap Dewa menggoda Sassy yang semakin merah. Dia sengaja menekan kata 'pasangan suami istri' saat ia berbicara. Kedua telinga gadis itu memerah dan bergerak-gerak dengan lucu.
"Tidak tuan. Saya tidak mau." Sassy menggeleng cepat.
"Kamu tidak mau?" Dewa mencondongkan tubuhnya. Berhenti tepat beberapa senti dari Sassy.
"Saya tahu tuan pasti menikah dengan saya karena mama saya. Saya tahu posisi saya. Saya memang tidak pantas menikah dengan anda. Jadi..." Sassy menggigit bibir bawahnya ragu hendak melanjutkan ucapannya tanpa membuka matanya.
"Jadi?" Dewa menaikkan alisnya.
"Jadi saya akan segera mengajukan cerai segera sehingga saya tidak akan menjadi beban." Sassy menundukkan kepalanya.
"Apa kamu tidak pernah mendengar jika saya paling menghargai hubungan?" Dewa mengangkat dagu Sassy dengan jarinya saat ia bertanya dengan tegas.
"Saya tahu tuan. Saya..." Sassy tidak berani menatap mata Dewa. Jadi dia masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Jika kamu berbicara denganku, tatap mataku. Apa kamu kira aku berbicara pada dinding?!" Ucap Dewa dengan suara keras. Membuat Sassy takut dan membuka tangannya. Lalu saat matanya bertemu dengan mata tajam Dewa, tanpa sadar dia memalingkan wajahnya namun segera ditahan oleh Dewa.
"Tatap mataku saat kita bicara." Ucap Dewa tegas. Sassy mengangguk patuh.
"Sekarang dengarkan aku istriku, Sassy Nindya Ayushita. Karena aku sudah setuju menikah denganmu, Kamu adalah istriku mulai saat ini, selain kamu, aku tidak akan memiliki istri lainnya. Dan kamu dilarang untuk berpikir untuk bercerai dariku. Apa kamu paham?"
Sassy tidak percaya Dewa akan berkata demikian. Sebagai seorang gadis, mendengar orang yang dia cintai mengatakan bahwa hanya dia yang akan menjadi istrinya, tentu saja merasa sangat bahagia. Namun saat mengingat perbedaan besar mereka, Sassy kembali sadar.
"Saya paham tetapi tuan...hemp." bibir Sassy dibungkam dengan bibir dingin. Lalu sebelum ia sempat bereaksi, sebiah benda halus yang sedikit aneh terasa menerobos masuk ke dalam mulutnya. Matanya melotot tak percaya saat ia merasa seperti tersedot ke dalam lubang yang dalam.
"Aku suamimu, jadi jangan panggil aku tuan mulai sekarang. Panggil aku mas." Ucap Dewa sambil mengusap bibir Sassy yang berair dengan ibu jarinya. Ia menatap gadis yang hampir kehabisan napasnya dengan bangga.
"Saya mengerti, mas."
"Bagus. Sekarang bangun dan tidur di ranjang." Ucap Dewa sambil menarik kembali tubuhnya. Ia tersenyum puas.
"Saya tidur di..."
"Berjalan sendiri atau perlu aku seret?" Dewa dengan cepat memotong ucapan Sassy dengan tegas.
"Saya bisa sendiri." Jawab Sassy dengan cepat.
"Tunggu apa lagi? Cepat naik!" Perintah Dewa. Lalu Sassy dengan cepat melompat dari sofa dan berlari naik ke atas ranjang yang besar. Ranjang itu sangat besar, dan Sassy berbaring di pinggir.
Dewa melihatnya tanpa daya sebelum ia masuk ke dalam ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Yah.... Sepertinya perjalanan mengejar istrinya memerlukan usaha yang keras.
Sassy semakin mengerutkan dirinya saat Dewa naik ke atas ranjang setelah berganti dengan baju tidur hitam.
"Apa kamu tidak takut jatuh?" Tanya Dewa dengan sabar.
"Tidak mas. Ini masih luas." Jawab Sassy.
"Terserah kamu." Dewa melirik sebentar sebelum membaringkan tubuhnya dan menutup mata dengan santai.
Sassy tidak pernah tidur dengan orang lain selain ibunya selama ini dan merasa tidak nyaman. Apalagi tidur dengan seorang laki-laki yang menjadi suaminya. Tiba-tiba dia merasa deg-degan dan tidak bisa tidur. Dia bergerak-gerak dengan gelisah.
"Datang kemari!" Perintah Dewa tegas setelah ia membuka mata menyadari jika Sassy tidak kunjung tidur.
Mendengar ancaman Dewa, Sassy dengan ragu mendekat. Sassy berhenti dan menjaga jarak dari Dewa. Melihat ini Dewa tidak senang dan menarik Sassy ke arahnya. Memeluk gadis itu di pelukannya.
"Sekarang tidur."
Sassy yang didekap dengan hangat hemoir kosong kehilangan dirinya. Kepalanya tepat berada di dada Dewa. Dia mendengar dengan jelas degupan jantung pria itu yang terdengar kuat yang entah kenapa begitu menenangkan. Beberapa saat kemudian, suara napas pelan dan teratur terdengar. Dewa menunduk dan melihat jika gadis di pelukannya sudah tertidur. Kemudian mencium keningnya dengan hati-hati.
"Apa yang harus aku lakukan padamu? Aku sudah berhasil menjadikanmu istriku, tapi aku masih tidak bisa menyentuhmu. Apa aku harus menahannya sepanjang malam?" Gumam Dewa tanpa daya saat menyadari jika juniornya saat ini tengah siap beraksi di bawah sana namun dirinya juga tidak berdaya. Jika dia memaksakan keinginannya pada Sassy malam ini, ia khawatir gadis ini akan membencinya....
*
*
🍀Bos, Sekretaris Anda Melanggar Aturan_2🍀
...Terima kasih sudah mampir 😘...
...Jangan lupa Like, vote dan komen ya...👍...
...Follow juga akun Author nya....
...☘️Queen_OK☘️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Farida Wahyuni
dewa juga udsh cinta sama sassy? kalai gitu, ungkapain aja, supya sassy tau kamu menikahi dia bukan karna keinginan orangtua, tapi karna keinginanmu sendiri, dan pastinya karna cinta.
2023-11-09
1