Teras Kopi Kenangan di Kuningan Jakarta
Lachlan melihat Nareswari dan Raiden saling berpelukan dengan ketakutan bin heboh, akhirnya memaklumi karena yang datang ke mereka memang bentuknya lebih parah dari kwartet sebelumnya.
"Nyes, Deng, duduk dulu ... " ajak Lachlan. "Nonik, jangan bikin kaget kak Nyes dan Kak Dendeng dong..."
Nonik itu cekikikan yang semakin membuat Nareswari dan Raiden erat berpelukan karena saking merinding diskonya.
"Aku nggak dengar, aku nggak dengar..." ucap Raiden sambil memejamkan matanya yang juga dilakukan Nareswari.
"Ayo duduk, Nyes... " Lachlan membimbing Nareswari untuk duduk dan keduanya melepaskan pelukan, lalu Raiden mengikutinya di sebelah.
"Dendeng, pakai airpodsnya, terus pesankan kopi yang pakai gula aren. Terserah size-nya. Dua, dingin... " pinta Lachlan karena dirinya tidak bisa kemana-mana sebab tangannya digenggam oleh Nareswari.
"Oke ! Sama roti ?" tanya Raiden yang segera memakai airpodsnya.
"Boleh deh yang paket. Aku yang coklat, kamu apa Nyes?" Lachlan menatap gadis yang masih memejamkan matanya.
"Sarikaya" jawab Nareswari.
"Oke..." Raiden pun ngibrit masuk ke dalam coffee shop itu sedangkan Lachlan yang masih memegang tangan Nareswari, menatap nonik yang mengaku namanya Chelsea.
"Kamu tuh jangan bikin takut mbak Nyes, tho Nik" tegur mbak Kunti.
"Iya lho, kasihan mbak Nyes dan mas Dendeng..." timpal pak Gondo.
Nonik itu menatap dua hantu yang berada di belakang Lachlan dan wajahnya mulai mendrama seperti hendak menangis dan benar sedetik kemudian, nonik menangis kencang membuat Lachlan dan Nareswari harus menutup telinganya.
Mas Muka Rata lalu menyelentik si nonik hingga berhenti menangis. "Berisik ! Kamu itu kalau mau minta dibantu, ada aturannya !"
"Ha.. habis... Nonik bingung ..." isaknya.
"Tunggu... Kita cooling down dulu. Aku dan mbak Nyes harus minum yang dingin biar nggak panik... Okay?" ucap Lachlan bersamaan datangnya Raiden dengan membawa kopi dan makanannya.
"Nih mas L, mbak Nyes... Minum dulu..." ucap Raiden yang masih memakai airpodsnya.
"Nyes, minum dulu ..." Lachlan mengarahkan kopinya ke Nareswari.
"Mbak Nyes, buka aja matanya... Nggak papa, leherku udah aku benarkan..." ucap Nonik.
"AAAAAHHHH!" teriak Nareswari lagi membuat Lachlan memeluknya sembari meletakkan kopi milik Nareswari di meja. Tubuh gadis itu sampai gemetaran.
"Ojo ngomong terlalu jelas tho !" tegur Mbak Kunti yang kasihan sama Nareswari. "Kasihan mbak Nyes !"
"Vergeef me ( maafkan aku )" ucap Nonik dengan bahasa Belanda.
"Wanneer ga je dood ( kapan kamu mati )?" tanya Raiden dengan bahasa Belanda. Tidak heran jika Raiden bisa karena dia seorang poliglot, orang yang bisa banyak bahasa.
"Lha katanya nggak mau dengar?" kekeh Lachlan.
"Penasaran... Setidaknya sih dia jujur lehernya mau putus... Lha waktu di Aokigahara, aku sama Oma Freya dibohongi. Katanya masih utuh tapi badannya tinggal separo ... Kan lebih horor tuh ! Mana teman satu timnya Oma nanggap buat main saham pula. Mana yang dijual mana yang dibeli... Ampun deh !" ucap Raiden cuek setelah dirinya bisa mengontrol emosinya.
Lachlan menggelengkan kepalanya karena Freya paling suka pergi bersama dengannya dan Raiden untuk urusan macam itu.
"Ik stierf in 1899 ( aku mati tahun 1899 ), dibunuh oleh tukang kebun ku setelah berusaha melecehkan aku. Aku dibunuh dengan cara leherku dipotong pakai gunting rumput..." jawab Nonik. "Tapi aku tidak bisa pulang karena dendam ke tukang rumput itu .."
"Lalu Nonik maunya gimana?" tanya Lachlan sambil melirik ke Nareswari yang sudah mulai tenang dan berani membuka matanya pelan-pelan.
