Polda Metro Jaya Jakarta
Irjen Purn Kosasih bersama dengan mantan rekannya, Brigjen Purn Gofran, mendatangi markas besar kepolisian Republik Indonesia. Meskipun pernah memegang sebagai Kapolda tapi Irjen Purn Kosasih, tahu aturan yang sekarang dirinya dan Gofran, hanyalah seorang pensiunan.
"Pak Kosasih, pak Gofran... Apa Kabar ?" sapa Kapolda Metro Jaya Irjen Syamsul Ramli sambil menyambut kedua seniornya.
"Alhamdulillah baik" balas Kosasih dan Gofran sambil bergantian bersalaman.
"Monggo, Monggo... Mari kita duduk di sofa" ajak Irjen Syamsul Ramli. Ketiganya pun duduk di sofa empuk di ruang kerja Kapolda. Kosasih melihat ada foto dirinya disana sebagai salah satu Kapolda Metro Jaya.
"Wah aku masih ganteng, Saiki Wis tuwek ( sekarang sudah tua )" kekeh Kosasih sambil menunjuk foto dirinya.
"Bapak kan dulu memang ganteng dan yang ngejar-ngejar juga banyak tapi bagi bapak, hanya Bu Calya seorang di hati" timpal Gofran yang tahu sepak terjangnya Kosasih sebagai polisi jujur.
"Bu Calya itu paket lengkap, Fran. Rugi bandar aku kalau sampai melepasnya... Karena aku sudah berjanji di depan Allah SWT, till death do us part akan tetap setia" senyum Kosasih.
"Iya lho Pak Kosasih, saya salut dengan anda" senyum Irjen Syamsul Ramli. "Nah pak Kos, pak Gofran ... Apa hal anda berdua kemari? Kabarnya berhubungan dengan kasus dingin yang anda tangani 30 tahun lalu?"
"Benar Pak Syamsul. Kami mendapatkan petunjuk setelah sekian tahun kami tidak berhenti mencari jawaban..." senyum Kosasih. Gofran yang diceritakan oleh mantan rekannya, hanya bisa melongo mendengar teorinya sebelum mereka janjian dengan Syamsul.
"Kasus yang mana pak?" tanya Irjen Syamsul sambil berdiri untuk mengambil MacBook nya. "Hilangnya Aundria Bomen?" Irjen Syamsul Ramli lalu menbuka file kasus dingin yang belum dipecahkan pihak kepolisian seluruh Indonesia.
"Kode kasusnya MIA776A31" jawab Kosasih sambil membuka ponselnya.
"Ah iya. Ini pak Kosasih dan pak Gofran yang menegang kasusnya. Petunjuk apa yang bapak dapat?" tanya Irjen Syamsul Ramli.
"Bahwa Aundria tidak pernah minggat. Dia dibunuh oleh ayah angkatnya Dennis Bomen dan dikubur di tembok rumahnya" jawab Kosasih tenang tapi tak ayal membuat Irjen Syamsul Ramli melongo.
"Apa?"
***
LP Cipinang Jakarta
Kosasih bersama dengan Gofran dan didampingi Nareswari serta Lachlan, mendatangi LP Cipinang, tempat dimana Dennis Bomen menjalani 25 tahun hukuman dari 30 tahun putusan pengadilan yang diketuk hakim karena kasus pembunuhan seorang mahasiswi sebuah universitas di Jakarta.
Keempatnya tampak menunggu di ruang pertemuan yang disediakan penjara untuk pertemuan narapidana dan pengacara atau pertemuan lainnya.
"Apa kamu yakin, Nyes?" bisik Lachlan yang berdiri di belakang kedua orang tua itu.
"Kan L bisa melihat siapa saja di sebelah mu" balas Nareswari.
Lachlan melihat Nonik Belanda memberikan tanda V dengan jari telunjuk dan tengahnya dan di sebelahnya ada Aundria Bomen yang tampak cemas.
"Aundria, kamu tidak perlu takut. Ayahmu..."
"Dia bukan ayahku !" potong Aundria penuh kebencian.
"Oke aku minta maaf. Pria itu tidak akan menyakitimu lagi..." Nonik Belanda menyeringai membuat Lachlan dan Nareswari merasa merinding. "Tapi kamu, bisa menakutinya, girl..."
Mata Aundria terbelalak. "Bagaimana caranya?"
Nonik Belanda memegang pelipisnya. "Gini nih aku harus mengajari rookie di dunia horor ! Kamu itu sudah 30 tahun mati tapi tetap saja tidak tahu cara menakuti orang? Ckckckck... Sini, berguru pada suhu !"
Lachlan dan Nareswari saling berpandangan. Apa-apaan ini? Namun keduanya tidak sempat membahas karena sipir sudah membawa Dennis Bomen masuk dan tak lama pengacara narapidana itu pun datang.
