Ruang Pertemuan LP Cipinang
Dennis Bomen melihat ke sekelilingnya dan dirinya hanya melihat dua pensiunan polisi, dua detektif, pengacaranya dan dua anak muda yang berdiri di belakang dua pria paruh baya pensiunan polisi itu.
"Siapa dua orang dibelakang kamu, pak Kosasih?" tanya Dennis.
"Oh dua cucuku. Kamu tahu sendiri aku sudah tua, jadi tidak bisa pergi sendirian" jawab Kosasih kalem.
"Kenapa tidak tunggu di luar?"
"Hei, apa kamu tidak lihat aku memakai tongkat? Jalan saja sudah sulit jadi aku membutuhkan bantuan mereka untuk bisa berdiri nanti" senyum Kosasih. "Mari kembali ke awal. Bagaimana bisa kamu bilang Aundria minggat? Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Ayo bilang... Kamu sudah melecehkan aku, ayah... Sejak usia ku lima tahun..."
Lachlan dan Nareswari hanya bisa menutup mulutnya melihat wajah usil tapi menyeramkan dari Aundria, sedangkan Nonik Belanda memberikan kedua jempol tangannya ke hantu remaja itu. Aundria sendiri berada di sisi telinga Dennis Bomen dan Lachlan serta Nareswari yakin, pasti pria tua itu merinding disko.
"Siapa yang bilang itu?" bentak Dennis Bomen sambil celingukan membuat nonik Belanda cekikikan.
"Nik, jangan tertawa... Horor tahu" bisik Lachlan yang merinding juga karena ternyata yang ada yang datang ke dalam ruangan itu.
"L..." bisik Nareswari sambil menggenggam tangan Lachlan yang merasakan tubuh gadis itu gemetaran ketakutan karena yang datang tidak hanya satu, tapi ada banyak. Diperkirakan mereka adalah napi atau sipir yang dulu-dulunya tewas di Cipinang.
"Serahkan padaku..." ucap Nonik Belanda yang berubah bentuk menjadi lebih menyeramkan dibandingkan bentuk yang dilihat awal seperti anak kecil dengan gaun khas jaman Belanda. Nareswari memilih menyembunyikan wajahnya di balik punggung Lachlan.
"Eh ada Nonik Belanda... Non, sa..."
"PERGI KALIAN ! KALIAN TIDAK ADA URUSANNYA DISINI!" bentak Nonik Belanda yang wajahnya berubah menjadi pucat dengan matanya menghitam seolah tidak ada bola matanya.
Sontak para hantu disana terkejut dan merasa mereka kalah awu ( tingkat / kuasa ). Tak lama para hantu itu pergi meninggalkan Nonik Belanda dan Aundria yang tampak terkejut dengan perubahan wajah hantu senior itu.
"Ya ampun L ... Suaranya Nonik, syeram..." bisik Nareswari di balik punggung Lachlan.
"Yak, mereka sudah pergi. Monggo Aundria, dilanjutkan..." cengir Nonik Belanda yang sudah kembali menjadi bentuk semula yang dilihat Lachlan dan Nareswari dengan santainya. Kedua orang indigo itu hanya bisa melongo melihat kelakuan hantu anak Belanda itu. "Apa kak L? Kak Nyes? Bagus kan aku tadi?"
Lachlan dan Nareswari menatap sebal ke Nonik Belanda yang masih tertawa senang. "Haaahhh, rasanya nikmat bisa bikin takut ke hantu lain."
Seriously?
***
"Ruangan terasa merinding ya pak Kosasih" celetuk Iptu Dean Thomas. "Mungkin karena tidak pernah sering dipakai..."
"Tampaknya begitu" senyum Kosasih. Gimana nggak merinding, wong dua orang di belakang bawa teman-teman anehnya.
"Benar kan pak Dean ! Saya dari tadi merasa ada yang memanggil... " timpal Dennis Bomen.
"Tapi kami tidak mendengar apapun, Dennis" ucap Gofran.
"Mungkin karena kamu sudah tua jadi telinga mu sudah tidak tajam ... " ejek Dennis.
"Sayangnya, Ayah... Hanya kamu yang bisa mendengar suaraku... Jadi bukan salah pak Gofran... Hihihi..."
Suara Aundria terdengar menyeramkan membuat Nonik Belanda tertawa senang karena muridnya cepat belajar sedangkan Lachlan dan Nareswari bersikap seolah tidak dengar apa-apa.
Dennis Bomen terjatuh dari kursinya dan kali ini wajahnya tampak sangat pucat dengan bulir-bulir keringat mengalir deras di keningnya. "Si... Siapa itu !" ucapnya dengan nada gemetaran.
"Ada apa pak Dennis?" tanya pengacaranya.
"Ada suara... Ada suara..." ucapnya panik.
"Suara apa pak?" tanya Aiptu Rayyan.
"Suara... Ah hanya perasaan aku saja..." ucap Dennis Bomen sambil membenarkan kursinya dan duduk kembali. Dirinya tidak mau ketahuan mendengar suara Aundria.