"Aku tahu kalau mencari si tukang rumput itu pasti sudah mampoos ... Aku ingin mencari anak turunannya... Minta mereka meminta maaf dan mendoakan aku ... Jadi aku bisa pulang berkumpul dengan kedua orang tua aku ..." jawab Nonik.
"Apa didoakan oleh pendeta tidak bisa ? Biar Nonik bisa pulang?" tanya Nareswari.
"Nggak bisa mbak Nyes, dendamnya terlalu dalam" sahut Raiden. "Gini Nik, kita masih belum dibuatkan blue print nya tahun segitu .... Kita aja belum, apalagi orang tua kita. Saat itu Eyang buyut Arga Pratomo juga baru mau dibikin..."
Lachlan menatap judes ke Raiden yang mulai kemana-mana.
"Apa Nonik tahu siapa yang bunuh Nonik?" tanya Raiden lagi. "Kita bukannya nggak mau bantu tapi merunut hingga ke beberapa generasi dengan data yang tidak terstruktur jaman penjajahan Belanda dulu... Aku agak meragukan bisa dapat turunan cicit buyut canggah dan canggihnya..."
"Ja.. Jadi... Kalian nggak mau bantu..." Nonik itu sudah mau menangis lagi tapi buru-buru ditahan ketiga hantu di belakang Lachlan dan Lachlan sendiri.
"Bukan nggak mau bantu tapi ini sulit, Nik" jawab Mbak Kunti.
"Kok kalian dibantu ?" Nonik menatap judes ke ketiga hantu itu.
"Karena kami matinya tidak lebih dari sepuluh tahun, Nik. Jadi mas Bule dan mbak Nyes masih bisa runut kejadiannya..." jawab Pak Gondo.
"Kalau Nonik cari tahu sendiri, apa kalian bisa ke keluarganya? Bikin acara doa ?" tanya Nonik.
"Insyaallah..." jawab Nareswari. "Kami akan mengusahakan mereka mau meminta maaf dan mendoakan kamu, Nik."
Nonik itu mengangguk. "Biar aku cari tahu... " Hantu Nonik Belanda itu menghilang membuat Lachlan menatap Nareswari dan Raiden bergantian.
"Memang di dunia astral ada gitu kantor kependudukan arwah?" tanya Raiden bingung.
***
"Jadi, tadinya mereka berempat, terus si Tole udah pulang?" tanya Raiden saat tahu kenapa Lachlan bisa bersama Nareswari hingga mereka harus ke Bekasi.
"Yup. Aku tidak tahu dia dipanggil pulang karena tugasnya sudah selesai disini atau menghilang karena sedih tidak bisa meminta maaf ke gurunya" jawab Lachlan.
"Terus, mbak Kunti, mas muka rata dan pak Gondo?"
"Masih aku cari orang-orang yang mereka ingin temui. Hanya saja aku belum mendapatkan informasi lengkap" jawab Lachlan.
"Mereka nggak bisa ikut masuk ke rumah keluarga kan?" tanya Raiden.
"Kami tidak bisa Mas Dendeng, sebab rumah keluarga mas itu ada pelindungnya dan itu memiliki kekuatan jauh dari kami sehingga kami tahu diri" jawab pak Gondo.
"Keluarga Pratomo itu masih ikut trah turunan Mangkunegaran dan Ngayogyakarta Hadiningrat jadi secara tidak langsung, kalian masih punya darah biru yang dari pandangan kejawen, punya kelebihan tersendiri. Meskipun kalian tidak memperlihatkan atau tidak nampak priyayi nya, kalau orang Jawa yang menerapkan ilmu kejawen, pasti bisa melihat" lanjut pak Gondo lagi.
"Pak Gondo, sorry dorry Morry, tapi kami itu tidak pernah merasakan bahwa kami memiliki darah bangsawan Jawa apalagi sudah masuk gen ketujuh keluarga Pratomo yang notabene Wis campur aduk ora karuan ... Tapi satu sih yang jelas dan pasti nek soal gen yang tidak bisa dibantah ...." cengir Raiden.
"Apa itu mas Dendeng?" tanya Mbak Kunti.
"Kami semua pasti good looking, otak cerdas, ngerti unggah ungguh plus... Fasih kalau menistakan satu sama lain !"
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Ray
Semakin Seru dan Keren👍
Next💪😘
2024-08-23
2
Hilmiya Kasinji
😅😅😅
2024-06-09
1
Alejandra
Tunggu, ini si Dendeng bisa ngeliat juga atau cuma bisa dengar...
2024-05-30
2