"Wah...wah...wah... Pak Kosasih. Pak Gofran. Bukannya kalian sudah pensiun? Ada apa kemari? Mau memberikan selamat bahwa aku tahun depan mendapatkan remisi jadi bisa bebas lebih cepat..." ejek Dennis Bomen.
Kosasih dan Gofran hanya tersenyum. "Mungkin malah kamu tidak akan bisa bebas..." jawab Kosasih.
"Bagaimana anda bisa bilang begitu, Pak Kosasih?" tanya pengacara Dennis Bomen. "Dan dua orang di belakang bapak?"
"Oh, itu cucu-cucu aku... Mereka yang menemani kami. Maklum piyayi sepuh ( orang tua )" kekeh Kosasih.
Suara pintu ruang pertemuan dibuka dan tampak dua anggota kepolisian datang sambil membawa berkas yang cukup tebal.
"Perkenalkan, saya Iptu Dean Thomas dan ini rekan saya Aiptu Rayyan. Kami adalah penyidik atau bahasa kerennya detektif khusus kasus dingin atau cold case. Pak Kosasih, pak Gofran..." Pria itu menyalami Kosasih dan Gofran. "Kasus Aundria Bomen resmi dibuka kembali ya pak."
"Iya dik Dean. Kami menunggu 30 tahun untuk bisa membuat closure" senyum Kosasih. Kedua polisi itu pun duduk di kursi yang sudah tersedia.
"Aundria? Apa hubungan aku dengan Aundria? Dia minggat ! Entah kemana ... Mungkin sudah menikah dan punya anak ..." potong Dennis Bomen.
"Kami sudah menyelidikinya pak Dennis. Tidak ada satu pun tanda-tanda Aundria berada di Jakarta ataupun Indonesia. Bahkan DNA nya pun tidak terdaftar" jawab Iptu Dean Thomas. "Seseorang tidak mungkin menghilang begitu saja dan ada dua kemungkinan. Pertama, dia memang tidak ingin ditemukan atau yang kedua, dia sudah mati. Dan kami semua merasa bahwa Aundria Bomen adalah opsi kedua."
"Bagaimana anda yakin Pak Dean?" tanya pengacara itu.
"Pak pengacara, saat Aundria menghilang 30 tahun lalu, pak Kosasih dan pak Gofran sudah memasukkan data DNA gadis remaja itu ke dalam sistem. Sangat tidak masuk akal jika kita, yang diharuskan memberikan DNA ke dalam sistem pada usia 17 tahun saat membuat KTP , tidak ada data dari Aundria biarpun dia sudah berganti nama dan domisili. Jadi opsi kedua yang bisa kami yakini. Hanya saja... Anda membutuhkan cara bagaimana untuk mengaku, pak Dennis. Sukarela atau paksaan?" Iptu Dean Thomas menatap tajam ke arah Dennis Bomen.
"Aku tidak membunuh Aundria ! Dia pergi dengan membawa uangku !"
"Apakah kamu yakiiiinnn..."
Tiba-tiba suasana ruang pertemuan itu terasa dingin dan membuat merinding. Lachlan hanya memegang pelipisnya sedangkan Nareswari menatap tidak enak ke Kosasih yang menoleh ke arah cucunya.
Seriously, Nyes? Sorot mata Kosasih tampak gemas dengan cucunya yang hanya mengedikkan bahunya.
"Apakah... Anda mendengar suara?" bisik Dennis ke semua orang.
"Suara apa ?" tanya Aiptu Rayyan bingung karena tadi hanya atasannya yang berbicara sedangkan lainnya hanya diam.
"Hanya kamu yang bisa mendengar... Ayah..."
Dennis Bomen terloncat dari kursi dan berteriak kencang karena mengenali suara Aundria. Kelima orang pria disana tampak bingung melihat ekspresi ketakutan yang tampak di wajah Dennis Bomen.
"Pak Dennis? Anda tidak apa-apa?" tanya pengacaranya.
Dennis Bomen berdehem lalu duduk kembali. "Aku... tidak apa-apa..."
Lachlan dan Nareswari menoleh ke arah Nonik Belanda yang cekikikan. "Kamu ajarin apa Nik?" bisik Lachlan.
"Membuat gila bapak sontoloyo itu hingga mengaku ..." kekeh Nonik Belanda.
"Astaghfirullah..."
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa gaaaeeessss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Ray
Sontoloyo, bapak edan, emang pantes disematkan peda pembunuh dan tukang pelecehan anak 😡 Semangat💪🙏😘
2024-08-23
2
Andi Sapriansyah
bacot2
2024-04-22
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒕𝒆𝒓𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝑵𝒐𝒏𝒊𝒌 𝒔𝒖𝒉𝒖 👏👏
2024-04-17
1