Perjalanan ke Bekasi
"Itu alamatnya masuk Bekasi mana? Timur atau Barat?" tanya Nareswari yang menyetir mobil milik Freya karena Lachlan buta arah. Lachlan hanya hapal Jakarta Selatan, Pusat dan Barat, sisanya macam Roronoa Zoro.
"Bekasi Barat" jawab Lachlan yang membaca peta dari layar GPS monitor mobil.
Nareswari pun melirik ke monitor dan mulai mengikuti arah petunjuk mbah google. Gadis itu melirik ke arah kursi belakang melalui spion tengah dan melihat Tole tampak cemas sedangkan tiga hantu lainnya menikmati pemandangan dari kaca mobil.
"Ini mobil cuma kita berdua yang berat massa nya jelas tapi kerasa berat gara-gara pasukan Bodrex pengen ikut" gerutu Lachlan sedangkan Nareswari tertawa kecil.
"Mas Bule..." panggil Tole.
"Apa Le?"
"Kalau Bu Indah tidak mau maafin aku, apa aku bakalan nggak balik ke alam sana?"
Lachlan dan Nareswari saling berpandangan. "Aku nggak tahu Le. Kan belum kita coba. Oh, dengar. Ini kita kan sampai Bekasi pasti agak malam dan kita tidak mungkin bertamu malam-malam jadi, aku minta kalian nanti tinggal di mobil, jangan ikut ke kamar hotel!" Lachlan menoleh ke belakang ke arah empat hantu itu.
"Lho, kita nggak boleh tidur sama mas Bule? Biar mbak Ningsih sama mbak Nyes ..."
"NGGGAAAKKKK !" seru Lachlan dan Nareswari bersamaan membuat keempatnya kaget.
"Astaghfirullah ... jantung aku..." ucap pak Gondo reflek membuat Lachlan menatap judes.
"Yang benar saja kalian mau ikut ke kamar kita nginap !" balas Nareswari judes. Semenjak ada Lachlan di sebelahnya, gadis itu jauh lebih tenang karena ada temannya yang memiliki kelebihan sama. "Pak Gondo, sampeyan sampun sedha ( mati )... Kok malah ngomong jantung?"
"Kebiasaan mbak Nyes..." ucap Pak Gondo yang duduk di belakang.
"Mas Bule sama mbak Nyes mau tidur bareng?" celetuk mbak Kunti.
Lachlan dan Nareswari langsung melirik judes ke hantu wanita itu. "Jangan pitenah !"
"Lho... Kan aku cuma tanya..."ujar Mbak Kunti tanpa dosa.
***
Sementara itu di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta
"Duh nasib...nasib... Punya Opa kok ya mantan Mafia terus galaknya itu lhooo... Ya Allah, kan bukan salah tangan gue yaaa... Salah kalungnya rapuh..." gumam seorang remaja yang dari wajahnya tampak campuran Asia timurnya. Remaja bongsor itu pun menarik kopernya sambil menggerutu akibat kena usir dari rumahnya di Tokyo dan harus ke keluarga dari pihak Oma dan ibunya di Jakarta Indonesia.
"Aku harus merenung gimana coba ? Ya wassalam masak suruh duduk di pinggir bundaran HI terus berpose mikir gitu? Ya Ampun... Dendeng... Tampaknya kamu kudu diruqyah biar tidak ngerusak macem-macem deh... "
Remaja itu tersenyum lebar saat melihat siapa yang datang menjemput nya.
"Aaaaahhhh babang Saiki dan babang Karbitan..." serunya sambil memeluk dua pria tampan di hadapannya.
"Alsaki ! Bukan Saiki ( sekarang - Jawa )" protes Alsaki.
"Kaivan ! Bukan karbitan !" timpal Kaivan sebal.
"Yang penting trio kampret kumpul maning !" cengir Raiden, putra Shinichi Park dan Kedasih Jayanti.
"Lu tuh gimana sih ! Bisa-bisanya ngerusak kalung seharga $30 juta ? Wajar kalau opa Hideo ngamuk !" omel Alsaki.
"It's musibah, mas Bro... Musibah..." jawab Raiden dengan wajah lempeng.
"Dia kagak ada nyesel - nyeselnya deh..." sahut Kaivan.
"Udah dong. Pulang. Aku lapar. Eh, mana si ghost writer?" Raiden celingukan.
"Ghost Whisperer !" ralat Alsaki dan Kaivan bersamaan.
"Nah itu..." balas Raiden cuek.
"Entah. Kata Sagara ada urusan sama Nareswari..." jawab Alsaki.
"Siapa lagi itu? Hantu wanita?" tanya Raiden.
