Lachlan masih memeluk Nareswari yang sedikit Membagongkan karena mereka berpelukan di depan kuburan ! Macam film horor tidak jelas gitu. Nareswari masih menutup wajahnya di dada Lachlan yang tertutup jaket karena tiba-tiba dia mendengar tiga suara berbeda hingga tubuhnya semakin gemetaran karena takut.
"Mbak Kunti, jadi mereka berdua bisa lihat kita?" tanya seseorang dengan suara anak kecil.
"Beneran mbak? Kira-kira bisa membantu kita nggak ya..." terdengar suara kakek-kakek.
"Aku rasa kita harus mengeceknya..." timpal seorang pria.
Nareswari semakin erat memeluk Lachlan yang mengusap punggungnya dengan lembut, berusaha menenangkan gadis itu.
"Wuuuiiiihhhh, tumben ada empat langsung nongol..." komentar Lachlan. "Guys, mbok ya tolong, jangan bikin takut mbak Nyes tho... Kalian tuh bisa nggak sih muncul dengan kondisi sebelum mokat yang rada bagusan gitu !"
Keempat hantu itu saling berpandangan. "Mas nya bisa lihat kita? Sek, kok bule logatnya medok sih?" komentar si kakek.
"Dengar ya pak Gondo ( gondoruwo ), jangan tiba-tiba menjulang jadi Buto ya. Wis sampeyan bentuknya model kakek-kakek gini saja..." senyum Lachlan membuat Nareswari malah bingung kenapa pria bule satu ini malah santuy bin Membagongkan.
"Aku medeni ( menakutkan ) ya mas Bule?" tanya pak Gondo tanpa dosa.
"Ya iyalah Bambaaaanngggg !" teriak Lachlan kesal.
"Wuuuiiiihhhh dekne ( dia ) ngerti namaku dulu Bambang..." gelak pak Gondo yang makin membuat bulu kuduk Nareswari semakin merinding dan mempererat pelukannya.
"Mas Bule, aku lupa bentuk aku dulu seperti apa tapi kalau mbak Nyes takut, aku bisa tutup wajahku pakai topi caping..." ucap si pria.
"Dengar mas muka rata, sampeyan ( kamu ) aku panggil begitu ya. Ben ( biar ) gampang" ucap Lachlan membuat Nareswari menoleh sedikit ke arah empat makhluk yang sedang rusuh dengan Lachlan. Astaghfirullah ! Mukanya benar - benar rata ! Nareswari kembali membenamkan wajahnya di dada Lachlan. Ya Allah ... Ini malam apa sih !
"Mas Bule, kalau aku ?" tanya si anak kecil.
"Kamu ta panggil Tole ( anak laki-laki - Jawa ) wae ya Yul tapi gak ada mbak Yul nya. Tolong mukamu dikondisikan jangan pucat gitu ! Bedakan sing nggenah ( pakai bedak yang benar ) !" jawab Lachlan.
"Lha mas, ora nduwe duit nggo tuku skincare ( nggak punya duit buat beli skincare )" jawab si tuyul yang dipanggil Tole oleh Lachlan.
"Anjiiiirrrr ! Tole pun ngerti skincare?" gelak Lachlan membuat Nareswari mendongakkan wajahnya ke arah Lachlan yang tampak santai. "Kamu santai aja Nyes. Biar aku ajak ngobrol mereka, kamu diam-diam saja. Yuk duduk di kursi situ, kamu duduk di belakang aku saja biar aman .."
"Mbak Nyes... Kami nggak niat jahat kok... " ucap Pak Gondo membuat Nareswari menoleh tapi sedetik kemudian gadis itu berteriak kaget melihat wajah seram makhluk itu.
"Idiiiiihhhh pak Gondo ! Kan sudah aku bilang jangan bikin kaget Nareswari !" hardik Lachlan sambil memeluk gadis itu lagi.
"Duh mas Bule. Lali nyeting ( lupa nyeting )" cengir Pak Gondo.
"Ojo nyengir pak ( jangan nyengir pak ), Soyo medeni ( makin serem )" protes Lachlan membuat tiga makhluk lainnya tertawa yang bisa bikin merinding banyak orang yang masih lewat disana.
"Masnya sama mbaknya ngapain itu pelukan depan kuburan ?" tegur seorang pejalan kaki yang berada di seberang jalan.
"Oh ini mas. Habis kuburin kucing. Adik saya masih sedih kehilangan kucingnya..." jawab Lachlan.
"Oh ya sudah mas."
Keempat hantu itu menatap pria yang menegur Lachlan dan Nareswari, hendak mengganggunya.
"Dengar kwartet nggak jelas, kalau kalian tidak diam, aku tidak bakalan bantu kalian!" desis Lachlan agar mereka tidak usil ke orang di seberang.