Sementara itu Kosasih menoleh ke belakang seolah memberikan kode 'sedikit lagi'. Lachlan dan Nareswari hanya mengangguk tersamar.
"Kayaknya perlu ditambah ya usilnya" gumam Nonik Belanda. "Aundria, kamu harus lebih agresif ... Buat pria itu keceplosan ..."
Aundria mengangguk.
"Apa bapak yakin? Itu beneran bukan suara?" tanya Iptu Dean.
"Hanya perasaan aku saja..."
"Yakin kamu punya perasaan ayah? Sepertinya kamu minus perasaan saat melecehkan aku... Seperti halnya saat terakhir aku hidup..."
"AAAAAHHHH !" Dennis Bomen berteriak kencang lalu bangkit dari kursinya dan berusaha mengibaskan sesuatu di sekelilingnya.
Lachlan dan Nareswari melongo melihat ulah Dennis.
"Memangnya kita nyamuk atau lalat apa ya? Dikibas gitu pada kabur? Oon juga ih..." omel Nonik Belanda membuat Nareswari harus menggigit bibir bawahnya agar tidak terlepas tawanya mendengar omelan hantu di sebelah Lachlan.
"Harus sedikit agresif, Nik..." bisik Lachlan.
Nonik Belanda itu pun memberikan kode ke Aundria agar meningkatkan tempo horornya.
"Kenapa Ayah? Aku ini adalah hantu Aundria... Bukan lalat, bukan nyamuk ... Kamu kibaskan seperti itu, tidak ada efeknya..." ucap Aundria dengan nada dingin yang membuat Dennis Bomen merinding.
"Shut up ! SHUT UP !" teriak Dennis Bomen membuat kelima pria disana melongo melihat narapidana itu ketakutan.
"Mengakulah, wahai ayahku sayang... Mengakulah jika kamu yang membunuh aku... Yang mengubur jasad ku di tembok pembatas di belakang... Ayo mengakulah !"
"Tidak! TIDAK ! AKU TIDAK AKAN PERNAH MENGATAKAN APAPUN!" teriak Dennis Bomen.
"Cih ! Licin kali nih orang !" umpat Nonik Belanda itu kesal. "Aundria... Plan B ... "
"Plan B? Apa itu plan B?" bisik Lachlan.
"Nanti kamu akan tahu sendiri, kak L" cengir Nonik Belanda.
"Pak Dennis ! Pak Dennis !" panggil pengacara nya.
"Mana kamu ! Atau jangan-jangan... Ini hanya trik kamu ya Kosasih ! Kamu membawa dua cucumu untuk menakuti aku !" Dennis menatap tajam ke arah Kosasih.
"Cucuku ? Menakuti dirimu? Tahu apa mereka?" balas Kosasih. Yaaa secara tidak langsung sih...
"Mana alatnya ? Mana mic nya ? Kalian ingin tahu soal Aundria jadi menggunakan segala cara kan?" Dennis mencari - cari sesuatu di balik meja dan kursi semua orang guna mencari mic atau speaker tersembunyi. Pria itu tidak menemukan apapun lalu hendak berjalan menuju Lachlan dan Nareswari yang hanya berdiri dengan santainya.
"Kamu mau cari apa ayahku? Aku benar-benar hantu anakmu..."
Dennis menghentikan langkahnya dan menoleh kesana kemari dengan mata jelalatan mencari - cari yang bisa dijadikan sound effects.
"Tidak ada sound effects, ayah... Hanya aku, Aundria Bomen... Kalau tidak percaya..."
Dennis berdiri dengan lutut gemetar dan tiba-tiba di hadapannya tampak hantu Aundria dengan wajah menyeramkan.
"Boo !"
"AAAHHHH ! HHAAANNTTTUUUUU !" jerit Dennis Bomen yang tak lama jatuh pingsan.
"Lha? Malah pingsan?" celetuk Nonik Belanda bingung.
"Ya iyalah! Horor tahu !" sungut Lachlan kesal.
Semua orang langsung panik melihat Dennis Bomen pingsan sedangkan Aundria hanya tersenyum. "Kalau masih belum ngaku, jadi boleh kan aku takut-takuti di selnya?"
"Boleeeehhh lah !" gelak Nonik Belanda.
Lachlan dan Nareswari memegang pelipisnya masing-masing.
"Oh boy..."
Ruangan itu pun lalu penuh dengan tim kesehatan penjara yang takut Dennis Bomen terkena serangan jantung.
***
Yuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Ray
Biarkan Modar sekalian, serangan jantung terus Koit, ganjaran buat seorang pembunuh dan tukang pelecehan anak😡😡
2024-08-23
2
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒐𝒌 𝒋𝒅 𝒏𝒈𝒂𝒌𝒂𝒌 𝒚𝒂 𝒈𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒆𝒓𝒆𝒎"𝒏𝒚𝒂 🤣🤣🤣
2024-04-17
2
🥰Siti Hindun
🤣🤣🤣ngakak,masa hantu takut hantu
2023-12-16
1