"Bukan. Ini orang beneran. Cucunya Eyang Kosasih.. Polisi yang bantu opa dan ayah kita dulu" jawab Kaivan.
"Ooohhh... Tumben si tukang lihat hantu bisa berteman dengan manusia hidup selain kita..." gumam Raiden.
Bisa lihat hantu? Kakaknya ini punya saudara bisa lihat hantu? Berarti, aku bisa minta tolong dong ...
Trio kampret next gen pun masuk ke dalam mobil Range Rover Alsaki. Ketiganya saling berpandangan saat di dalam mobil, tiba-tiba tercium bau melati.
"Wah, nggak beres nih !" gumam Alsaki yang langsung menstater mobilnya. "Eh mushi, elu nggak habis dari Aokigahara kan?" Tanya Alsaki dari spion menatap Raiden yang duduk di kursi tengah.
Raiden menggelengkan kepalanya. "Nggak lah. Aku kan gadha temannya kesana."
"Apa ada yang ngikutin kita?" tanya Kaivan.
"Kayaknya... tapi apa, aku belum tahu. Tunggu si Casper pulang deh !" ucap Alsaki sambil menjalankan mobilnya.
Ketiganya tidak bisa melihat ada seorang nonik Belanda berusia sepuluh tahun ikut bersama mereka. Nonik Belanda itu memiliki kondisi lehernya nyaris putus dan dalam misi mencari orang yang dulu membunuhnya.
Trio Kampret Next Gen
***
Bekasi
"Kita nginap disini aja ya Nyes" ucap Lachlan saat mereka masuk ke dalam lobby hotel Ibis. "Kan lokasinya nih hotel, dekat dengan rumah Bu Indah."
"Dua kamar kan L ?" tanya Nareswari memastikan. Tadi sebelum ke hotel, mereka menyempatkan diri untuk membeli baju baru untuk ganti karena memang langsung pergi dari Jakarta.
"Dua kamar lah ! Edyan opo Nyes ! Iso disleding Oma Freya aku ..." balas Lachlan heboh.
Nareswari cekikikan. Lachlan menyelesaikan semua administrasi dan kini keduanya berjalan menuju kamar masing-masing. Lachlan beruntung mendapatkan kamar bersebelahan jadi mempermudah jika terjadi sesuatu.
"Kira-kira empat hantu yang disuruh jaga mobil L, bakalan anteng nggak ya?" gumam Nareswari.
"Nggak anteng, gua bacain semua doa !"
***
Sementara itu di Parkiran Mobil
"Ternyata sini banyak ya Mbak Ningsih..." ucap mas muka rata yang memperhatikan banyaknya roh-roh gentayangan lalu lalang disana.
"Kok rata-rata isinya tidak lengkap tubuhnya..." gumam Tole. Keempatnya berada di dalam mobil Lachlan karena pria itu meminta mereka berada di dalam saja.
"Mereka itu korban tabrak lari atau kecelakaan lalu lintas" timpal Pak Gondo.
"Kalau semua sangkutan kita sudah selesai, kira-kira kita akan ketemu lagi tidak ya di alam sana?" tanya mbak Kunti.
"Entahlah... Yang penting, besok Tole harus selesai dulu sangkutan nya dan bisa pulang ke alam sana terlebih dahulu..." jawab Pak Gondo.
"Tapi aku maunya kita berempat pergi bersama-sama kesana. Kita selesaikan satu persatu sangkutan kita, baru kesana bersamaan... Bukankah kita dikirim kemari juga bersamaan?" ucap Tole.
"Bukan kita yang bisa atur, Le" sahut mas Muka Rata. "Semuanya tergantung Big Boss. Kita kan hanya satu dari makhluk yang diciptakan..."
Tole pun memasang muka sedih. "Jujur, aku masih ingin membantu mas Bule dan mbak Nyes buat bantu kalian besok kalau aku sudah selesai urusannya..."
"Kita lihat saja besok Le..." ucap Mbak Kunti.
"Bersyukur masih ada manusia yang bisa membantu kita. Bisa selamanya kita hidup seperti ini sampai kiamat..." Pak Gondo menatap ke ketiga rekan hantunya.
***
Yuuhuuuu Up Siang Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Wandi Fajar Ekoprasetyo
wkwkkwwkkw...,..knp pak sama jantung nya.....berdetak lagi kah....
2024-11-19
1
Oi Min
knp malah ganteng 2 pemeran pendukung nya sech. ato mang selera kita beda y
2024-09-23
2
Ray
Ok banget Trio Kampret👍
Cerita Outhor juga makin Ok👍😘
2024-08-23
1