Keempatnya pun diam di tempat dan Lachlan mengajak Nareswari duduk di kursi depan pemakaman umum itu dengan posisi gadis itu berada di balik punggung Lachlan sedangkan pria itu menghadapi empat hantu itu. Nareswari masih memeluk pinggang Lachlan dari belakang sambil mengintip dari balik bahu pria itu.
"Oke, perkenalan dulu. Namaku Lachlan de Luca, biasa dipanggil L. Kalian bisa manggil L atau mas Bule, terserah. Kalau mbak Nareswari, mbak Kunti pasti sudah bilang sama kalian kan. So, kalian berempat, bisa cerita ada apa kalian sampai bikin takut mbak Nareswari?" Lachlan menatap keempat hantu itu.
"Aku dulu mas Bule ..." ucap mbak Kunti yang sudah mensetting wajahnya menjadi wajah wanita cantik tapi tetap menyeramkan, hanya saja tidak seperti awal Nareswari melihatnya. "Namaku Ningsih, aku seorang PSK. Suatu hari salah satu pelanggan ku, meminta aku menjadi istrinya. Sebagai wanita penghibur, tentu saja aku senang bisa lepas dari kubangan lumpur tapi... Suamiku ternyata sama saja. Dia menjadi mucikari ku yang baru hingga aku bertemu dengan pria lain yang mengajak aku pergi. Kami pergi dan aku memberikan surat cerai ke Suamiku. Sayangnya, mantanku tidak terima aku hidup bahagia dengan suamiku yang baru ... Dia, mantanku, menguntit aku, mas Bule. Saat aku hendak menyebrang dari pasar, mantan suamiku berusaha menabrak diriku namun luput. Aku membalas dendam dengan membunuhnya..."
"Mbak Ningsih, sebelumnya aku mau tanya. Kenapa kalian berempat kompak disini?" tanya Lachlan.
"Kami semua sama-sama mendapatkan remisi dari malaikat di alam sana. Kami semua akan masuk neraka tapi melihat kami masih memiliki kebaikan, malaikat memberikan kesempatan pada kami untuk melakukan hal baik di dunia atau melakukan keinginan terakhir yang berbau kebaikan, diantaranya, macam mbak Ningsih, dia membunuh mantan suaminya tapi dia juga tewas di penjara akibat kerusuhan. Dia ingin memberikan sesuatu pada putrinya tapi belum kesampaian. Aku dulu mencuri dan merampok hingga suatu hari aku membuat seorang anak menangis karena aku mencuri koleksi komiknya dan aku jual dengan harga mahal. Tak lama aku mati kecelakaan jatuh dari lantai dua sebuah rumah" sambung Mas Muka Rata.
"Jadi mbak Ningsih dan mas Muka Rata, hendak berbuat baik, guna memberikan sesuatu dan mengambil sesuatu agar apa yang kalian perbuat bisa menjadi pertimbangan di alam sana?" tanya Lachlan berusaha mencari benang merah. "Kalau pak Gondo dan Tole?"
"Aku ingin tampil sebagai dalang. Dulu aku dalang mas bule tapi hanya sebagai dalang keliling. Suatu hari, ada dalang lain iri dengan koleksi wayang kulit aku dan aku dibunuhnya. Semua koleksi wayang kulit aku, diambilnya. Aku ingin mengambil lagi, dan mendalang untuk terakhir kalinya di depan para anak-anak..." jawab Pak Gondo.
"Kalau aku ingin meminta maaf pada guruku yang sudah aku buat lumpuh..." ucap Tole sambil menunduk. "Sebelum aku minta maaf, aku sudah tewas di tawuran antar pelajar... Aku ingin meminta maaf tapi aku tidak berani mendatanginya ..."
Lachlan menoleh ke arah Nareswari yang tampak tertegun mendengar permintaan mereka.
"Bagaimana Nyes? Kamu mau membantu mereka? Bersama aku?" tanya Lachlan.
"Apakah setelah ini, kalian tidak akan mengganggu aku lagi?" tanya Nareswari sambil melepaskan pelukannya dari pinggang Lachlan dan memberanikan diri menghadapi mereka.
"Nggak Mbak Nyes. Soalnya kami akan kembali ke tempat kami berada jika sudah selesai tugas kami disini" jawab Mbak Ningsih alias mbak Kunti.
Lachlan memberikan senyum manis ke Nareswari. "Bukankah ini seru?"
Nareswari melotot galak ke arah pria bule itu.
Seru dari Monas Bambaaaanngggg !
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Oi Min
ngendi2 sing jenenge setan demit ki y medeni to L.....
2024-09-23
2
Ray
Suka pada bacaan pertama😘
Panggilan untuk para hantu lucu bener ya. Terus Nareswari dipanggil Mbak Nyes....seger artinya ya😄🙏
Semangat💪🙏😘
2024-08-22
2
英
Kita mulai seru ya
2024-08-20
2