"Mas Bule" panggil mbak Kunti saat Lachlan menikmati makan siangnya usai jumatan di taman rumah sakit.
"Apa mbak?" Lachlan sengaja memakai airpodsnya biar dikira sedang menelpon seseorang padahal tidak di hidupkan bluetooth nya.
"Mas Bule usia berapa?"
Lachlan masih menatap lurus ke arah jalan setapak taman yang banyak orang lalu lalang karena masih masuk jam besuk. "22. Kenapa?"
"Mbak Nyes itu 24 lho mas ..."
"Terus?"
"Macam Mas Alsaki dan Dokter Kaysa. Kan beda empat tahun tuh... Tua dokter Kaysa."
"Kok mbak Ningsih tahu?" Lachlan melihat mbak Kunti memilih duduk di sebelahnya.
"Tahu lah mas. Sebagai hantu itu banyak benefitnya. Bisa mendengarkan gosip di rumah sakit tanpa terlihat. Tau siapa selingkuh sama siapa, terus siapa yang mencuri barang pasien, siapa yang mencuri obat... Jadi tho mas, kalau aku nggak bisa ke surga atau neraka dan ditetapkan gentayangan, gimana kalau kita buka biro detektif? Aku bisa jadi partnernya Mas Bule ... Kan aku nggak kelihatan..." usul Mbak Kunti.
Lachlan menoleh ke arah hantu wanita itu dengan tatapan horor. "Biarpun tawarannya menggoda, tapi tidak. Bagaimana pun, mbak sudah mendapatkan remisi dari Big Boss, jadi manfaat kan lah ..."
"Tapi seru lho mas Bule. Bagaimana jika seiring waktu sambil mas Bule bantu kita, sekalian kita membantu penyelidikan kasus-kasus tidak terpecahkan... Mas Bule kan punya kenalan di kepolisian..." kompor mas Muka Rata.
"Iyalah lho mas Bule... daripada gabut kita. Mendingan kita rada berguna dikit gitu..." timpal Tole.
Lachlan menggelengkan kepalanya. "Ya ampun kalian itu !"
"Bukankah membantu arwah penasaran lainnya juga menambah kredit kami di akhirat dalam berbuat baik?" timpal Pak Gondo.
"Ya Allah ..." gumam Lachlan pening. "Guys, ini kan kita mau ke Bekasi melacak gurunya si Tole. Aku minta, kalian bertiga tidak ikut karena akan menyedot energi aku dan Mbak Nyes..."
"Tapi mas, kami semua harus ikut! Kan kita kaum kepopers..." rengek Tole membuat Lachlan menoleh judes ke tuyul itu.
"Kamu tuh ..."
"Lha Mas L marah-marah sama hantu lagi..."
Lachlan menoleh, begitu juga keempat makhluk tidak jelas itu. "Sagara? Ngapain elu kemari?" sapa Lachlan sambil berdiri menyambut adik sepupunya.
Sagara memeluk Lachlan erat. "Biasaaaa, diutus Eyang Bagas buat ngerem emosinya Eyang Fira. Habis ngamuk tuh sama mahasiswi nya..." kekeh putra Dewa Hadiyanto dan Alina Ratnadewi itu. "Jadi, aku pulang kuliah langsung kemari demi eyangku tersayang." Sagara seperti saudaranya yang lain, mengikuti kelas akselerasi dan sekarang di usianya yang menginjak 17 tahun, Sagara sudah semester enam di fakultas bisnis manajemen Universitas Pelita Harapan.
Keluarga Hadiyanto memilih panggilan Eyang Kakung dan Eyang Putri untuk Bagas dan Safira. Bagi Dewa dan Alina, panggilan khas Jawa, wajib dipertahankan.
"Memang Eyang Safira kenapa lagi?" tanya Lachlan.
"Semenjak jadi dosen, eyangku satu itu kadar galaknya naik takarannya... Herman aku, padahal kalau sama kita-kita kan kagak pernah judes ya?" kekeh Sagara sambil duduk bersama Lachlan. "Obatnya cuma satu, cucu tampannya ini datang sambil membawakan makanan enak... Wis dunia aman sejahtera."
Lachlan tersenyum. "Sama saja dengan Oma Freya. Kalau sudah ngereog sama Opa Haris, Wis harus aku, Ashley, Asher, trio ABC, Nyunyun atau Dendeng yang bikin Oma anteng lagi..."
"Eh ngomong-ngomong, Dendeng diusir Opa Hideo ke Jakarta lho..." celetuk Sagara.
Lachlan terkejut mendengar sepupunya yang jauh lebih kacau dan diluar Nurul, diusir ke Jakarta. "Apa lagi yang dia lakukan?"
"Memutuskan kalung seharga $30 juta. Jadi opa Hideo ngusir Dendeng ke Jakarta untuk merenung."
