Bab 2

Dada ini seperti di lempar batu,

menetes lagi air mata ini, perih hati ini mendengar kata-kata nya, sesak dada ini berasa ada beban yang sangat berat

Dan kata-kata inilah yang selalu membuatku tersiksa.

Pertengkaran sering terjadi hanya masalah sepele, ujung-ujungnya akan merembet ke masalah kehamilan.

Ibu mertuaku selalu mengawasi apa yang aku kerjakan dan mencari kesalahanku dan ini yang sering terjadi di antara kami

Aku terkejut ketika pundakku ada yang menyentuh, hingga membuyarkan lamunanku

" Bun airnya sudah matang ?!" Tanya Suamiku sambil menyentuh pundakku.

" Ehh..sudah mas " jawabku dengan perasaan kaget karena aku sedang melamun.

" Kanapa Bun dari tadi bengong di depan kompor !?" Tatapan mata suamiku tertuju ke mataku dan sesaat kami saling bertatap mata.

" Gak ada apa-apa mas " cepat ku jawab sambil mematikan kompornya, lalu ku tuangkan air panas ke dalam ember dan ku bawa ke kamar mandi , di ikuti dengan langkah suamiku.

Ku siapkan makanan untuk makan malam bersama, lauk yang aku beli tadi sore di warungnya Bu Nina ku sajikan di atas meja makan.

Tak lama kemudian terdengar suara adzan Maghrib berkumandang, kamipun segera menunaikan ibadah sholat Maghrib berjamaah.

Setelah selesai kamipun segera ke meja makan untuk makan malam bersama.

" Masak apa hari ini Bun " belum sampai ke meja makan mas arya menanyakan menu hari ini.

" Bunda gak masak mas, tadi beli di warung nasi Bu Nina"

" Kenapa gak masak ?" Tanya suamiku

" Kan uang belanja nya belum di kasih sama mas arya " sahutku.

Tanpa jawaban mas arya langsung duduk di kursi meja makan.

Ku berikan piring yang sudah di isi nasi

Tengah asik kami makan tiba-tiba terdengar suara mertuaku dari ruang tengah.

" Wah... Pas banget nih, kebetulan ibu juga belum makan "  suara mertuaku memecahkan kesunyian di rumah.

Kebiasaan mertuaku kalau berkunjung kerumahku tak pernah memberi salam, ibarat datang tak di undang pergi tak di antar.

" Eh... ibu, sini Bu makan bareng sama kami " ajak ku pada ibu mertuaku .

" Makan apa kalian ?" Tanya wanita tua itu.

" Sama ayam goreng dengan lalapan di tambah sambel " sahutku santai

" Ini kamu beli di warung nasi itu ya ?!" Tanya mertuaku .

" Iya Bu, kenapa gitu Bu ?? " ucapku

"Kamu jadi istri Boros sekali, setiap mau makan beli di luar " kata mertuaku.

" bukan boros Bu, Uang belanja belum mas berikan untuk Minggu ini, jadi Aku  beli di warung  nasi untuk makan malam ini " jawabku.

" Benar itu Arya?! " Tanya wanita tua itu.

Ku lirik mas arya yang hanya diam saja tanpa mengiyakan ucapan ku kepada sang mertua.

" Ibu kesini, tadinya mau minta sayuran sama istrimu, ternyata kulkasnya kosong melompong, benar kamu belum ngasih uang belanja sama istri mu , Ar ?" Tanya ibunya penuh selidik.

"Emang kulkasnya kosong Ros ?", Tanya mas arya kepada ku.

Aku jawab dengan anggukan kepala.

Mas arya memandangku, lalu ia menghela nafas panjang.

Entah mengapa dengan suamiku jika ibu mertuaku menjelekkan diriku dia hanya bisa diam saja tak ada sedikitpun untuk membela diriku.

Seperti biasa wanita tua itu mengomel dan mengadu panjang lebar kepada anaknya, terlihat bibirnya merot ke kanan dan ke kiri, membuat ku gemas ingin mencubit nya.

Aku yang mendengar kan pengaduan ibu mertuaku kepada suami ku cuma bisa diam saja, jika aku menjawab Omelan mertuaku percuma saja karena suamiku tak akan membela diriku , dia akan memihak kepada ibunya, jadi lebih baik aku diam saja jika aku menjawab pasti akan ada pertengkaran diantara aku dan mertuaku.

Setelah selesai makan, Kulihat suamiku langsung meninggalkan kami berdua yang masih berada di depan meja makan. Sekilas aku lihat mertuaku pergi mengikuti anaknya entah apa yang akan di bicarakan dengan suamiku, paling gak jauh dari minta uang.

Ku bersihkan meja makan dan ku bawa piring yang kotor ke wastafel, satu persatu piring ku cuci dengan sabun dan ku bilas dengan air yang mengalir di kran wastafel

Mencuci piring sudah selesai, ku lihat ibu mertuaku sudah tidak ada di rumah , aku tak perduli dengan wanita tua itu kemana pergi nya , ku cari keberadaan suamiku ternyata dia ada di kamar.