Lachlan melongo. Ya Allah anak itu !!
Introducing Sagara Qian Hadiyanto
***
Sagara pun berpamitan pada Lachlan menuju ruang praktek Safira bertepatan dengan datangnya Nareswari ke arah taman.
"Hai mbak Nyes. Mau kemana?" sapa Sagara.
"Tuh, mau ke L." Nareswari menunjuk ke arah Lachlan yang masih berkutat dengan MacBook miliknya.
Sagara melongo. "Kok bisa kenal sama Mas L ?"
Giliran Nareswari yang menatap bingung ke Sagara. "Mas L?"
"Lha mbak Nyes gimana sih... Mas L itu kakak sepupu aku..." kekeh remaja ganteng itu.
Nareswari menepuk jidatnya. "Astaghfirullah... Aku lupa kalau kalian memang keluarga besar pakai banget. Ini mau ke dokter Safira?" Gadis itu melihat Sagara membawakan makanan kesukaan Safira.
"Iya lah. Tahu sendirilah Eyang buleku itu bagaimana..." cengir Sagara. "Yuk mbak Nyes. Aku duluan... Oh pesanku, kalau sama mas L, jangan kaget kalau tiba-tiba dia ngomong sendiri. Soalnya dia bisa linat penampakan..."
Nareswari tersenyum. "Akan aku ingat pesan kamu." Padahal aku dan L sama...
"See you mbak Nyes." Sagara mengangguk ke arah gadis manis itu.
"See you Gara..." balas Nareswari sambil tersenyum manis dan gadis itu pun menghampiri Lachlan.
"Lho kenal sama Sagara?" tanya Lachlan yang melihat interaksi Nareswari dengan adiknya.
"Kenal lah, L. Kan dia sering kemari jadi kenal. Dia juga adiknya Pak Saki kan?" jawab Nareswari.
"Yoooiii. So, apa kamu sudah minta ijin sama kedua orang tua kamu, kalau kita ke Bekasi dan bisa jadi menginap?" Lachlan menatap serius ke Nareswari. "Bukan apa-apa, Nyes. Aku tidak mau dicap bawa lari anak gadis orang apalagi kamu cucu Eyang Kosasih. Bisa digantung macam piñata aku di pohon mangganya Opa Hoshi..."
Nareswari tertawa geli. "Yakin pohon mangganya yang bakalan ambruk, nggak kuat nahan beban kamu. Aku sudah bilang pada kedua orang tua aku kalau aku bersama kamu, cucunya Opa Haris dan Oma Freya Lexington. Kamu tahu... Kedua orang tuaku hanya bilang 'Have fun ya' ... Seriously, baru kali ini mereka tidak bertanya lebih lanjut aku pergi sama siapa seperti biasanya..."
"Mungkin karena tahu, mbak Nyes pergi sama mas Bule yang keluarganya sudah dikenal sama orang tuanya mbak Nyes" celetuk mas Muka Rata.
Nareswari menoleh ke arah hantu pria itu. "Mungkin juga..."
"Oke. Kita bersiap ke Bekasi dan ngomong-ngomong, mereka berempat ini katanya sambil menjalankan misi membuat mereka menyelesaikan semua sangkutan, buka biro detektif hantu. Maksudnya, kasus yang belum terpecahkan oleh kepolisian, mungkin bisa dibantu kalau korbannya kebetulan gentayangan... Jadi mereka berempat mau nambah pahala gitu ceritanya ..." ucap Lachlan cuek membuat Nareswari melongo.
"Apa? Biro detektif hantu? Are you f***ing kidding me !" seru Nareswari dengan suara tertahan.
"Tuh kan, aku bilang juga apa. Pasti mbak Nyes nggak setuju !" Lachlan menoleh ke arah empat hantu di belakangnya.
"Boleh tuh !"
Lachlan dan keempat hantu itu melongo mendengar ucapan Nareswari.
"Apa?" Giliran bibir seksih Lachlan yang menganga lebar.
"Eyang Kosasih punya beberapa kasus dingin dan belum terpecahkan. Eyang pernah bilang sama aku, kalau ingin bisa menyelesaikan sebelum dipanggil pulang. Kok aku nggak kepikiran ya bisa manfaatin kemampuan aku?" gumam Nareswari.
Lachlan mengulurkan tangannya dan memegang kening gadis itu. "Elu waras?"
***
Arti nama Nareswari adalah permaisuri atau ratu dari bahasa Sansekerta.
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa gaaaeeessss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Wandi Fajar Ekoprasetyo
bahasanya gauk binggo.....jd suka deh bacanya.....lanjut ya kak..... semangat
2024-11-19
1
Ray
AQ Waras dong, apalagi baca cerita Outhor yg semakin seru😂🙏😘
2024-08-23
2
Ermi Sardjito
simbiosis mutualisme dgn para hantu
2024-07-29
1