Ku periksa pintu rumahku dan ku kunci

Tanpa banyak bicara ku rebahkan tubuhku ini, tak ada pembicaraan seperti biasanya, begitu juga dengan suamiku dia sudah tertidur di atas kasur.

Kumandang adzan subuh terdengar, segera ku beranjak dari tempat tidur ku, bergegas menuju ke kamar mandi untuk berwudhu

Ku mulai melakukan tugas rutinku sehari-hari, membuat sarapan pagi untuk suamiku,

Sarapan hari ini aku bikin nasi goreng .

Jarum jam menunjukan angka enam tepat, dimana mas arya harus berangkat kerja .

Aku segera menyiapkan piring untuk Mas arya, ku lihat mas arya sudah duduk di meja makan untuk sarapan .

Ku ambil satu piring nasi goreng beserta lauknya telor ceplok ku berikan kepada mas arya.

Baru satu sendok makan telepon mas arya berbunyi.

Kriiing...

Telepon mas arya berbunyi, lingkaran hijau terlihat melompat - lompat lalu Mas arya memandang layar ponsel yang menyala,lantas ia menggeser logo bergambar gagang telepon  itu keatas.

Kulihat mas arya sangat serius mendengarkan teleponnya.

Aku tak tahu apa yang di bicarakan oleh suamiku, yang jelas mas arya harus segera berangkat kira-kira seperti itulah pembicaraan nya.

"Aku pergi dulu Bun" katanya sambil tangannya memasukan benda pipih itu ke dalam sakunya .

" Loh gak sarapan dulu toh mas?" Tanyaku pada mas arya.

" Gak , aku harus segera ke kantor sudah di tunggu, o iya di lemari uang belanja untuk hari ini udah mas simpan " jawab mas arya, sambil berjalan keluar rumah.

" Iya mas , makasih ya " kataku sambil mengikuti nya dari belakang, tak lupa aku untuk Salim tangannya.

"Hati-hati di jalan mas," ucap ku setelah mengantar mas arya berangkat sampai depan rumah.

Aku melanjutkan sarapan pagi yang sempat terhenti tadi, karena menghantar mas arya pergi kerja.

Baru mau menyuapkan nasi goreng ke mulutku, terdengar suara pintu di ketok.

Tok...tok...tok.

Suara pintu di ketok dengan kasar, dengan langkah tergesa-gesa akhirnya ku buka juga pintunya, ternyata ibu mertuaku.

"Ada apa sih Bu?", Tanyaku.

Kulihat mertuaku sudah berdiri di depan pintu dengan tatapan mata yang tidak suka melihatku.

"Mana anakku ?" Tanya mertuaku.

"Sudah berangkat kerja " jawabku.

Sambil meninggalkan ibu di ruang tamu.

"Mau kemana kamu Ros ?" Tanya mertuaku.

"Mau lanjutin makan Bu"

jawabku cuek.

"Ros ,ibu pinjam uang !, Suamimu sudah ngasih uang  belanja ,kan?" Tanya ibu mertuaku.

"Ros...!!" Bentak mertuaku

Aku sengaja tak menjawab , aku biarkan dia mengomel.mungkin kalau mintanya secara baik-baik aku akan memberinya.

Pinjam uang kok kayak yang nagih hutang, biarpun dia mertuaku ya setidaknya hargailah aku sebagai menantu.

"Ros gak punya Bu", akhirnya aku menjawab.

" kamu bohong, terus kamu kemana kan uang yang di kasih anakku setiap bulannya, makanya jadi istri tuh jangan boros " bentak nya.

" yang ibu ambil setiap hari dari kulkas itu memang gak di beli pakai uang, Bu ?!" Jawabku.

" Alaa alasan aja " kata mertuaku lagi

" Pasti kamu kasihkan ke orang tua mu ya ?", Tuduh mertuaku, sesak dada ini.

" Astaghfirullah aladzim.., kalaupun iya kenapa?!", Kataku, kesabaran ku sudah habis.

" Ibu pikir uang 500 ribu cukup untuk sebulan ?!" Ucapku lagi.

Bagaimana tidak pusing setiap hari otak ku berputar agar jatah uang belanja harus cukup satu bulan.

" Bagus ya... sekarang sudah bisa jawab , Dasar mantu gak tau diri , Ingat Ros, kalau kamu gak di per istri sama Arya kamu bukan siapa-siapa kamu hanya perempuan mandul yang gak bisa kasih Arya anak " pekik nya

"Astaghfirullah aladzim.." ucapku dalam hati, walaupun hati ini menjerit sakit

Terpopuler

Comments

kezia desta

kezia desta

alhamdulillah punya ibu mertua n ipar ga pada lemes mulutnya, macem2 langsung ngomong 4 mata selesaikan secara adat

2023-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!